Wika Water Heater, Pimpin Pasar Pemanas Air
Concern mengusung konsep eco green sejak 1988, membawa PT WIKA Industri Energi menjadi yang terdepan di kategori water heater. Dua dekade berlalu, bagaimana market leader pemanas air ini mempertahankan posisi?
Di Pameran Hari Listrik Nasional Ke-74 yang berlangsung 9-11 Oktober 2019 di Jakarta Convention Center, PT WIKA Industri Energi, anak perusahaan PT Wijaya Karya Tbk yang fokus pada penyediaan energi baru dan terbarukan (renewable), menampilkan maket yang berisi beberapa proyek yang tengah dan akan dijalankan WIKA Industri Energi, mulai dari rentang produk water heater, roof top hingga motor listrik GESITS yang belakangan ini familiar kita dengar gaungnya.
Dalam maket tersebut digambarkan bagaimana WIKA Industri Energi, di bawah unit bisnis konversi energi menyediakan berbagai produk elektronik ramah lingkungan yang berbasis energi surya. Selain menerangi jalan dengan lampu-lampu berbasis energi surya (PJU-TS) , perusahaan ini juga menggarap segmen apartemen, rumah mewah dan rumah biasa dengan konsep eco green.
Terdapat area proyek pembangunan apartemen yang telah dilengkapi dengan sarana Solar Water Heater (Wika SWH), Aircon Water Heater (Wika AWH), Wika Electric Water Heater (Wika EWH) dan Wika Heat Pump Water Heater (Wika HWH). Sementara di segmen rumah mewah, selain menawarkan produk solar water heater, Wika juga mulai memperkenalkan PLTS Roof Top dan LTSHE (Lampu Tata Surya Hemat Energi). Adapula contoh pembangunan proyek rumah biasa yang telah dilengkapi dengan SWH.
Untuk kategori Solar Water Heater (SWH), WIKA Industri Energi adalah pionernya. SWH merupakan teknologi yang memindahkan energi panas dari sinar matahari pada air sehingga air yang dingin menjadi panas. Dibandingkan pemanas listrik dan gas, SWH memang memberikan benefit hemat biaya bahkan tanpa biaya energi karena energinya menggunakan sinar matahari.
Dalam hal ini WIKA Industri Energi berkomitmen menjadi satu-satunya SWH dengan electric back up yang melindungi dari resiko tersengat listrik dan memberikan garansi hingga 7 tahun untuk type tertentu. “Satu hal yang menjadi keunggulan kami adalah produk dalam negeri dan ada jaminan layanan purna jual. Karena produk kami tersedia dimana-mana dan selalu siap membantu,”aku Firmansyah, Manajer Pemasaran PT WIKA Industri Energi.
Persisnya sejak tahun 1988 anak perusahaan BUMN ini mengembangkan pemanas air dengan energi surya. Dalam perkembangannya Wika Industri Energi melengkapi produk pemanas airnya selain SWH, yakni dengan membuat Water Heater HeatPump, Aircon Water Heater (AWH) dan photo voltaic system (PV) yang mengubah energi matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan tekhnologi mono/poly chrystalin. “Photo voltaic system ini yang menghasilkan listrik dari teknologi sel surya. Ada Peraturan Menteri tentang Roof Top tahun 2018. Ada meteran yang mengukur energi yang dihasilkan photo voltaic ini. Dari total yang dihasilkan. Misalnya kita cuma bayar ke PLN setiap bulan Rp 500 ribu. Dengan menggunakan photo voltaic, kita bisa membayar setengahnya. Jadi bisa menghemat 50% bahkan lebih. Saat ini sudah ada beberapa project kecil, sejauh ini sudah berjalan,” terangnya.
Di kategori Solar Water Heater (SWH), Firmansyah mengklaim saat ini produk Wika SWH menguasai sekitar 35% pasar Solar Water Heater di tanah air. Dimana Wika Industri Energi yang sudah mengakar sejak 1988 di pasar Indonesia ini merupakan market leader. Saat ini pesaing utamanya ada tiga merek. Di luar tiga merek utama ini, bermunculan produk-produk sejenis baik dari dalam maupun luar negeri, ikut mengisi pasar pemanas air di tanah air .“Tapi sampai sekarang kami masih sangat confidence,” ungkapnya.
