Transformasi Banyuwangi Turunkan Tingkat Kemiskinan

Kurang dari 10 tahun, Banyuwangi mampu berubah wajah. Dulunya tak dilirik sebelah mata, kini menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal di dalam dan luar negeri. Tingkat kemiskinan pun turun dari dua digit menjadi 7%. Bupati Banyuwangi  Abdullah Azwar Anas  berhasil melakukan transformasi!

Tak terbayangkan Banyuwangi berhasi melakukan transformasi menjadi salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang pertumbuhan ekonominya cukup signifikan. Padahal jauh sebelumnya, kabupaten ini dikenalkan sebagai daerah santet (guna-guna-red), tapi dalam beberapa tahun belakangan ini terjadi perubahan yang signifikan.

Bahkan, Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur, meminta kepala daerah meniru keberanian Bupati Banyuwangi  Abdullah Azwar Anas  melakukan perubahan. Para pejabat daerah  belajar ke Banyuwangi. Datang dan tiru Bupati Anas. Demikian yang disampaikan Asman Abnur pada acara penyerahan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kabupaten/kota di Jogja Expo Center Kabupaten Bantul,Yogyakarta, minggu pertama Januari 2017.

Kini Banyuwangi mengalami pertumbuhan yang begitu pesat. Tingkat kemiskinan, misalnya, turun dari 2 digit menjadi 7 persen saja. Tidak hanya itu,  diiringi dengan peningkatan pendapatan rakyat per kapita sebesar 134 persen dalam 8 tahun (Rp 20,86 juta tahun 2010 jadi Rp 48,75 juta tahun 2018). Indikator produk domestik bruto Banyuwangi naik 141,78 persen dari Rp 32,46 triliun (2010) menjadi Rp 78,48 triliun (2018).

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, pada  acara Indonesia Economic Quarterly: Oceans of Opportunity di Jakarta, awal Juli lalu mengatakan, peningkatan kesejahteraan tersebut didorong oleh peningkatan kunjungan wisata domestik (naik 960 persen) serta mancanegara (naik 919 persen). Ini adalah buah dari rangkaian transformasi yang dijalankan secara konsisten.

calender festival selama setahun di Banyuwangi

Menurut Anas, Banyuwangi memiliki potensi laut yang sangat besar. Sebanyak 177 Km garis pantai menjadi aset untuk mengundang turis. Apa yang dilakukan Pemerintah Banyuwangi? Abdullah mengatakan, ada 3 aspek strategi; ekonomi, ekologi, dan sosial budaya.

Ia bercerita, dulunya Banyuwangi adalah daerah yang kotor dan tidak aman. Namun, dengan membuat Banyuwangi jadi daerah pariwisata, daerah ini berubah total. “Sekarang ada pariwisata orang datang ke situ sambil menanam terumbu karang. Sehingga dulu sering ada kehilangan spion mobil, sepatu, sekarang tidak ada kehilangan. Karena kalau kehilangan orang (turis) tidak akan kembali lagi dan mereka (warga setempat) tidak akan mendapatkan (manfaat) ekonomi. Sekarang tempatnya menjadi bersih. Ribuan orang datang. Dulu orang mengambil ikan untuk beli roti, sekarang orang bawa roti untuk beri makan ikan karena ikan tumbuh sangat banyak di tempat ini, sehingga tempatnya menjadi konservasi,” ungkap Abdullah, sebagaimana dikutip dari swa.co.id

Saifullah Yusuf yang saat itu (Oktober tahun lalu) masih menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur mengapresiasi perubahan yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi. Dulunya daerah ini dikenal akan santetnya sekarang sudah tenar di tingkat nasional maupun internasional sebagai destinasi wisata.

Hal ini tentunya tidak lepas dari masyarakatnya yang mendukung sepak terjang Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan pembangunan guna terwujudnya percepatan pencapaian kesejahteraan masyarakat. Dukungan tersebut diberikan untuk kemajuan seluruh bidang pembangunan, sebagaimana dikutip dari kanalsatu.com.

Sebagai apresiasi dari pemerintah pada 2018, Kabupaten Banyuwangi masuk dalam daftar Top 100 Kalender Wonder Events Visit Wonderful Indonesia 2018. Dimana agenda tersebut merupakan event 100 kegiatan besar yang berlangsung di berbagai pelosok Indonesia sepanjang tahun itu

Sebagai contoh, Akhir Juli tahun lalu, puluhan ribu pelancong dari dalam dan luar negeri tumpah ruwah di Banguwangi. Saat itu digelar Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2018. Pagelaran seni dan budaya itu makin memperkuat kota di ujung timur Provinsi Jawa Timur ini merupakan “jembatan” penghubung antara antara Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Tak pelak, pagelaran itu membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya yang juga Putera Banyuwangi ini menyampaikan kegembiraannya terhadap respon positif publik pada event BEC 2018 ini. “Banyuwangi ini benar-benar menampilkan karya terbaik. Kami sangat gembira karena BEC tahun ini digelar sangat meriah. Melihat respon publik kepada BEC, Banyuwangi ini memang menjadi destinasi yang menjanjikan,” kata Menpar Arief, sebagaimana dikutip dari pelakubisnis.com, Agustus tahhun lalu.

Pantai Teluk Ijo, Banyuwangi, foto: ist

Bahkan, karena kedekatan lokasi dengan Pulau Dewata, jangan heran bila beberapa tradisi dan kesenian di Banyuwangi memiliki sedikit kemiripan dengan Bali. Tak hanya tradisinya, keindahan alam Banyuwangi pun layak disandingkan dengan Bali. Organisasi Parawisata Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (UNWTO) awal 2016 lalu menganugerahi Banyuwangi penghargaan UNWTO Awards for Excellence and Inovation in Tourism.

