Work From Home Tak Melorotkan Kinerja Hulu Migas

Di tengah pandemi  Covid 19 tak membuat kinerja industri migas nasional menurun. Melalui koordinasi SKK Migas dengan KKKS, justru mempercepat realisasi proyek hulu migas. Proyek-proyek hulu migas apa yang ditargetkan selesai di era pandemi ini?

Meski mengikuti work from home sesuai protokol ksesehatan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona atau Covid 19, tidak membuat produktivitas kerja menjadi surut.  Di sektor industri migas (minyak dan gas bumi), misalnya, tak membuat ritme kerja melorot.   Koordinasi SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) selama Work from home – mengikuti protokol Covid– berhasil membuahkan hasil positif. Sejumlah proyek dapat direalisasi lebih cepat dari jadwal, walaupun melalui berbagai keterbatasan.

Perihal progress pelaksanaan dan percepatan proyek, diungkap dalam rapat manajemen SKK Migas, pada 3/6. Pada kesempatan tersebut Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno melaporkan adanya satu proyek tahun 2020 yang akan dapat direalisasi lagi pada Juli 2020, yaitu Proyek Meliwis yang akan dilaksanakan oleh Ophir Indonesia (Madura Offshore). Proyek ini yang akan menghasilkan produksi gas sebesar 20 MMSCFD.

“Keberhasilan mempercepat realisasi proyek hulu migas di tengah pembatasan mobilitas dalam rangka penanggulangan Covid-19 menunjukkan tekad dan semangat insan hulu migas untuk dapat melaksanakan program yang telah disepakati dalam Work, Program & Budget 2020 secara optimal dan efisien”, kata Julius.

Sementara itu, pelaksanaan proyek yang dapat dipercepat adalah pembangunan proyek Bambu Besar yag dilaksanakan oleh PT Pertamina EP, Reaktivasi Platform PHE-12 oleh PHE WMO dan pembangunan fasilitas kompresor gas Sembakung oleh Pertamina EP. Pelaksanaan proyek-proyek tersebut seharusnya diselesaikan pada tahun 2021, tetapi Deputi Operasi menyampaikan bahwa proyek-proyek tersebut mampu diselesaikan pada tahun 2020.

Proyek Bambu Besar akan menghasilkan gas (non asso) sebesar 3 MMSCFD. Saat ini proyek masih dalam proses EPC dan akan onstream pada kwartal ke tiga tahun 2020. Sementara Reaktivasi Platform-12 adalah kegiatan untuk memperbaiki platform yang sempat miring pada tahun 2017, untuk menghasilkan produksi minyak sebesar 3.000 BOPD. Diharapkan proyek dapat direalisasi pada akhir tahun 2020. Demikian juga dengan proyek kompresor Sembakung yang akan diselesaikan pada akhir tahun 2020, dan menghasilkan gas sebesar 2 MMSCFD.

Sebelumnya, Elnusa sebagai perusahaan jasa energi mendapatkan kepercayaan penuh SKK Migas & Pertamina untuk mendukung kegiatan eksplorasi ini dan menjadi bagian dalam penemuan cadangan migas raksasa di wilayah lautan Indonesia. Hingga saat ini Elnusa hampir menyelesaikan target pekerjaan survei seismik tersebut. Laporan kemajuan pekerjaan ini disampaikan kepada Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto dan Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu dalam dalam Virtual Management Walk-through (Virtual MWT) di Kapal Elsa Regent, pada 26/5.

Direktur Utama Elnusa, Elizar P Hasibuan mengemukakan “Kami berterima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Kondisi operasional di perairan maupun pandemi Covid-19 merupakan suatu tantangan besar penyelesaian pekerjaan ini. Perlu berbagai penyesuaian kegiatan operasional untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas data sesuai harapan. Namun, Kami optimis kegiatan ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai target.”

