Asian Games 2018: Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Perhelatan akbar olahraga negara-negara Asia 2018 yang berlangsung di Jakarta dan Palembang membawa dampak ekonomi signifikan dan menimbulkan multiplier effect segala lini bagi bangsa ini. Manfaatkan momentum itu  untuk memproyeksikan citra diri sebagai suatu bangsa.

Perhelatan akbar pesta olahraga negara-negara Asia akan segera digelar mulai 18 Agustus mendatang. Jakarta dan Palembang belakangan ini “mempercantik diri”  menyambut penyelenggarakan itu. Tak kurang Rp 34 triliun dana digelontorkan untuk biaya konstruksi fasilitas pendukung Asian Games 2018, termasuk di antaranya renovasi Gelora Bung Karno, Stadion Jakabaring, wisma atletik, dan Light Rapid Transit (LRT). Angka itu belum termasuk biaya operasional sebesar Rp 7,2 triliun.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur Asian Games 2018, lebih besar dibandingkan dengan penyelenggaraan event olahraga itu sendiri. Meski besar, menurut Wapres, anggaran tersebut bersifat investasi jangka panjang. Artinya, seluruh infrastruktur yang telah dibangun atau venue yang telah diperbaiki, dapat dimanfaatkan setelah perhelatan dilangsungkan.

Secara keseluruhan, ada 76 venue alias fasilitas olahraga dan 14 non-venue yang disiapkan. Venue itu akan digunakan untuk kompetisi dan latihan, adapun yang non-venue di antaranya berupa wisma atletik.

Meski dana yang digelontorkan sangat besar, tapi dampak ekonomi yang dihasilkan dari penyelenggaraan Asian Games 2018 sangat besar. Ajang empat tahunan tersebut diharapkan akan memberikan manfaat besar bagi bangsa Indonesia. Salah satu manfaat yang dirasakan oleh masyarakat adalah dampak langsung ekonomi dari berbagai sektor.

Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, kajian dampak ekonomi dari suatu kegiatan perlu dilakukan untuk mengukur seberapa besar dampak kegiatan tersebut berdampak kepada ekonomi domestik tidak hanya dari sisi finansialnya saja.

“Kita mendesain yang disebut ‘economic impact’. Orang bisa hitung misalnya ‘financial impact’, itu tidak selalu susah tapi yang susah itu ‘economic impact’. ‘Economic impact’ ini kan sifatnya multi sektor, bisa lari ke pariwisata, bisa ke produksi industri kecil, bisa ke ‘income’ yang dinikmati masyarakat sekitar maupun dampak terhadap ekonomi lokal di Jakarta, Bali, ataupun Sumsel,” ujar Bambang usai menjadi pembicara kunci dalam peluncuran Indonesia Bureau of Economic Research (IBER) di Jakarta, minggu keempat Januari lalu.

Menurut Bambang, melakukan kajian dampak ekonomi dari suatu gelaran, tidak hanya Asian Games, harus dibiasakan sehingga menjadi jelas tujuan dari dilaksanakannya gelaran tersebut terutama dari sisi ekonomi. Ia juga mencontohkan pada tahun ini di Indonesia akan digelar pertemuan tahunan International Monetary Fund dan World Bank, juga perlu dikaji dampak ekonominya.

“Kita harus bisa buat hitungan karena itu praktik yang sudah biasa dilakukan di luar negeri. Waktu London Olympic, Rio de Janeiro Olympic, mereka bikin ‘economic impact’. Jadi ini hal yang biasa dan kita harus mulai biasakan,” kata Bambang, sebagaimana dikutip dari neraca.co.id.

Hasil hitungan Bappenas memperkirakan, total dampak ekonomi langsung penyelenggaraan Asian Games 2018, baik dari sisi pengeluaran pengunjung, investasi infrastruktur pendukung, dan operasionalisasi acara sebesar Rp45,1 triliun terhitung sejak 2015 hingga 2018. Hal itu terhitung sejak persiapan sampai dengan acara berlangsung.