Panorama alam yang menajubkan itu membuat dua sineas Indonesia, yaitu Riri Reza dan Mira Lesmana mengambil lokasi shooting di beberapa tempat di Banyuwangi dalam film “Kulari ke Pantai”. Film ini berhasil menyajikan bahasa visual yang membuah penonton berdecak kagum atas keindahan alam di sana. Mungkin kita selama ini hanya mengenal Bali, ternyata Banyuwangi  tak kalah indahnya.

Menurut Abdullah Azwar Anas saat menghadiri Barong Ider Bumi di Bayuwangi, pada minggu pertama Juni lalu, Banyuwangi konsisten menjaga tradisi warganya sebagai bentuk mempertahankan kearifan lokal. Anas meyakini, kearifan lokal yang dibangun para leluhur itu dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan alam dan kehidupan warganya.

“Ini adalah cara ‘nguri-nguri’ budaya yang ditradisikan  Banyuwangi. Banyuwangi boleh saja maju, Banyuwangi juga boleh berkembang, tapi budaya Banyuwangi tidak boleh tertinggal dari pergaulan global. Oleh karena itu, sesibuk apapun, kami akan terus menjaga kelestarian budaya, salah satunya lewat balutan festival semacam ini,” kata Anas.

Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengajak investor global berinvestasi di Indonesia karena prospek ekonomi Indonesia sangat cerah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid dan stabilitas makroekonomi yang terjaga di tengah dinamika perekonomian global, kondusif untuk iklim investasi di Indonesia

Peluang investasi di sektor manufaktur fokus pada tiga komoditi ekspor Indonesia, yaitu otomotif, tekstil dan alas kaki. Peluang investasi untuk sektor pariwisata difokuskan pada pengembangan prioritas tujuan pengembangan dan branding pariwisata Indonesia (Danau Toba, Mandalika, Labuan Bajo, Borobudur, Joglo Semar, Bali, Jakarta, Banyuwangi, Bromo dan Kepulauan Riau).

Di samping itu, penyelenggaraaan kegiatan festival menjadi driver mendorong pariwisata Banyuwangi yang berhasil mendatangkan 127.000 turis per tahun. “Kami mengadakan banyak festival, salah satunya festival toilet bersih. Karena kebersihan kami jadi problem. Masjid, mushola, gereja, kami berikan bantuan kalau mereka bersihkan toiletnya terlebih dahulu. Biasanya masjid kalau dikasih bantuan membangun fisik terus; toilet tidak diurus, airnya tidak diurus. Maka kami buat festival ini. Kemudian kami buat festival kali bersih, sungai bersih. Kami mendidik anak-anak terlibat bagaimana membuat sungai jadi bersih,” tutur Abdullah.

Abdullah Azwar Anas menyampaikan, pada 2018 terdapat 77 event besar yang diadakan Pemerintah Kabupaten  Banyuwangi. Seluruh penyelenggaraannya dikerjakan  dengan memberdayakan seluruh masyarakat dan Aparat Sipil Negara (ASN).

Selama ini, sebut Azwar Anas, Pemkab Banyuwangi sangat memperhatikan akan keberadaan budaya-budaya lokal dengan cara terus memelihara, melestarikan dan mengembangkan agar tidak punah. Dicontohkan, pelaksanaan  Festival  Gandrung Sewu merupakan salah satu upaya agar keberadaanya tidak punah, dengan cara mengikutsertakan seluruh masyarakat dalam pelaksanaannya agar merasakan ikut memiliki tari tradisional tersebut dan ikut menjaga keberadaannya. “Mulai dari siswa sekolah, orang tua murid dilibatkan dengan sistem swadana,” jelasnya, sebagaimana dikutip dari kanalsatu.com.

Selain itu, salah satu komitmen pemerintah  memajukan sektor pariwisata melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kali ini, KUR Pariwisata sebesar Rp279 Miliar akan disalurkan kepada 6.911 debitur di Banyuwangi-Jawa Timur pada 2019.

“KUR yang memiliki suku bunga rendah sebesar 7% ini dapat menjadi pilihan alternatif skema pembiayaan bagi pelaku UMKM di sektor pariwisata,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, pada 19 Juli lalu, di Banyuwangi.

“Kota yang dijuluki The Sunrise of Java ini merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Kota ini menjadi daerah dengan penyaluran KUR Pariwisata yang cukup tinggi,” papar Iskandar.

Sebagai informasi, pada 2010, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Banyuwangi berkisar 12.500 orang. Kini jumlahnya sudah berlipat ganda, lebih dari 98 ribu. ’’Jumlah turis domestik juga meningkat. Dulu (2010) hanya 600.000-an orang yang masuk sini. Sekarang sudah mencapai 5,3 juta,’’ terang Anas, sebagaimana dikutip dari jpnn.com, pada 15 Maret lalu.

Menurut Anas, makin tinggi angka kunjungan wisatawan ke Banyuwangi, makin sejahteralah rakyatnya. Semuanya kecipratan untung. Mulai pedagang kaki lima (PKL), pemilik rumah makan, pengelola pusat oleh-oleh, sampai hotel.’’Para wisatawan pasti akan mengeluarkan uang untuk menikmati berbagai fasilitas di Banyuwangi,’’ kata Anas. [] Yuniman Taqwa/foto: doc kemenpar