BCN Bantu Pelatihan dan Pendampingan UMKM

UMKM Perempuan di kota Bandung Raya dan sekitarnya dapat mengikuti pelatihan dan pendampingan  bisnis agar akselerasi usaha semakin berkembang.  Inkubator yang dilakukan  BCN diharapkan mampu menjadi solusi UMKM mengembangkan usaha.

M Fadli, Ketua Komunitas Perkumpulan Benua Citra Niaga /Foto: dok. pribadi

Ruang gerak perempuan menjadi entrepreneur makin terbuka dengan munculnya berbagai inkubator bisnis. Salah satunya adalah Benua Balantik merupakan inkubator bisnis yang dilahirkan di Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, pada 2015 yang digagas Asep Mulyana, Ketua Pusat Pengkajian Inkubasi Bisnis (PPIB),  Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Inkubator ini anggotanya kebanyakan mahasiswa Fakultas Pertanian Unpad.

Saat itu Asep menggandeng  anggota  UMKM di kota Bandung. Ternyata antusias dari UMKM amat tinggi.  Ada sharing profit diantara inkubator dengan UMKM.  “Ternyata 80% itu perempuan dan 70% menjual makanan,” kata M  Fadhli, Ketua Komunitas  Perkumpulan Benua Citra Niaga  seraya menambahkan sejak  2017 Benua Balantik berubah menjadi organisasi Perkumpulan Benua Citra Niaga yang memisahkan diri dari Unpad.

Menurut Fadli  ada  2018 anggota Perkumpulan Benua Citra Niaga baru mencapai  100 anggota, tapi sampai 2019 anggotanya meningkat mencapai 389 UMKM. Komunitas yang terus tumbuh ini menjadi tempat berkumpulnya para pelaku usaha untuk saling membantu meningkatkan skala usahanya. Peningkatan dari berbagai aspek diantaranya pasar dan pemasaran, Permodalan, hingga kelengkapan legalitas usaha para anggotanya. Sehingga tim manajemen pun berusaha semaksimal mungkin untuk dapat terus mendampingi kebutuhan UMKM agar dapat bersaing. Benua Citra Niaga hadir untuk memberikan manfaat dan jalan menaikan skala usaha bagi para pengusaha di Indonesia.

“Kami terus melakukan maintain,  membuat pendampingan usaha. Seperti Ibu Tini Gustini (lihat tulisan pelakubisnis.com bertajuk ‘Serundeng Kalapa Indung, Kolaburasi Tini Gustini Dengan Milenial’-red) yang memberdayakan dan merekrut komunitas Pekka (Perempuan Kepala Keluarga) yang diinisiasi  Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,” kata Fadli kepada pelakubisnis.com, minggu kedua April  lalu.

Ia  menambahkan, ibu-ibu yang tergabung dalam Benua Citra Niaga (BCN) rata-rata berusia 40 tahun ke atas. Ada  korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), ada juga yang awalnya hidup berkecukupan tiba-tiba ekonomi keluarga terpuruk, dan masih banyak lagi. Untuk pelatihan dan pembinaan  teknologi bukan perkara mudah. Perlu kesabaran. “Selesai pelatihan tak sedikit yang ‘nge-blank’ atau gagap teknologi (gaptek).   Memang akhirnya harus ada yang bisa membantu mereka, entah anak atau mitra kerjanya,”  tandasnya.

Tim BCN, para pendamping UMKM/Foto: ist

Lebih lanjut ditambahkan,  untuk dapat bergabung  di BCN tidak dipungut biaya.  Semua pelatihan gratis. Dengan catatan mereka harus mengisi formulir yang disediakan. “Ada sponsor dari BUMN  dalam hal ini PT Angkasa Pura  II. Semua pengurus di  BCN terdiri dari pengusaha. Semuanya volunteer. Bareng-bareng  ingin memajukan masyarakat,”kata Fadli.

BCN melakukan pendampingan usaha bagi UMKM/Foto: benuabalantik.com

Selain melakukan pelatihan, tambah Fadli, juga melakukan  pendampingan usaha. Bahkan  tidak hanya itu, juga solusi-solusi permodalan bagi UMKM. Biasanya BNC mencarikan sumber permodalan yang diambil dari dana Corporate Social Responsibility (CSR)  atau dari dana pinjaman   Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). “ Kami punya akses ke BUMN,  makanya tak sedikit yang berminat,” tambahnya.

