Daya Saing Industri Perlu Ditopang Pendidikan Vokasi

Jakarta, 11 Mei 2019, pelakubisnis.com – Industri manufaktur akan tumbuh dan berkembang bila didukung tiga faktor, yakni peningkatan investasi, pemanfaatan teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Potensi besar bagi Indonesia adalah ketersediaan SDM karena seiring dengan momentum bonus demografi yang sedang dinikmati hingga tahun 2030.

“Pemerintah terus berusaha menarik para investor dari dalam dan luar negeri. Kemudian, perlu didukung teknologi canggih agar semakin efisien dan inovatif dalam produksinya sehingga lebih berdaya saing,” kata Tenaga Ahli Kementerian Perindustrian Bidang Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri, Mujiyono di Jakarta, Sabtu, 11/5.

Menurut Mujiyono, guna membangun kualitas SDM, kuncinya adalah pendidikan. Kemenperin melalui Badan Pengembangan SDM Industri (BPSDMI) memiliki tugas menyiapkan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan sektor manufaktur.

“Kalau bonus demografi ini bisa kita kelola dengan baik, dengan meningkatkan kompetensinya dan jumlah tenaga ahlinya, akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang cepat sekali. Tetapi sebaliknya, kalau kita tidak kelola dengan baik, akan menjadi masalah sosial,” paparnya.

Ketika ada bonus demografi, kata Mujiyono, Jepang sempat mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,9%. Bahkan, perekonomian China mampu meroket di angka 9%. Untuk itu, pada tahun ini, pemerintah fokus terhadap upaya pengembangan kualitas SDM yang menjadi agenda pembangunan nasional.

“Saat ini, jumlah tenaga kerja di sektor industri lebih dari 18,2 juta orang. Industri menjadi sektor penyerap tenaga kerja cukup banyak secara nasional. Ini setiap tahun terus tumbuh, rata-rata 600 ribu orang per tahun tambahannya,” imbuhnya.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengemukakan, yang dibutuhkan Indonesia saat ini dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional, selain merevitalisasi sektor industri manufaktur, juga perlu dilakukan pembenahan di sektor pendidikan. “Khususnya pendidikan vokasi yang fokus kepada sektor manufaktur dan ekonomi digital karena akan menjadi kunci pertumbuhan industri dan ekonomi Indonesia selanjutnya,” tutur Airlangga.

Menurut Airlangga, pengoptimalan peran dari pendidikan vokasi seperti politeknik harus ditingkatkan. Selain itu, perlu masifnya kegiatan reskilling dan pelatihan kompetensi dalam membangun kualitas SDM Indonesia terutama di sektor industri. “Program ini akan menjadi mainstreamdalam kebijakan pendidikan selanjutnya,” ujar Menperin.

Oleh karena itu, Indonesia semestinya merombak kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada bidang Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics (STEAM). “Sebab, pendidikan ini yang menjadi basis manufaktur dan ekonomi digital pada masa mendatang,” imbuhnya.

Airlangga menambahkan, pihaknya juga mendorong pelaku industri bersama pemangku kepentingan terkait seperti lembaga riset dan perguruan tinggi untuk aktif melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam upaya menciptakan inovasi di sektor manufaktur.

“Agar pelaku industri dapat terdorong untuk terlibat dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi serta aktif melakukan kegiatan litbang, pemerintah akan meluncurkan insentif super deductible tax,” paparnya. Fasilitas ini diyakini bakal menciptakan tenaga kerja industri yang kompeten serta menghasilkan inovasi produk.[] sp