Makassar New Port, Pangkas Biaya Logistik

Produk-produk asal Indonesia Timur, khususnya Sulawesi makin kompetiti. Dengan Beroperasinya Makassar New Post, biaya logistik bisa ditekan. Daya saing pun makin meningkat.

Awal November lalu, Makassar New Port (MNP) Tahap I A   diresmikan. Proyek senilai Rp 2,51 triliun ini akan menjadi hub besar di Indonesia Timur. Pada saat peresmian itu, juga  melakukan ekspor ‘direct call’ perdana dengan rute Makassar ke Eropa dan Amerika. Ke depan Indonesia Bagian Timur tak harus melakukan ekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya atau Tanjung Priok, Jakarta.

Pembangunan MNP tahap I paket A terbilang lebih cepat dari target yang dicanangkan. Sebab pekerjaannya dilakukan serentak dari darat dan laut. Sehingga bisa mempercepat proses pembangunan mega proyek tersebut. Total lahan untuk pembangunan tahap awal paket I A, B, C dan D seluas 1.428 hektare.

Di mana perusahaan pelayaran yang masuk ke Makassar melalui skema direct call yaitu Container Lines yang berpusat di Hong Kong dan menggunakan kapal dengan kapasitas 1.000 TEU’s. Selama ini, pengiriman komoditas ekspor dari wilayah timur, khusus Makassar harus melalui Surabaya ataupun Jakarta untuk kemudian dikirim ke negara tujuan ekspor.

persiapan ekspor perdana ke Eropa dan Amerika melalui Makassar New Port. Foto.Doc. Pelindo IV

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan groundbreaking  pembangunan Makassar New Port (MNP), pada Mei 2015 lalu mengatakan, pembangunan Makassar New Port merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menciptakan jalur tol laut semakin baik. Harapannya, dengan Makassar New Port, jalur tol laut di kawasan Timur Indonesia semakin baik. Terlebih kawasan Makassar merupakan jalur penghubung dari Barat Indonesia ke Timur Indonesia.

Presiden menilai konektivitas antarpulau itu sangat penting. Transport paling murah adalah dengan kapal, dengan konektivitas laut. “Inilah pentingnya tol laut, yang akan memunculkan sebuah daya saing yang baik,” tuturnya.

Sebab selama ini,  biaya logistik di Indonesia, kata Jokowi,  bisa tiga kali lebih mahal dari negara lain. Penyebabnya jalur distibusi barang cukup sulit. Kehadiran tol laut, dipastikan jalur pendistibusian barang dari satu tempat ke tempat lain, meskipun daerah tersebut cukup jauh akan menjadi mudah. Kemudahan ini sudah tentu akan menekan harga pokok berbagai barang.

Itu sebabnya pemerintah membangun dan mengembangkan 24 pelabuhan dalam upaya menunjang tol laut. Dari jumlah tersebut, sedikitnya ada lima pelabuhan hub dan 19 pelabuhan feeder. Salah satu pelabuhan hub tersebut terdapat di Makassar, yaitu MNP.

PT Pelabuhan Indonesia IV merealisasikan implementasi program tol laut melalui penyelenggaraan pelayanan jalur pelayaran internasional serta penguatan alat bongkar muat di Pelabuhan Makassar.

Pasalnya, pembangunan MNP ini menjadi momentum. Direct call di hub Makassar sudah lama dinantikan. Kondisi ini bisa menarik perusahaan shipping skala global lainnya masuk ke sini. Pembukaan jalur pelayaran internasional selanjutnya bakal menjadi pintu menawarkan potensi Sulawesi Selatan dan timur ke pasar global. Tidak hanya itu, juga mempercepat konektivitas antarwilayah di timur secara simultan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam Dialog Sinergi Membangun Bangsa dengan tema “Sulawesi Selatan Gerbang Konektivitas Indonesia Timur” di Auditorium Prof. Dr. A. Amiruddin di Universitas Hasanuddin pada minggu keempat Oktober tahun lalu mengatakan Sulawesi Selatan akan ditingkatkan menjadi gerbang di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang di atas rata-rata merupakan kekuatan Sulawesi Selatan di wilayah Indonesia Bagian Timur. “Makassar, Sulawesi Selatan sebagai gerbang Indonesia ini relevan, namun beberapa fasilitas prasarana seperti bandara dan pelabuhan sudah melampaui kapasitasnya. Oleh karena itu kita harus tingkatkan hingga dua kali lipat,” seru Menhub Budi.

Menhub menambahkan konsep Makassar menjadi  gerbang Indonesia ditandai dengan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata. Ini merupakan kekuatan Indonesia bagian timur dan menjadikan Sulsel sebagai suatu contoh. Menhub juga mengatakan jika menjadi sebuah gerbang maka kapasitas harus ditingkatkan.

