Penyaluran Kredit Perbankan Tahun Depan Cendrung Konservatif

Jakarta, 3 Desember 2019, pelakubisnis.com – Bank-bank cenderung konservatif menetapkan target pertumbuhan kredit tahun depan. Bank tahun depan masih akan cenderung berhati-hati dan tidak akan terlalu agresif dalam menyalurkan kredit.

Demikian economic review yang disampaikan Bank Mandiri, pada 2/12 yang dikutipdari laman resminya.

Beberapa bank-bank besar menargetkan pertumbuhan kredit antara 10-13% di 2020. Sementara itu, beberapa bank besar bahkan sangat berhati-hati dan hanya menargetkan pertumbuhan kredit antara 5-8%.

Strategi bank-bank di dalam negeri untuk tidak agresif dalam meningkatkan pertumbuhan kredit disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global, pertumbuhan ekonomi di dalam negeri yang masih melambat, kenaikan rasio kredit bermasalah, serta kondisi likuiditas di sistem perbankan yang masih ketat.

Pertumbuhan kredit terus melambat dan kualitas asset memburuk. Kredit perbankan sampai dengan  September 2019 tercatat melambat menjadi 7,9% (YoY), yang merupakan pertumbuhan kredit terendah selama 20 bulan terakhir sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi pada 3Q19 menjadi hanya 5,02% (YoY), dari 5,05% pada kuartal sebelumnya.

Sementara itu rasio kredit bermasalah terhadap total kredit (NPL) mengalami kenaikan selama tiga bulan berturut-turut menjadi 2,7%, yang merupakan rasio NPL tertinggi dalam 10 bulan terakhir. Sedangkan likuiditas cenderung sedikit melonggar, dan LDR perbankan per September 2019 tercatat sebesar 93,8%, sedikit turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 94,0%.

Namun demikian, LDR tersebut masih berada di atas batas aman BI yang sebesar 92,0%. LDR perbankan telah berada di atas batas aman BI dalam 18 bulan terakhir, dan Bank Mandiri memperkirakan LDR masih akan tetap tinggi sampai dengan tahun depan dikarenakan pertumbuhan DPK yang diprediksi masih tetap rendah dan persaingan perbankan yang masih sangat ketat dalam meraih DPK.

Satu-satunya hal yang mungkin dapat membuat likuiditas melonggar adalah pertumbuhan kredit yang melambat. Berdasarkan perkembangan terakhir, Bank Mandiri melihat kredit di 2019 akan tumbuh sekitar 9,0-9,3%, lebih rendah dari proyeksi sebesar 9,9%. Di sisi lain, DPK mungkin akan tumbuh sesuai perkiraan  sebesar 8,2%.

BI masih membuka ruang bagi kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong ekonomi dan penyaluran kredit. BI masih memberi sinyal akan tetap menerapkan kebijakan yang akomodatif, baik kebijakan moneter ataupun makroprudensial.

Sementara Tim ekonomi Bank Mandiri memperkirakan BI tahun ini masih mungkin menurunkan suku bunga satu kali lagi sebanyak 25 bps menjadi 4,75% untuk mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang terus melambat. Hal ini tentu saja akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan data dan pasar terkini, terutama apabila dilihat dari nilai tukar rupiah dan inflasi domestik. Inflasi domestik cenderung stabil pada level 3,1% sampai Oktober tahun ini. Bank Mandiri memperkirakan inflasi tahun ini masih akan tetap berada pada rentang target BI 3,5±1%.

Pertumbuhan ekonomi dunia belum akan pulih secara cepat tahun depan dikarenakan masih belum ada kejelasan mengenai negosiasi antara AS-Tiongkok dalam menyelesaikan konflik dagang. Pertumbuhan ekonomi kedua negara destinasi ekspor utama Indonesia tersebut diprediksi masih akan melambat tahun depan sehingga berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia. []raw/sp/foto ilustrasi: ist