Pemerintah Dan ASPERAPI Kembangkan 7 Destinasi MICE

Tujuh kota prioritas penyelenggaraan MICE di Indonesia belakangan ini terus disosialisasi.  Pemerintah Daerah perlu menggali potensi daerah agar dapat menjadi tujuan destinasi MICE!

Setelah sukses Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan IMF Meeting , pada Oktober tahun lalu, pemerintah telah menetapkan  10 kota unggulan kegiatan MICE di Indonesia. Kesepuluh kota tersebut adalah Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Medan, Semarang, Batam dan Manado.

Sementara ASPERAPI pun membuat acuran tersendiri  terhadap kota-kota kegiatan MICE di Indonesia. Sedikitnya ada 16 kota di Indonesia yang akan menjadi tempat kegiatan MICE. Namun demikian dari jumlah tersebut, baru tujuh kota yang menjadi priotitas dalam kegiatan MICE. Ketujuh kota tersebut adalah Jakarta, Bali, Medan, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar.

Sedangkan Sembilan kota yang juga menjadi target pengembangan destinasi MICE adalah Solo, Semarang, Padang, Palembang, Bintan, Batam, Balikpapan, Lombok, dan Manado.

Menurut Ketua Umum ASPERAPI ), Hosea Andreas Runkat, pengembangan kota-kota MICE di Indonesia terbentur dengan infrastruktur penunjang. Perlu diingat, kegiatan MICE berskala internasional akan dikunjungi ribuan peserta dari dalam dan luar negeri. Pertanyaannya, apakah hotel-hotel di suatu kota siap menampung peserta MICE yang datang bersama dalam jumlah yang banyak,” kata Adreas seraya menambahkan, belum banyak kota-kota di Indonesia yang memiliki infrastruktur yang memadai untuk kegiatan MICE skala internasional.

Lebih lanjut ditambahkan, ASPERASI mempromosikan 16 kota di Indonesia untuk kegiatan MICE. Tapi belum tentu 16 kota tersebut memiliki infrastruktur MICE yang menunjang. Tapi paling tidak, sudah dilkukan pemetaan, supaya Kepala-Kepala daerah aware terhadap potensi daerahnya masing-masing

Dari 16 kota tersebut, kata Adreas, ASPERAPI saat ini focus  di tujuh kota penyelenggaraan MICE. Kriteria pemilihan ketujuh kota itu berdasarkan pertama, infrastruktur (hotel, venue, dan airport). Kedua, konektivitas. Hal ini berdasarkan berapa banyak pesawat yang keluar masuk di bandara kota-kota tersebut. “Ada pesawat yang masuk ke suatu kota direct, tapi ada juga yang  masuk ke suatu kota menggunakan pesawat transit, baru dilanjutkan bandara kota yang dituju,” jelas Andreas.

“Kalau dilihat dari tujuh kota tersebut, yang paling ready hanya ada dua kota, yaitu Jakarta dan Bali. Kota-kota yang lain itu sebenarnya kota-kota emerging yang mulai berkembang industri MICE di sana. “Bisa saja daerah-daerah yang di mapping ini, ternyata tidak berjalan, maka bisa digantikan dengan kota yang lain,” urainya serius sambil menambahkan sejak dua tahun terakhirnya ASPERAPI mempromosikan tujuh kota destinasi MICE.

Rapat pengukuan pengurus ASPERAPI periode 2019-2022/foto: ist

Sejauh ini ASPERAPI melakukan pendekatan kepada kepala daerah agar mereka aware terhadap potensi daerahnya masing-masing karena masuk tujuh top destinasi MICE. Bukan tidak mungkin bila pemerintah daerah mampu berbenah diri, dapat memberikan kontribusi terhadap ekonomi daerah.

Sementara di sektor pariwisata ada Top Ten destinasi pariwisata, yaitu: Danau Toba, Bali, Borobudur dan sebagainya. ASPERAPI mencoba mensikronkan destinasi pariwisata itu dengan destinasi kunjungan MICE. Artinya penentuan  destinasi MICE juga dikonektivitaskan dengan 10 destinasi pariwisata yang telah ditetapkan pemerintah.

Andreas menambahkan, di luar Jakarta dan Bali, ASPERASI  sudah masuk ke Bandung dan Surabaya. Sedangkan untuk kota-kota lain sedang dicoba untuk meyakinkan kepala daerah. Melalui teman-teman di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ASPERAPI, diminta untuk mensosialisasikan  program tujuh kota destinasi MICE di Indonesia. “DPP Minta DPD-DPD ASPERAPI  bisa aktif di setiap forum untuk menjelaskan  bahwa kota-kota tersebut masuk ke dalam tujuh kota destinasi MICE,” jelas andreas lagi.