Di tengah pandemi Covid-19, Elnusa menerapkan berbagai protokol pencegahan infeksi. Setiap person on board diwajibkan melakukan pemeriksaan kesehatan termasuk rapid test, maupun isolasi sebelum naik ke Elsa Regent. Sementara untuk menghadapi tantangan operasional di perairan, Elnusa bekerja sama dengan berbagai pihak yang dapat mendukung kelancaran kegiatan. Elnusa juga menerapkan prosedur seismik ramah lingkungan yang berlaku secara internasional untuk memastikan kegiatan akuisisi data yang ramah biota laut.

“Kami berharap dukungan survei seismik ini menjadi awal baik untuk penemuan cadangan migas raksasa di Indonesia dan target produksi minyak nasional satu juta barel per hari dapat tercapai pada tahun 2030,” imbuh Elizar.

Dalam kesempatan yang sama Dwi Soetjipto menyampaikan, ada 128 cekungan yang ada di Indonesia. Hanya 21 cekungan yg sudah diproduksi, 38 cekungan dalam tahap eksplorasi, sisanya sekitar 70 cekungan masih belum tersentuh dan potensial sebagai cadangan migas Indonesia. Adanya survei ini memiliki makna yang sangat penting dalam mendorong pencapaian target pemenuhan produksi migas nasional.

Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto: kinerja hulu migas meningkat/foto:ist

SKK Migas memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pertamina dan Elnusa yang terus berkomitmen melaksanakan pekerjaan walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19. “Ini sangat membanggakan, karena survei seismik terpanjang di Asia Pasifik ini dapat dilakukan dengan menggunakan kapal survei seismik berbendera Indonesia, dinahkodai serta diawaki oleh putera-puteri Indonesia. Elnusa dapat menjadi pelopor serta kebanggaan jasa eksplorasi migas ke depannya,” pungkas Dwi.

Di temat berbeda Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyambut gembira dengan terobosan-tebobosan yang dilakukan jajarannya bersama Kontraktor KKS sehingga menghasilkan percepatan-percepatan proyek di lapangan. “SKK Migas bersama KKKS terus melakukan koordinasi yang intensif untuk memastikan proyek hulu migas dapat berjalan dengan baik sesuai jadwal. Di tengah wabah Covid-19 dan SKK Migas mampu mempercepat pelaksanaan penyelesaian 3 proyek menunjukkan peran SKK Migas semakin efektif dan mampu menjalankan fungsi dengan baik. Hal ini merupakan bagian dari proses keberhasilan transformasi SKK Migas.

Jika proyek hulu migas yang direncanakan dapat berjalan dengan baik, maka dampaknya adalah akan ada peningkatan produksi dan lifting migas. “Tentu saja dampak berganda dengan tetap berlangsungnya proyek hulu migas adalah mampu menggerakan perekonomian daerah dan menciptakan lapangan kerja khusunya masyarakat sekitar proyek yang sejalan dengan fokus Pemerintah untuk dapat mendorong ekonomi bergerak di tengah wabah Covid-19”, kata Dwi.

Dwi menambahkan, wabah Covid-19 serta masih rendahnya harga minyak menjadi ujian nyata bagi upaya merealisasikan visi bersama Indonesia meraih kembali second golden era dengan mampu memproduksi 1 juta BOPD di tahun 2020.  Salah satu kunci penting adalah bagaimana menjaga proyek dapat berjalan dengan baik sesuai jadwal. Keberhasilan mempercepat proyek tidak lepas dari keberhasilan implementasi 2 pilar transformasi SKK Migas yaitu Integrated Operation Center (IOC) dan One Door Service Policy (ODSP).

Upaya percepatan proyek migas tersebut, kata Dwi, bisa mendorong pencapaian produksi dan lifting migas. Dengan begitu, ada dampak ekonomi  bagi negara dan masyarakat sekitar proyek. “Tentu saja dampak berganda dengan tetap berlangsungnya proyek hulu migas yaitu mampu menggerakan perekonomian daerah, dan menciptakan lapangan kerja khusunya masyarakat sekitar proyek. Hal itu sejalan dengan fokus Pemerintah untuk dapat mendorong ekonomi bergerak di tengah pandemi Covid-19”, kata Dwi, sebagaimana dikutip dari katadata.co.id..