Kementerian PPN memperkirakan dampak langsung pengeluaran peserta dan pengunjung Asian Games 2018 diperkirakan mencapai Rp 3,6 triliun, dengan perincian pengeluaran sebesar Rp 2,5 triliun di Jakarta dengan konsentrasi persebaran peserta dan pengunjung sebanyak 70 persen, dan Rp 1,1 triliun di Palembang dengan konsentrasi persebaran peserta dan pengunjung sebanyak 30 persen.

Diperkirakan 88% pengeluaran berasal dari penonton dan wisatawan, diikuti 4,67 persen pengeluaran oleh atletik, 3,96 persen pengeluaran awak media, 2,34 persen pengeluaran ‘officials’, dan 0,77 persen pengeluaran sukarelawan. Biaya akomodasi diperkirakan menelan jumlah pengeluaran terbanyak, mencapai Rp 1,3 triliun. Sementara biaya terbesar kedua adalah transportasi sebesar Rp 640 miliar, makanan dan minuman sebesar Rp 628 miliar, biaya belanja mencapai Rp 560 miliar, dan biaya hiburan sebanyak Rp 280 miliar.

Bambang menegaskan, peluang ekonomi yang dapat dimanfaatkan dari penyelenggaraan Asian Games 2018 hanya akan dapat dicapai dengan menggencarkan promosi Asian Games dan wisata yang lebih tepat sasaran, memberikan fasilitas dan kemudahan masuk ke lndonesia bagi turis mancanegara. Hal itu juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kemudahan akses ke venue untuk penonton lokal, menyiapkan destinasi wisata dan infrastruktur pendukung, meningkatkan awareness wisatawan mancanegara tentang destinasi wisata, termasuk wisata kuliner dan budaya, serta mengadakan event pariwisata terkait Asian Games.

Data  Indonesia Asian Games 2018 Organisme Committee (INASGOC) — Department Ticketing menunjukkan Asian Games 2018 akan diikuti oleh 45 negara, dengan jumlah 15 ribu atletik dan official, juga 5000 media serta melibatkan sekitar 30 ribu  volunteers dan workforce yang diprediksi bakal ditonton  5 miliar orang penonton dari seluruh penjuru dunia.

Sedangkan untuk membidik 170 ribu wisatawan mancanegara dalam persiapan perhelatan akbar Asian Games 2018,  Kementerian Pariwisata menyiapkan 75 paket wisata dari  tujuh destinasi utama yakni,  DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, DIY, Banyuwangi dan Bali.

Kemenpar menyertakan logo AsianGames 2018 pada seluruh promosi yang dilakukan sejak 100 hari jelang perhelatan event olahraga dunia tersebut.“Asian Games 2018 menjadi kesempatan untuk menggenjot jumlah kunjungan wisman tahun ini. Melihat potensinya yang demikian besar, kami optimis jumlah target wisman tahun ini tercapai,”ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Dari 7 destinasi yang ditawarkan,  DKI Jakarta diproyeksikan akan mendatangkan 97.500 penonton, dengan jumlah 13.000 atletik, official dan media.  Jawa Barat diproyeksikan akan mendatangkan 15.000 penonton, dengan jumlah 1.000 atletik, official dan media.  Sumatera Selatan diproyeksikan akan mendatangkan 30.000 penonton, dengan jumlah 4.000 atletik, official dan media. Jawa Tengah diproyeksikan akan mendatangkan 286 penonton, dengan jumlah 76 atletik, official dan media.  DIY diproyeksikan akan mendatangkan 286 penonton, dengan jumlah 76 atletik, official dan media.  Banyuwangi diproyeksikan akan mendatangkan 57 penonton, dengan jumlah 15 atletik, official dan media  serta  Bali diproyeksikan akan mendatangkan 6.870 penonton, dengan jumlah 1.832 atlet, official dan media.

Jumlah total penonton dari tujuh destinasi tersebut adalah 150.000 wisman (penonton) serta 20.000 wisman (atlet, official dan media).

Mengenai pendapatan devisa, diproyeksikan dengan hitungan 150.000 x US $ 1.200 = US $ 180.000.000. Sementara devisa official diproyeksikan dengan hitungan 20.000 x US $ 2.500 = US $ 50.000.000. Dengan demikian, total devisa yang dihasilkan selama Asian Games 2018 diproyeksikan berjumlah US $ 230.000.000 , atau kurang lebih Rp 3 triliun.