“Gerbang itu ditandai dengan kenaikan kapasitas di laut, darat dan udara. Dari sisi udara, kenaikan penumpang pesawat udara sebesar dua kali lipat dan kita harapkan sebagiannya adalah turis. Kita ingin sekali konektivitas tidak hanya ke timur tapi juga ke Filipina, ASEAN tapi juga ke Cina. Ini tugas kita semuanya terutama bagi masyarakat Sulsel untuk menciptakan potensi apa yang bisa menjadi kekuatan sehingga orang ingin datang ke sini (Makassar),” jelas Menhub, sebagaimana dikutip dari dephub.go.id.

Saat ini Indonesia menerapkan konsep Trade Follow The Ship. Ini menunjukkan perhatian Pemerintah agar konsep tol laut memberikan suatu sarana pelayaran kapal yang dapat membawa barang sehingga harga bisa menjadi lebih stabil.

“Tol laut berjalan dengan baik dilihat dari penurunan disparitas harga sebesar 20%. Contohnya, beras, kemudian harga minyak di seluruh Indonesia sama. Saat ini tugas kita adalah menstimulus agar saudara-saudara di timur punya keberanian, keinginan dan melakukan kegiatan ekonomi dan meningkatkan produksi agar kapasitas kapal dari dari timur ke barat bertambah sehingga Makassar dapat menjadi gerbang Indonesia,” terang Menhub.

Maket Makassar New Port, foto: ist

Harapan itu sedikit demi sedikit mulai terwujud. Pembangunan proyek MNP dengan nilai investasi sekitar Rp89,57 triliun ini diperkirakan selesai tahun 2025. Pembangunan tahap I terdiri dari III tahap. Tahap I A telah diresmikan pengoperasian pada 2 November lalu. Pembangunan MNP  IA memiliki panjang 320 meter dengan kapasitas terpasang 500.000 TEUs. Pembangunan proyek ini menelan biaya Rp 2,51 triliun.

Paket I B, dermaga yang akan dibangun memiliki panjang 330 meter dengan daya tampung 1 juta TEUs. Ada pun pekerjaan tahap I B ini meliputi  pekerjaan revetment, pengecoran saluran precast, pekerjaan perkerasan paving block dan rigid, serta pekerjaan dredging kolam putar. Adapun Tahap I C, dermaga yang dibangun sepanjang 350 meter dengan kapasitas terpasang 1 juta TEUs dan Tahap I D, dermaga yang akan dibangun memiliki panjang 1.043 meter.

Direktur Utama PT Pelindo IV (Persero), Farid Padang mengatakan, untuk Paket I B akan  menghabiskan anggaran total sebesar Rp1,66 triliun (2018 – 2020), Paket I C dengan besaran biaya Rp2,69 triliun (2020 – 2022) dan Paket I D dengan total investasi sebesar Rp6,14 triliun yang dibangun sejak 2015 hingga 2022 nanti.

Sementara untuk pembangunan MNP Tahap II yang pembangunannya bakal dimulai pada 2022 hingga 2025, pihaknya menargetkan investasi yang bakal diserap sebesar Rp10,01 triliun. “Dan untuk pembangunan MNP Tahap III atau tahap terakhir, akan dibangun juga pada 2022 hingga 2025 dengan besaran investasi senilai Rp66,56 triliun.,” kata Farid dalam siaran pers yang dirilis, 2 November 2018.

Sedangkan pada pembangunan MNP Tahap II, Pelindo IV akan membangun dermaga dengan panjang 3.380 meter dan memiliki daya tampung 5 juta TEUs. “Di Tahap III atau tahap terakhir nanti, dermaga yang dibangun akan memiliki panjang 4.500 meter dengan kapasitas terpasang 10 juta TEUs,” kata Farid.

Lebih lanjut ditambahkan, hingga 2025 nanti MNP akan memiliki dermaga total sepanjang 9.923 meter, dengan total kapasitas terpasang nanti sebesar 17,5 juta TEUs per tahun. Kehadiran MNP akan menjadi hub besar di Indonesia Timur, utamanya untuk mengubah pola angkutan kapal-kapal berukuran besar sekaligus mengurai antrian yang terjadi di pelabuhan eksisting, di Terminal Petikemas Makassar (TPM).

Ketika Menteri Perhubungan Budi karya Sumadi, kunjungan ke Makassar New Port September lalu mengatakan, telah menugaskan PT Pelindo IV untuk menjadikan MNP ini jadi suatu pelabuhan yang sangat bermartabat. “Kita telah tugaskan kepada PT Pelindo IV untuk men-deadlock pelabuhan Makassar New Port ini jadi suatu pelabuhan yang sangat bermartabat, dengan kapasitas yang harus cukup,” kata Budi Karya Sumadi di Makassar, sebagaimana dikutip dari merdeka.com.