Lebih lanjut, dia menambahkan, pandemi corona dan rendahnya harga minyak dunia menjadi ujian nyata dalam mencapai produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) pada 2030. Oleh karena itu, SKK Migas berupaya menjaga proyek berjalan sesuai jadwal untuk mencapai target tersebut.

Adapun pada tahun ini, SKK Migas menargetkan 11 proyek hulu migas mulai berproduksi dengan total nilai investasi mencapai US$ 164 juta. Proyek tersebut dijadwalkan beroperasi pada kuartal I hingga kuartal III tahun ini.

11 proyek hulus migas ditargetkan selesai tahun 2020/foto: ist

Adapun 11 proyek hulu migas tersebut, yang dikutip dari katadata.co.id sebagai berikuti:

Kuartal I

  1. Proyek Bukit Tua Pashe-3 yang dikerjakan oleh Petronas Carigali Ketapang III Ltd. dengan estimasi produksi 31,5 MMscfd mulai Januari 2020.  Awalnya proyek Bukit Tua Pashe-3 masuk dalam daftar proyek onstream 2019. Namun, ada beberapa kendala yang menyebabkan proyek mundur ke tahun ini.
  2. Proyek Grati Pressure Lowering yang dikerjakan oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd. dengan estimasi produksi 30 MMscfd. Proyek tersebut dijadwalkan onstream pada Maret 2020.
  3. Proyek Buntal-5 dikerjakan Medco Energi dan dijadwalkan berproduksi pada Maret 2020. Sama dengan Bukit Tua Pashe-3, awalnya proyek ini masuk dalam daftar proyek onstream tahun lalu,  namun terpaksa mundur karena rig untuk pengeboran proyek tidak kunjung datang.
  4. Proyek Sembakung Power Plant yang dikerjakan oleh Pertamina EP yang dijadwalkan beroperasi pada Februari 2020.

Kuartal II

  1. Proyek Randu Gunting yang dikerjakan oleh PHE Randu Gunting dengan kapasitas fasilitas produksi 5 MMscfd dan estimasi produksi 3 MMscfd. Proyek tersebut dijadwalkan berproduksi pada Mei 2020.
  2. Proyek Kompresor Betung yang dikerjakan oleh Pertamina EP dengan estimasi produksi mencapai 15 MMscfd. Proyek tersebut ditargetkan onstream pada Juni 2020.
  3. Proyek Malaca Strait Phase-1 (EPF) yang dikerjakan oleh EMP Malaca Strait dengan estimasi produksi 3000 BOPD. Proyek itu dijadwalkan berproduksi pada Juni 2020.
  4. Proyek Meliwis oleh Ophir Indonesia (Madura Offshore) Pty.Ltd. dengan kapasitas fasilitas produksi 20 MMscfd. Proyek tersebut rencananya berproduksi pada Juni 2020, namun mundur ke Juli 2020 karena pandemi corona.

Kuartal III

  1. Proyek Cantik oleh PT Sele Raya Belida II dengan estimasi produksi sekitar 2,5 MMscfd. Proyek tersebut dijadwalkan berproduksi pada Juli 2020.
  2. Proyek Kompresor LP-MP SKG-19 oleh Pertamina EP dengan estimasi produksi sekitar 150 MMscfd. Proyek tersebut direncanakan onstream pada Juli 2020.
  3. Proyek Peciko 8A oleh Pertamina Hulu Mahakam dengan estimasi produksi sekitar 8 MMscfd. SKK Migas menargetkan proyek tersebut berproduksi pada Agustus 2020.[] Yuniman T Nurdin