Sampai saat ini ASPERAPI memiliki 13 DPD. Sementara tujuh destinasi kota MICE  tersebut berada di DPD ASPERAPI di sana.  “Saya minta teman-teman DPD ASPERAPI yang lain turun mensosialisasikan juga supaya  bisa masuk menjadi 10 destinasi kota MICE di kemudian hari,” tambah Andreas.

ASPERAPI bersama dengan kementerian Pariwisata sudah melakukan sosialisasi ketujuh kota destinasi MICE dan INACEB.  Kegiatan tersebut dalam rangka mensosialisasikan bahwa Indonesia memiliki Indonesia Convention and Exhibition Bureau (INACEB). Tugasnya adalah untuk mengatur kegiatan MICE di Indonesia. “Hampir di semua negara di dunia ini mempunyai convention bureau. Biro ini yang akan berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata,” kata Andreas.

Sementara program 2020, kata Andreas, ASPERASI minta kepada Kementerian Pariwisata supaya melakukan kembali sosialisasi yang lebih intens.  Sasarannya bukan lagi pemberitahuan  tentang 7 destinasi MICE, tapi lebih mengarah pada identifikasi potensi-potensi yang ada di kota masing-masing. Dengan kata lain mengoptimalkan fungsi dari tujuh kota  sebagai detinasi MICE.

Dengan demikian, ASPERAPI, lanjut Andreas dalam hal mempromosikan tujuh kota MICE tersebut sudah mendapat gambaran yang utuh dari kota-kota tujuan MICE tersebut. “Nah, tahun 2020, kita ingin coba bikin roadmap itu plus daerah-daerah tersebut bisa mengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sektor MICE.

Sejauh ini SDM bidang MICE di Jakarta , misalnya, masih sangat terbatas. Apalagi di daerah-daerah. Dalam pertemuan-pertemuan dengan kepala daerah di tujuh kota MICE tersebut, tambah Adreas, ada unsur edukasi yang ditekankan, yaitu peningkatan SDM. “Salah satu program di Kementerian Pariwisata  adalah uji  standar kompetensi. Supaya daerah-daerah tujuan MICE tadi, sudah harus mempersiapkan SDM-nya,” tandasnya serius. Program ini sudah berjalan di beberapa daerah dan secara berkelanjutan  diadakan ke daerah-daerah lain secara berkesinambungan.  Setiap satu kali uji kompetensi diikuti sekitar 50 peserta.

Sampai saat ini sekitar 1000 SDM sektor MICE yang telah mendapat sertifikasi kompetensi. Angka ini akan terus meningkat, karena secara periodik ASPERAPI bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata melakukan uji kompetensi untuk SDM MICE.

Di samping itu, yang sudah dilakukan ASPERAPI adalah melakukan klasifikasi-klasifikasi daerah berdasarkan sektor ekonomi. Di Jakarta, misalnya, potensi yang adalah adalah sektor finansial, industri (barang modal) plus dari sisi ekonomi.

Kemudian di Medan sektor industri yang terbesar adalah kelapa sawit, industri makanan dan tourism. “Ketika mempromosikan Medan, juga diinformasikan bahwa daerah ini mempunyai potensi-potensi kelapa sawit, idustri makanan dan tourism. Itu yang kami minta setiap daerah menggali terus potensi-potensi apa yang ada plus daerah-daerah tolong meng-update ASPERAPI pusat. Misalnya di Medan ada venue baru, tambahan kapasitas hotel dan bukaan  destinasi baru dan sebagainya.  Informasi itu tolong disampaikan ke pusat,” lanjut Andreas serius.

Ternyata klasifikasi-klasifikasi dari potensi-potensi daerah yang ada mendapat sambutan positif. “Selama saya berpomosi di luar negeri dengan menyampaikan informasi potensi-potensi dari masing-masing kota destinasi MICE di Indonesia, mendapat sambuatan positif,” jelasnya sambil menambahkan di Bali terkenal dengan tourism, agriculture. Di Surabaya dikenal dengan industri maritim. Makassar juga ada industri maritim, Bandung terkenal dengan kulinernya, sedangkan Yogyakarta terkenal dengan kerajinan dan sebagainya.

Sementara di luar dari tujuh kota destinasi MICE tersebut, juga diminta daerah-daerah lain berbenah untuk mengembangkan potensi yang ada. Kalau mereka tidak mengembangkan, sulit untuk menjadi kota MICE.[] Yuniman Taqwa/foto: ist