“Yang saya amati, fenomena di Bandung Raya ini  karakter dari UMKM- nya semua pekerjaan dilakukan sendiri. Dari mulai produksi, pemasaran, sampai mengantarkan barang juga tak sedikit yang melakukannya sendiri. Alasan pertama adalah tak mampu merekrut orang. Kedua, takut resepnya tercuri dan banyak alasan lain,” lanjut Fadli.

Yang menjadi masalah di UMKM itu sendiri adalah belum bisa mengelola keuangan dengan baik sehingga peningkatannya agak lambat.  Komunitas seperti BCN, kata Fadli yang akhirnya harus membantu mereka. Seperti menawarkan produk-nya ke marketplace. Disitu mereka cukup kasih produk-nya, lalu kami yang pasarkan.

Dulu sampai hal mendistribusikan produk  dilakukan satu pintu. Namun BCN minimalisir dulu karena butuh modal yang cukup besar. Tak hanya itu, juga diperlukan perlu sumber daya manusia (SDM) lebih banyak. “sesungguhnya yang mereka butuhkan adalah distribusi dan pasar. Produk dari Bandung sejauh ini semuanya enak rasanya. Dimodifikasi sedikit saja dengan tampilannya juga keren-keren, sudah bisa dipasarkan,” tambahnya.

Mereka yang bergabung di BCN kebanyakan perempuan pekerja keras yang menjadi tulang punggung keluarga. Ada  seorang ibu rumahtangga yang dulunya orang berada, kemudian usaha suaminya bangkrut. Padahal sarjana hokum, tapi akhirnya  memilih berbisnis fesyen.  Namun di tengah krisis begini dia juga mengalami penurunan penjualan dan akhirnya memproduksi masker. Ada juga karena KDRT dia sampai harus berjuang untuk ekonomi keluarga.

Ada juga  seorang ibu dari Pangandaran yang berbisnis nata decoco. Di memasok nata de coco ke perusahaan-perusahaan besar seperti Wong Coco. Di tengah kondisi fisiknya yang terbatas karena ibu ini pernah kecelakaan dan harus kehilangan sebelah tangannya, hingga hari ini orderannya bagus.

Namun demikian, akibat pandemi Covid-19, ada UMKM binaan BCN yang bangkrut.  Ada yang kesulitan mendapatkan bahan baku dan modal habis dialokasikan untuk konsumsi. Pokoknya situasinya komplek. “Dari BCN hanya bisa memberikan fasilitas pembinaan, menjembatani dan memberikan informasi yang valid ke dinas siapa tahu ada dana stimulus yang bisa membantu mereka. Mudah-mudahan dari dinas bisa bantu,”  jelas Ketua BCN yang juga pengusaha  travel ini.

Bu Tini termasuk yang ikut terimbas. Produk beliau sudah diekspor dan mengandalkan penjualan dari pameran ke pameran, termasuk display di bandara. Sekarang bandara ditutup dan pameran-pameran ditiadakan. Dan semua orang mulai men-save money untuk situasi sekarang.

Menurut Fadli, biasanya tiap bulan ada pelatihan.  Tapi sekarang  sistemnya online pakai aplikasi Zoom. Walau dalam keadaan seperti ini,  masih ada dua perusahaan yang bekerjasama dengan BCN, yakni Wardah dan Halosis, semacam chatting Artificial intelligence (AI) otomatis untuk UMKM. Halosis  hadir membentuk teknologi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan para penjual online, dan memudahkan proses pembelian yang aman bagi para konsumen produk yang dijual online.

Sementara Misi Wardah  (perusahaan kosmetik-red) melihat banyak  UMKM yang vakum. Wardah menawarkan sistem penjualan langsung dimana para UMKM ini mendapat subsidi margin. Pelatihannya dilakukan via Zoom Online, saat ini sudah ada 40 peserta.

Sedangkan dengan Halosis baru tahap tanda tangan kerjasama, mudah-mudahan  April sudah bisa video conference juga. Halosis, memberikan bantuan dan  dukungan bagi UMKM yang terseleksi seperti masker, APD, obat-obatan herbal, bahan baku, permodalan, promosi, mentoring dan bantuan aplikasi.

Sejauh ini pelaku UMKM tak mesti men-download aplikasi mereka, tapi baru  pada tahap bagaimana mempertahankan pelaku UMKM untuk tetap berusaha. Dalam hal ini BCN menjadi penjembatan bagi Halosis dengan UMKM.[] Siti Ruslina