1000 Startup: Mampukah Indonesia Menjadi Sillicon Valley?

Tahun 2020 akan lahir 1000 startup bernilai USD10 Milliar. Saat itu anak negeri tidak hanya jadi penonton di tengah maraknya bisnis e-commerce di Indonesia.

Rencana pemerintah melahirkan 1000 startup pada 2020 kini  memasuki generasi ketiga. Dalam generasi ketiga ini, Gerakan Nasional 1000 Startup Digital membawa konsep pelaksanaan baru. Lebih fokus dalam mematangkan konsep peserta dengan mendatangkan domain expert di bidang atau industri yang merupakan prioritas pembangunan pemerintah, yakni agrikultur, pendidikan, kesehatan, pariwisata, logistik, dan smart energy.

Executive Director  Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, Enda Nasution mengatakan kelima program tersebut menjadi fokus menjaring talenta di  Indonesia. Keputusan tersebut bukan tanpa alasan. Enda menuturkan berdasarkan pengalaman sebelumnya, dengan tidak  adanya fokus bidang startup yang diincar membuat peserta mendirikan perusahaan rintisan yang tidak berbeda jauh dengan yang sudah ada.

“Ketika nggak dikasih koridor, mereka membuat sesuatu yang another Go-Jek, another Traveloka, dan lain-lain. Jadi, sekarang kita batasi agar mereka lebih kreatif dan fokus lagi,” katanya saat ditemui di Bali, sebagaimana dikutip dari detik.com, 3 Maret 2018.

Gerakan Nasional 1000 Startup dirintis melalui tahapan Ignition, Workshop, Hackathon, Bootcamp, hingga lolos tahap Incubation. Program  ini berlangsung selama kurang lebih enam bulan. Tahapan Ignition, Workshop, Hackathon dan Bootcamp yang dikateorikan sebagai masa pra-inkubasi berlangsung selama tiga bulan. Kemudian tiga bulan berikutnya berlangsung inkubasi untuk menyiapkan sustainability startup yang telah dirintis.

Rangkaian program ini adalah alur yang telah dirancang untuk menciptakan orang-orang dengan kompetensi dasar dan mindset yang harus dimiliki oleh seorang founder startup yang punya hati untuk membangun bangsanya. Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menurunkan program tersebut ke bagian Ditjen Aptika untuk memfasilitasi dan mensosialisasikan gerakan 1000 startup. Program 1000 startup mempunyai lima tahapan yaitu:

  1. Ignition
    Di tahap Ignition, peserta diharapkan akan mendapat insight tentang bagaimana pola pikir yang benar agar mereka mau bergerak, memanfaatkan potensi Indonesia dan mengubahnya menjadi solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa melalui startup digital.
  2. Workshop
    Peserta mampu memetakan masalah yang ada dan memahami solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut, selain itu peserta mampu membuat sebuah business model berdasarkan ide yang telah ia buat.
  3. Hackathon
    Pada tahap ini, tiap peserta akan diminta untuk membentuk tim yang terdiri dari tiga – lima orang. Setiap peserta harus menemukan partner untuk melengkapi skill yang dibutuhkan dalam mendirikan startup. Ada 3 tipe partner yang dibutuhkan dalam membentuk startup yaitu hacker, hipster, hustler.
  4. Bootcamp
    Tujuan utama dari Bootcamp adalah agar setiap tim mampu menguji prototipe yang sudah mereka buat sebelumnya (saat hackaton), membangun sebuah strategi untuk meluncurkan produk digitalnya, serta mampu mengembangkan produk tersebut agar siap untuk dipasarkan ke publik.
  5. Incubation
    Yang ingin dicapai dari tahap inkubasi adalah startup yang terpilih dapat mengembangkan produk mereka sampai nantinya siap dipasarkan, membantu startup-startup terpilih untuk mulai mencari partner yang akan diajak bekerja sama untuk lebih mengembangkan startup

Dalam tahap Ignition tahun 2018, Gerakan 1000 Startup Digital melibatkan pembicara yang kompeten di bidangnya. Ada Vice President Marketing JNE Eri Palgunadi, Director of Market Development GE Indonesia Mulyandi Nasution, Program Manager Coordinator CISDI Egi Abdul Wahid, dan Itje Chodidjah dari Badan Standardisasi Nasional Pendidikan.

President Marketing JNE Eri Palgunadi menjelaskan berbagai aspek mengenai bisnis logistik di Indonesia. Ia menyebut membutuhkan solusi bagaimana memperpendek alur bisnis yang saat ini berlangsung panjang. “Alur di dalam logistik itu panjang. Ini tugas untuk kalian dan juga kami untuk memendekkan alur ini. Minimal memberikan gagasan untuk masalah ini,” paparnya.