 

Wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno mengungkapkan,  Jakarta siap menjadi tuan rumah Asian Games 2018.“Yang paling penting bagi warga Jakarta dari Asian Games, adalah penciptaan lapangan kerja. Karena, 20.000 UKM akan dilibatkan dalam Asian Games,” ujar Sandiaga Uno.

Dijelaskan Sandiaga, setelah Asian Games 2018 berlangsung, venue olahraga tidak akan dibiarkan mangkrak, melainkan akan dikelola oleh swasta melalui mekanisme Public Private Partnership (PPP), misalnya dijadikan venue international events, velodrome untuk balap sepeda bisa dijadikan  arena badminton, arena olah raga dapat menjadi gedung pernikahan, dan lainnya.

Menteri Bambang menegaskan bahwa hasil estimasi dampak langsung ekonomi Asian Games 2018 ini masih merupakan hasil tahap awal dari kajian yang dikerjakan oleh Bappenas, dan diharapkan dampak ekonomi bagi Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018 akan lebih besar lagi.

Di tempat berbeda, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang menyebutkan, salah satu faktor penentu dalam peningkatan ekonomi di Jakarta adalah perhelatan Asian Games. Juga yang tidak kalah penting adalah pemasukan dari penjualan souvenir yang didasarkan pada kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). “Pelaku UKM dan IKM diharapkan dapat memanfatkan momen Asian Games ini untuk bangkit dan menaikkan omzetnya,” tutur Sarman. Faktor lainnya adalah Pilkada. Meski pelaksanaan Pilkada tidak terjadi di Jakarta, namun dianggap tetap mendorong kegiatan ekonomi. Hal itu dikarenakan banyaknya pusat pemesanan atribut kampanye yang berpusat di Jakarta.

Sementara Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali, mengatakan bahwa dengan kucuran dana yang besar untuk Asian Games 2018 sudah pasti akan memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Terkait dengan UMKM, setiap ada kegiatan yang menarik banyak orang datang baik atletik, masyarakat, atau panitia pasti akan membuka peluang ekonomi misalnya oleh-oleh, biasanya banyak dari pengunjung yang ingin membawa cinderamata dari daerah tersebut sebagai kenang-kenangan, “ kata Rhenald.

“Bukan hanya cinderamata. Kalau dikelola dengan baik, kawasan ini juga bisa menjadi future market, yaitu destinasi wisata dan Mice. Bahkan investasi dan menjadi bagian dari rantai pasok global,” terang Rhenald.

Cinderamata Asian Games 2018 dipercaya akan menjadi primadona bagi para atletik, ofisial maupun tamu lainnya untuk menjadikannya sebagai barang kenangan. Salah satu UMKM yang ditunjuk oleh Panitia Pelaksana Asian Games 2018 adalah Du’Anyam, sebuah UMKM yang memproduksi berbagai cinderamata Asian Games 2018 seperti kipas, topi, coasters, gelang, dompet kartu, tas lipat dan bag tag. Menariknya, semua cinderamata tersebut menggunakan anyaman daun lontar sebagai material utama dan dihasilkan oleh ketrampilan tangan ibu-ibu di Flores.

“Terlibat dalam acara sebesar Asian Games 2018 juga memberikan dampak positif kepada ibu- ibu penganyam kami di Flores dan di daerah baru yang kami dampingi. Ibu- ibu semakin termotivasi untuk membuat karya anyaman yang terbaik, belajar membuat produk baru yang diinginkan oleh pasar dan yang terpenting adalah melestarikan kembali kerajinan anyaman yang sudah mulai ditinggalkan,” kata Melia Winata pemilik Du’Anyam.

“Kita harus melihat tren saat ini, kalau orang jaman dulu membawa buah tangan saja sudah senang, tapi kalau sekarang kebutuhannya sudah bermacam-macam, sehingga standar produksi cinderamatanya harus ditingkatkan, seperti regulasi negara yang datang terkait cinderamata pun harus ditinjau, seperti membawa cinderamata kayu, kayu itu kan sensitif. Peraturan negara seperti Jepang itu sangat ketat, Cina dan Korea Utara mungkin sangat ketat,” tambah Rhenald Kasali.

