Menko Perekonomian: Ekonomi Indonesia Mampu Tumbuh Berkualitas

Jakarta, 10 November 2019, pelakubisnis.com – Ekonomi Indonesia mampu tumbuh berkualitas di tengah ketidakpastian ekonomi global. Hal ini tercermin dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang baru merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di Triwulan III-2019,  beberapa waktu lalu.

Dilaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% (YoY) di Triwulan III-2019, melambat dibandingkan Triwulan II-2019 dan Triwulan III-2018, yang tumbuh masing-masing 5,05% (YoY) dan 5,17% (YoY).

“Meski terjadi perlambatan, pencapaian ini masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lainnya di ASEAN di antaranya Malaysia, Thailand, dan Singapura,” terang Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pada 8/11, di kantornya.

Perlambatan ekonomi global, kata Airlangga, merupakan tantangan yang saat ini dihadapi oleh seluruh negara di dunia, sehingga pertanyaan yang lebih relevan adalah seberapa tahan perekonomian Indonesia menghadapinya.

“Sebenarnya, kinerja ekonomi Indonesia sepanjang Tahun 2019 cukup baik secara fundamental karena banyak negara justru mengalami perlambatan ekonomi yang lebih dalam, misalnya Cina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa,” tutur Menko Airlangga.

Fenomena tren perlambatan pertumbuhan ekonomi sebenarnya bukan hanya dialami oleh Indonesia, namun sebagian besar negara di dunia. Bahkan IMF dalam laporannya periode Oktober 2019 kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan global untuk Tahun 2019, dari 3,5% pada laporannya di Januari 2019, turun menjadi 3,3% pada April 2019, dan terus merevisi ke bawah hingga ekonomi global diperkirakan hanya tumbuh 3,0% di Tahun 2019 dalam laporannya di Oktober 2019.

Perkiraan serupa juga dilakukan oleh  Bank Dunia yang sempat memperkirakan ekonomi global tumbuh 2,9% (YoY) dalam laporannya di Januari 2019, namun dalam laporan terakhirnya pada Juni 2019 diperkirakan hanya akan tumbuh 2,6%.

Tren Pengangguran Menurun

Relatif baiknya kinerja ekonomi Indonesia juga tercermin dari berlanjutnya tren penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang pada saat bersamaan juga dirilis BPS pada Selasa, 5 November 2019 yang lalu.

Bila pada Agustus 2015, tercatat 6,18%, maka pada Agustus 2017 dan Agustus 2018 turun menjadi 5,50% dan 5,34%. Data terkini Agustus 2019, TPT telah turun menjadi 5,28%.

“Pencapaian ini merupakan sesuatu hal yang luar biasa, karena di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang dan konflik geopolitik, perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh berkualitas dan stabil melalui penciptaan lapangan-lapangan kerja baru, sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia,” jelas Menko Perekonomian.

Seperti diketahui, ketidakpastian perekonomian global masih terjadi, seiring masih berlangsungnya perang dagang antara AS dan China, serta tren penurunan harga berbagai komoditas. Ketidakpastian global pun semakin meningkat karena diikuti dengan ketidakpastian geopolitik dunia, seperti proses keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (Brexit), ketegangan politik Korea Selatan dan Jepang, demikian pula konflik Turki dengan Suriah.

“Ketidakpastian tersebut telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dunia melambat, sementara itu kebijakan moneter di berbagai negara secara bertahap mulai dilonggarkan,” terangnya.

Pelonggaran tersebut, lanjut Menko Airlangga, dilakukan melalui penurunan suku bunga dan/atau mulai kembali melakukan kebijakan quantitave easing (non-conventional monetary policy) bila suku bunga kebijakannya telah menyentuh level 0% atau bahkan negatif.

“Pemerintah sedang berupaya untuk mendorong pertumbuhan melalui, debottlenecking perijinan melalui Omnibus cipta kerja, penyusunan prioritas investasi dan menyiapkan kartu pra kerja agar tenaga kerja lebih terampil untuk mengisi tantangan investasi,” pungkas Menko Airlangga.  []hgm/idc/iqb/sp