Sementara Itje Chodidjah dari Badan Standardisasi Nasional Pendidikan mengupas beragam tantangan di bidang pendidikan di Indonesia. Sekaligus mendorong terobosan dengan teknologi digital untuk melakukan percepatan peningkatan kompetensi SDM di Indonesia. “Peningkatan kapasitas guru dan siswa tidak akan terjangkau secara luas jika tidak ada intervensi digital,” katanya.

Sementara  Direktur e-Business, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Ir. Azhar Hasyim, MIT, yang  hadir dan memberikan sambutan pada hari pertama Hacksprint Pontianak, Agustus tahun lalu mengatakan, Hacksprint adalah tahap keempat dari rangkaian program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. Metode Hacksprint merupakan generasi baru dari hackathon yang dikemas lebih terstruktur dan terarah dengan menggunakan metode design sprint. Pada fase ini, setiap tim yang terdiri atas tiga – lima orang akan membuat purwarupa atau prototipe dari produk yang ingin mereka ciptakan.

Di mana para peserta menjalani proses design sprint, yang kemudian dilanjutkan ke proses pembuatan perangkat purwarupa. Hal ini dilakukan guna melatih peserta memaksimalkan produk yang mereka bangun dengan metode design sprint. Hacksprint Pontianak dipimpin oleh Fadli Wilihandarwo, CEO Pasienia, selaku sprint master pada kali ini. Fadli dibantu oleh Tommy Herdiansyah, Founder Code Margonda, sebagai co-fasilitator.

Tahapan Hacksprint ini bertujuan untuk membekali peserta dengan pengetahuan yang sesuai dengan fungsi atau tipe tiap anggota tim, yaitu hustler (pebisnis), hacker (pengembang), dan hipster (perancang). Harapannya setelah melalui tahapan ini, 69 peserta yang mengikuti Hacksprint Pontianak dapat memiliki pemahaman lebih jauh tentang cara membangun produk dan pentingnya design sprint sebelum membuat sebuah produk.

Melalui Gerakan 1000 Startup Digital, setiap tahun ditargetkan tercipta 200 startup digital secara berkelanjutan hingga Tahun 2020. Target akhir dari gerakan itu adalah menjadikan Indonesia “The Digital Energy of Asia” dengan membangun 1000 startup digital di Indonesia.

Sejak tahun Agustus 2016, Gerakan Nasional 1000 Startup Digital telah menjaring 32.248 pendaftar dan menerima sekitar 6,000 peserta di 10 kota di Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama KIBAR, perusahaan yang bergerak dalam penciptaan ekosistem ekonomi digital, melibatkan 320 mentor dan trainer dari 165 partner yang ikut terlibat dalam gerakan ini.

Program ini mempunyai tujuan besar yakni memajukan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia dengan cara membina generasi muda Indonesia agar mampu membuat startup digital yang menyelesaikan masalah bangsa dan mampu bertahan hingga menjadi sebuah perusahaan yang sustainable. Target yang diharapkan dari 1000 startup tersebut akan bernilai USD10 miliar.

Untuk melahirkan 1.000 startup digital, strategi yang dijalankan adalah dengan mentoring dan pembinaan intensif melalui tahapan-tahapan sistematis di 10 kota yang memiliki infrastruktur serta fondasi digital yang kuat. Langkah pertama dimulai dari ignition¸ yaitu seminar untuk  menanamkan pola entrepreneurship, yang menargetkan 4.000 peserta setiap tahunnya.

Kemudian, dari peserta ignition tersebut akan dijaring 2.000 peserta yang layak untuk melanjutkan ke tahap workshop untuk diberikan pembekalan keahlian yang mereka butuhkan dalam membuat sebuah startup digital. Berbekal ilmu dari workshop tersebut, 1.000 perserta akan melanjutkan ke tahap hackathon untuk menghasilkan prototipe produk dari ide solusi aplikasi.

Gerakan nasional 1000 startup  digital adalah sbuah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia untuk menjadi The Digital  Energy of Asia di tahun 2020 dengan mencetak 1000 startup  yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Gerakan ini diinisiasi oleh KIBAR dan didukung oleh Kementrian Komunikasi Informatika Republik Indonesia . KIBAR adalah sebuah perusahaan yang bertujuan untuk membangun ekosistem teknologi di Indonesia melalui inisiatif-inisiatif pembangunan kapasitas, mentoring dan inkubasi di berbagai kota.

Ide gerakan dimulai ketika Presiden Joko Widodo berkunjung ke Sillicon Valley awal tahun 2016. “Banyak potensi di Indonesia, tapi kita jangan cuma jadi marketnya saja. Harus jadi pemainnya. Gerakan ini akan memiliki konsep baru dalam pelaksanaannya,” kata Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Lis Sutjiati dalam keynote speech acara Ignition di Auditorium Anantakupa, Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, 24 Maret lalu. [] Yuniman Taqwa