Melia Winata dari Du’Anyam menambahkan, dengan adanya Asian Games 18 tentunya penjualan dan pendapatan UMKM Indonesia bisa meningkat karena adanya peningkatan kebutuhan produk cinderamata baik dari dalam negeri maupun oleh tamu luar negeri. Selain dari itu, para UMKM yang berkesempatan untuk bisa menjadi official merchandiser Asian Games 2018 seperti Du’Anyam jadi semakin terpacu untuk meningkatkan kualitas serta kapasitas produksinya, sehingga produk yang dibuat dan ditawarkan dapat memenuhi standar untuk Asian Games, suatu peningkatan yang tentunya akan terus dipertahankan dan tawarkan bahkan sesudah acara Asian Games 2018 selesai. “Untuk produk Du’Anyam sendiri, kami sudah memproduksi 4.500 produk dan menargetkan untuk bisa menjual 30.000 produk hingga akhir tahun. Menurut kami tentunya ada dampak Asian Games baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan UMKM Indonesia,” jelas Melia.

Rhenald Kasali menambahkan bahwa pelaksanaan Asian Games 2018 tentunya akan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia, tetapi perhelatan ini hanya akan berlangsung beberapa minggu di daerah tertentu. Untuk itu harus lebih kreatif agar kontribusinya merata. “Dampak multiplier effect dari Asian Games terhadap masyarakat Indonesia tidak hanya terjadi dalam sekejap, multiplier effect terjadi di beberapa sektor, mau pilih yang mana, promosinya, pemberitaan, penginapan tempat wisata yang baik dan LRT. Saran saya agar lebih mendorong perekenomoian Indonesia, libatkan anak muda,” kata Rhenald.

Dan yang tak kalah penting, kata  Ketua Indonesia Asian Games 2018 Organisme Committee (INASGOC) Erick Thohir menekankan penyelenggaraan Asian Games 2018 akan membawa dampak jangka panjang bagi Indonesia. Salah satunya mampu memberikan warisan berupa dampak ekonomi ke berbagai sektor.  Seperti contoh, berbagai pembenahan infrastruktur yang saat ini INASGOC lakukan bisa jadi bekal bagus bagi Tanah Air yang tengah mengincar untuk jadi tuan rumah Olimpiade 2032.

Erick Thohir, Ketua INASGOG

“Ini bisa jadi semacam legacy. Perbaikan infrastruktur di sana sini yang dilakukan itu jadi modal bagus untuk ke depannya. Kalau kita sukses dengan Asian Games ini, dan kalau 2032 (Indonesia) dapat Olimpiade, kita sudah siap,” ujarnya seraya menambahkan , Asian Games 2018 Indonesia tidak hanya sekedar acara olahraga belaka. Dia bilang, ini adalah sebuah branding bagi negara kepada pihak dunia.

Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro menambahkan, sudah lumrah dan wajar banyak negara yang profilnya naik setelah berhasil menjadi tuan rumah ajang internasional. Korea Selatan, misalnya..  Pada 1986 Korea Selatan menjadi tuan rumah Asian Games ke-10 di Seoul. Dua tahun kemudian (1988) negeri Ginseng ini menjadi penyelenggara Olimpiade Musim Panas ke-24 di kota yang sama. Korea Selatan menyadari bahwa menjadi tuan rumah event keolahragaan internasional merupakan sarana yang efektif untuk menaikkan citra negaranya.

Korea Selatan menunjukkan diri kembali sebagai tuan rumah Asian Games ke-14 tahun 2002 di Busan, dan secara bersamaan tahun 2002 menjadi tuan rumah Piala Dunia bersama Jepang. Selanjutnya, negeri Ginseng itu menjadi tuan rumah Asian Games ke-17 kembali pada 2014 di Incheon. “Ini contoh suatu negara yang giat memanfaatkan event internasional untuk meningkatkan profil negara dan  ekonominya dengan berbagai rangkaian event internasional di negaranya,”  tutur Bambang dalam keterangannya

Bambang berharap setelah pelaksanaan Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang, Indonesia tidak hanya memperoleh dampak ekonomi tapi juga punya manfaat non-ekonomi seperti yang dialami Korea Selatan. [] Yuniman T Nurdin/Siti Ruslina