“Karena kapasitasnya besar, saya minta ke PT Pelindo IV untuk dilaksanakan dengan seksama, sudah dilakukan efesiensi dengan baik tapi juga penting ini bagaimana industri-industri yang ada di Makassar saling kolaborasi dengan PT Pelindo IV, sehingga ekspor, impor yang masuk dan keluar dari dan ke Makassar ini meningkat,” jelasnya, masih dari sumber yang sama.

Sementara pembangunan pelabuhan Makassar New Port terus dikebut. Pembangunan dilakukan lantaran pelabuhan yang ada saat ini yakni Pelabuhan Soekarno-Hatta diproyeksi tak bisa menampung lagi muatan di tahun depan. Direktur Utama PT Pelindo IV Farid Padang mengatakan, pelabuhan eksisting hanya mampu menampung 700 ribu TEUs. “Dia akan kongesti tahun 2019, sudah stuck 700 ribu TEUs. Jadi ini dibangun jauh-jauh hari untuk antisipasi itu,” kata dia di lokasi proyek Makassar New Port, minggu pertama Oktober lalu, sebagaimana dikutip dari detik.com

Sejauh ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan manajemen PT Pelindo optimistis beroperasinya MNP dapat menjadikan pelabuhan ini sebagai pusat konsolidasi kargo yang sekaligus akan mengubah pola angkutan kapal-kapal berukuran besar di kawasan timur Indonesia.

Menurut Farid pengoperasian MNP itu juga menandai kebangkitan dan langkah nyata pemerintah untuk lebih mengakselerasi terwujudnya kesejahteraan ekonomi masyarakat dan pembangunan wilayah di Indonesia.

Sementara Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah mengungkapkan bahwa konsep pengembangan MNP ini sudah sangat tepat sebab terintegrasi langsung dengan industri. Jadi, nantinya, masyarakat tidak akan lagi dihadapkan dengan kemacetan yang salah satunya dipicu oleh kendaraan proyek-proyek industri. “Kalau kita lihat dari sisi ekonomi, tidak usah ditanyakan lagi. Dengan dibukanya MNP ini tentu akan menyerap banyak tenaga kerja sehingga bisa mengurangi angka pengangguran,” ungkap Nurdin, sebagaimana dikutip dari sumatra.bisnis.com

Secara otomatis, papar dia, industrialisasi juga akan semakin berkembang dengan adanya MNP, khususnya untuk aktivitas pelayaran langsung internasional atau ekspor langsung (direct call) ke negara-negara tujuan. Nurdin menyatakan, tidak ada lagi hambatan untuk kegiatan itu.

Kehadiran MNP memangkas waktu tempuh dan biaya. Ambil contoh,  waktu tempuh Makassar Eropa selama ini ditempuh 61 hari dengan biaya US$ 2.200 per kontainer 20 feet. Dengan direct call, waktu tempuh menjadi 42 hari dengan biaya US$ 1.700 per kontainer 20 feet. Dari segi waktu lebih cepat dan biaya lebih efisien sekitar US$500 per kontainer.

Direktur Utama Pelindo IV Doso Agung mengatakan, dalam rangka meningkatkan ekspor komoditas di timur Indonesia, pihaknya melaksanakan program Direct Export dan Direct Call. Melalui program tersebut saat ini kegiatan ekspor dari wilayah timur Indonesia dapat dilakukan lebih singkat, murah dan berdaya saing. “Sehingga saat ini ekonomi kawasan timur Indonesia rata-rata di atas kawasan barat Indonesia,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu 19 Agustus lalu. Saat ini Doso yang saat ini masih menjabat Dirut Pelindo IV.

Sementara itu, salah satu proyek strategis nasional dalam era kepemimpinan Jokowi-JK yang sangat dinantikan masyarakat Sulawesi Selatan adalah beroperasinya Kereta Trans Sulawesi yang telah dibangun sepanjang 145 km untuk menghubungkan Kota Makassar hingga Kota Pare -Pare Sulawesi Selatan. Perkembangan proyek konstruksi rel KA dari Makassar ke Pare-Pare sudah kelihatan dan nantinya akan terus disambung hingga ke Manado Sulawesi Utara. Rencana juga akan langsung tersambung dengan proyek Makassar New Port Dan Bandara.

Dengan semakin memadainya infrastruktur di Sulawesi Selatan dan terkoneksi dengan Sulawesi Utara, maka biaya transportasi, logistik dan distribusi akan lebih murah. Boleh jadi akan meningkatkan daya saing produk-produk dari timu Indonesia, khususnya Suawesi Selatan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih berkeadilan. Semoga. [] Yuniman T Nurdin