Pemerintah Komitmen Peningkatan Akses Listrik Rendah Karbon

Jakarta, 13 Januari 2021, pelakubisnis.com – Pemerintah berkomitmen memberikan akses layanan listrik dengan kualitas yang baik, harga terjangkau dengan tetap memperhatikan prinsip pemerataan, efisiensi, dan dampak terhadap lingkungan.

Demikian disampaikan Sekretaris Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Munir Ahmad pada pembukaan acara Indonesia-Japan Workshop on VRE System Integration, Hydrogen, and Low Carbon Technologies 2021, pada 12/1.

“Saat ini, pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan di Indonesia sampai  Semester I Tahun 2020, telah terpasang sekitar 71 GW pembangkit, 61 ribu kilometer sirkit (kms) jaringan transmisi, 150 ribu MVA Gardu Induk (GI), 995 ribu kms jaringan distribusi, dan 61 ribu kms gardu distribusi. Semua itu bertujuan agar seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati akses layanan listrik dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau,” ujar Munir mewakili Direktur Jenderal Ketenagalistrikan saat menjelaskan bagaimana kondisi kelistrikan di Indonesia.

Munir menjelaskan, selama enam tahun terakhir pelayanan akses listrik terus membaik seiring meningkatknya Rasio Elektrifikasi (RE) nasional dari tahun 2014 sebesar 14,85% menjadi 99,20% berdasarkan prognosis perhitungan di tahun 2020. Pemerintah bahkan menargetkan rasio elektrifikasi sebesar 100% di akhir tahun 2024. “Pemanfaatan listrik juga terus didorong untuk kegiatan produktif yang mampu untuk memutar roda perekonomian nasional,” ujar Munir.

Berdasarkan hasil perhitungan, prognosis konsumsi listrik per kapita nasional pada tahun 2020 mencapai 1.089 kWh, dengan proporsi pemanfaatan untuk sektor rumah tangga sebesar 38%, sektor industri sebesar 41%, sektor bisnis sebesar 15%, dan sisanya adalah sektor publik sebesar 6%.

Guna meminimalisir terhadap lingkungan dan menjaga kesimbangan keseimbangan supply and demand energi listrik secara berkesinambungan, pemerintah tengah mendorong pengembangan pembangkit tenaga listrik berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT), pemanfaatan teknologi High Efficiency Low Emission (HELE) pada PLTU, pengalihan bahan bakar yang lebih rendah karbon, penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), dan kompor induksi listrik.

Berbagai upaya terus dilakukan agar teknologi terkini terkait energi bersih dapat diimplementasikan secara masif di Indonesia dan tentunya dengan nilai keekonomian yang wajar. Pemanfaatan hidrogen dan Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) masih terus dikembangkan. Pemetaan potensi dan kajian terkait pengembangan pemanfaatan hidrogen dan CCS/CCUS di Indonesia telah cukup banyak dihasilkan dan dipublikasikan. Kerja sama dengan berbagai pihak dan investor terus dilakukan supaya teknologi terkini dapat diimplementasikan dalam nilai keekonomiannya. []Gatrik/NA/sp