Untuk pasar SWH menurut Firmansyah pasarnya masih terbuka lebar. Diakuinya hingga saat ini masih sangat kecil yang pakai jenis ini. Pasar terbesar masih di Jakarta, menyusul Bandung dan Surabaya dan beberapa daerah di Indonesia. Market share SWH di tanah air masih terbilang kecil bila dibandingkan dengan wather heater electric.”Sekarang sudah mulai bermunculan orang main di pasar solar water heater,”jelasnya.
Ia melanjutkan, WIKA Industri Energi memiliki tiga segmen untuk memasarkan produk-produk konversinya. Yakni membidik segmen perumahan/kapasitas reguler/kecil dan segmen berkapasitas besar (industri dan bangunan) untuk produk SWH dan AWH.
Di segmen reguler, selain segmen perumahan (ritel) ada segmen komersial kecil seperti hotel, salon, villa/bungalow, restoran dan tempat fitnes yang menggunakan swh dan awh. Sementara di segmen komersial dengan kapasitas besar, terbagi lagi ke dalam tiga segmen yakni gedung lantai tiga ke atas seperti hotel, rumah sakit dan spa, kedua industri dan ketiga kolam renang air hangat.
Kendati saat ini segmen business to business (B2B) WIKA Industri Energi sangat kuat, namun Firmansyah menilai, pihaknya tak boleh lengah juga untuk melihat segmen business to customer (B2C). Terbukti, SWH saat ini menjadi backbound untuk pasar B2C saat ini. Sedangkan B2B sekarang ini trennya menggunakan AWH –aircon water heater-.
Ada tim digital media khusus dan konten-konten itu menjadi brain storming di dalam jajaran timnya. Namun sejauh ini, di tengah berkembangnya tren digital marketing, Wika Industri Energi membangun strategi pemasaran dan branding dengan menggunakan single image yang dibangun dari layer produsen hingga distributor. Semua layer dari produsen hingga ritel menggunakan cara promosi yang sama. Baik menggunakan cara promosi konvensional maupun digital secara interaktif. Mulai dengan cara masuk ke situs pencari (search enginee), social media, e-commerce, dan website, dengan tetap menggaungkan cara-cara konvensional seperti kegiatan below the line seperti menyebar leaflet dan memberikan gimmick ke pasar.
Setiap distributor berperan di wilayahnya masing-masing dengan pendekatan kanvasing dan aktifitas promosi below the line.
Dari segi usia , WIKA Industri Energi membidik pasar usia 30-40 tahun melalui digital marketing. Sementara pasar usia 50 tahun masih perlu disentuh dengan pendekatan lama melalui strategi promosi below the line dan melakukan kanvasing.
Dalam hal pemilihan medianya diakui Firmansyah, memang agak berbeda dibandingkan beberapa tahun silam. Bila dulu kuat main di majalah, Koran, radio dan televisi, sekarang WIKA pemanas air bergeser ke ranah digital. “Dari segi biaya lebih murah dan kita buat konten yang bisa sampai dengan cepat dan kami bisa mengukur aktifitasnya. Dari segi demografi dan segmentasinya lebih cepat terukur,”paparnya seraya menyebutkan bahwa saat ini komposisi aktifitas digital marketing dengan tradisional marketing berkisar 70:30. Sedangkan aktifitas distributor masih dominan berpromosi melalui lini below the line 60% dan digital marketing 40%.
Tak heran bila sejumlah penghargaan diraih WIKA Industri Energi sebagai pemimpin pasar di kategori pemanas air. Sebut saja penghargaan Top Brand Award selama 9 tahun berturut-turut (2011-2018), Social Media Award 2016, Top Property Award 2 kali, Indonesia Best Electricity Awards (IBEA) 2017 dan penghargaan dari ajang Indonesia Digital Brand Popular Indonesia (IDBPA) yang diselenggarakan TRAS N CO, INFOBRAND.ID dan IMFocus Certified Google Partner. []Siti Ruslina/Foto:pelakubisnis.com