Puncak HLN74 Akan Hadirkan Pakar Bahas Blackout

Jakarta, 30 September 2019, pelakubisnis.com – Ketua Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) Supangkat Iwan Santoso mengatakan, situasi blackout yang terjadi di Indonesia khususnya di Jabodetabek, sebagian Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah pada Agustus lalu.  berdampak cukup besar, dengan recovery-nya ini cukup lama

Hal itu disampaikan pada sambutan Fokus Group Discussion (FGD) ke-3 MKI yang bertajuk  “Large Disturbances Restoration & System Improvement, beberapa waktu yang lalu, di Jakarta.  Kegiatan ini sebagai perayaan HUT MKI ke-21, sekaligus rangkaian kegiatan Hari listrik Nasional (HLN) 74 yang puncaknya akan  digelar Exhibition and Conference, di Jakarta Convention Centre (JCC), pada 9 – 11 Oktober 2019.

Menurut Iwan, peristiwa pemadaman total juga banyak dialami oleh negara lain. Termasuk tahun ini saja sudah terjadi lima kali blackout di lima negara. Untuk pemulihannya sendiri ada yang cepat dan ada yang lama dipengaruhi keadaan pembangkit itu sendiri.. “Indonesia bukan yang terbesar, yang besar itu di New York,” kata Iwan

Pada 13 Juli 2019, sekitar pukul 19.00 waktu waktu setempat, West Side Manhattan di Kota New York mengalami kegagalan daya listrik. Con Edison, perusahaan energi yang melayani listrik daerah tersebut, melaporkan sekitar 73 ribu pelanggan terkena dampak pemadaman listrik.

Iwan mengatakan dari sisi recovery atau pemulihan Indonesia jauh lebih cepat dibandingkan recovery blackout di New York. Pemulihan di Indonesia berlangsung selama 36 jam namun secara bertahap, sedangkan di New York pemulihannya mencapai 48 jam.

Sementara Ketua CIGRE Indonesia Dr. Ir Herman Darnel Ibrahim, MSc mengatakan, sistem kelistrikan Jawa Bali pernah beberapa kali terjadi blackout, yaitu pada13 April 1997, 18 Agustus 2005, 18 Maret 2009 dan 4 Agustus 2019.

Lebih lanjut ditambahkan, pohon hanya sebagai pemicu yang membuat transmisi terganggu. Apabila transmisi terganggu, namun selama tidak ada kelebihan beban pemakaian maka tidak akan menimbulkan blackout.

Herman menjelaskan blackout yang terjadi pada awal Agustus lalu merupakan large distrubance atau gangguan besar yang bisa terjadi apabila ada gangguan transmisi. Sehingga menyebabkan tidak stabil khususnya menyangkut pembangkit dan beban.  “Selama suplai pembangkit dan beban seimbang, maka relatif aman, kecuali soal stabilitas sistem,” kata Herman.

Di Jepang Listrik di Hokkaido padam total (blackout) pertama kali dalam sejarah sejak Kamis (6/7/2018) setelah gempa bumi besar sekitar 6,7 SR di daerah Iburi, Hokkaido sekitar jam 03.08 waktu Jepang. “Gempa bumi besar secara otomatis mematikan semua pembangkit listrik untuk menghindari bahaya lebih lanjut,” kata Seiichi Kato, dosen Universitas Elektrik Tokyo, pada 6/9/2018, sebagaimana dikutip dari tribunnews.com.

Untuk menyalakan kembali listrik yang telah blackout menurut Kato ternyata tidak mudah karena harus perlahan supaya tetap seimbang antara kebutuhan dan pemasokan listrik. “Oleh karena itu mungkin digunakan dulu pembangkit listrik tenaga air, tenaga matahari dan tenaga angin agar listrik menyala terbih dulu, tidak membuat kaget saat menghidupkan kembali pembangkit besarnya,” ungkapnya.

Sementara Ketua Paniatia HLN74,Noersita Indriyani mengatakan, nanti pada conference HLN 74 akan dibahas kembali topik Large Disturbance / Black out listrik dari sisi teknologi dan pemulihannya sebagai respon karena ada kejadian  black out awal Agustus lalu, ” kata Noersita serius.

Sesi  khusus membahas  masalah black out ini menghadirkan beberapa pembicara dari Universitas Gadjah Mada, ITS, PLN dan dari narasumber  asal Malaysia,” kata Kepala Bidang Seminar, Syaiful Bakri Ibrahim[] yt