Bisnis Madu Imago Henry Hidayat
Tak sia-sia Henry Hidayat memutuskan pindah kuadran dari posisi karyawan menjadi wirausahawan. Berangkat dari kebiasaan keluarga mengkonsumsi madu, ia menjual produk madu hutan (raw honey) yang omzetnya menembus angka Rp50-an juta / bulan.
Lewat tayangan acara Jemput Rejeki di salah satu stasiun tv swasta, Henry Hidayat, owner PT Bumi Oma Henshin (BOH) terlihat tengah diwawancarai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno di warehouse BOH di daerah Cileungsi Jawa Barat. Dalam tayangan tersebut ia mengungkapkan bahwa usaha madu nya mampu menembus omzet Rp 52 juta per bulan.
Persisnya tahun 2018 Henry mulai berjualan madu Sumbawa. Saat itu ia terinspirasi menjadikan madu sebagai souvenir di acara-acara gathering perusahaan. Walaupun saat itu hanya sebatas iseng, namun ia tak menyangka bila usaha menjual madu ini berbuah manis. Pria kelahiran tahun 1982 ini mulai bekerja lebih serius melakukan riset pasar dan mencari sumber bahan baku berkualitas. Baru setahun kemudian ( 2019) ia meluncurkan brand Imago Raw Honey.
Pada awalnya menyasar target corporate (business to business/B to B) Madu Imago diperuntukkan sebagai souvenir perusahaan. Itu sebabnya desain kemasan dibuat beda dengan brand-brand produk herbal yang banyak beredar di pasar. “Ternyata respon dari corporate pun cukup baik. Waktu itu kita menjadi office shop souvenir dari Kementerian Pariwisata,” akunya seraya menambahkan, tak sedikit perusahaan menjadi kliennya, seperti Indosat Ooredoo, Lumire, Telkom, OJK, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan. Kementerian Pertanian dan masih banyak lagi.
Sebelum berkutat di bisnis madu, tahun 2017 ia menjalani bisnis MICE –meeting, incentive, conference and exhibition—dan Corporate Merchandise dengan nama Bumi Orange. “Saya sudah pernah handle EO di sejumlah corporate, sempat bekerja sebagai sales marketing juga,”tuturnya seraya menjelaskan, menangani banyak event perusahaan seperti family gathering membuat jaringannya semakin luas. Jaringan yang telah terbentuk itu, memudahkannya memasarkan jasa EO bahkan menjadi network baginya memasarkan madu.
“Network ini yang memudahkan saya memulai bisnis madu. Saat mulai usaha, sudah ada beberapa perusahaan yang menjadi klien. Artinya dari sisi network tidak dari nol banget!” tandasnya.
Yang mulanya menjual satu jenis madu Sumbawa, sekarang sudah merambah ke beberapa varian madu dari beberapa daerah di Indonesia. Belum lama ini ia me-launching madu yang berasal dari Gunung Gede Pangrango, Bogor, Jawa Barat.”Saya kerjasama dengan peternak madu lokal,”ungkapnya.
Sedikit bercanda ia menyebutkan alasan kenapa ia memilih bisnis madu, “Kalau tidak laku bisa diminum sendiri. Madu itu awet tidak ada expire-nya. Selama penyimpanannya baik, madu tetap tidak rusak, bisa dikonsumsi. Saya pikir, ya sudah bisnis ini aja,” kata lulusan Tourism Management, Sekolah Tinggi Pariwisata (NHI) Bandung ini yang diawal karirnya sempat menjadi Konsultan Pariwisata.
Salah satu produk andalannya adalah Imago Detox Honey. “Ini resep keluarga. Di rumah sering mencampur minuman dengan rempah-rempah. Saya sejak kecil sudah terbisa minum madu yang dicampur rempah-rempah. Kebetulan keluarga istri penikmat madu juga,”aku mantan Regional Corporate Sales Manager PT Indosat Ooredoo dan sempat menempati posisi IT Manager Services Navlink Ooredoo Group, Qatar yang berbasis di Jakarta ini.
Henry memberanikan diri pindah kuadran dari posisi karyawan menjadi wirausahawan. Padahal karirnya sebagai karyawan juga tak buruk. Menempati posisi manager di beberapa perusahaan mendapat gaji lumayan tapi diakuinya sebagai wirausahawan jauh lebih menantang. Di sisi lain, bapak satu anak ini justru memiliki waktu lebih lama dengan keluarga karena usahanya dapat dikerjakan dari rumah.
Diakuinya sekarang ini usahanya belum terlalu besar. Bekerjasama dengan peternak lebah di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. “ Kita menjalin komunikasi, bahwa kita perlu stok madu tiap bulan sekian. Tapi saya sering mampir ke sana, melihat kondisi di sana seperti apa. Saya tahu lokasi peternakan mereka, habitatnya di mana. Karena mempengaruhi kualitas madu juga. Kalau madu di perkebunan dengan madu hutan, madunya beda,”papar Henry yang sempat bergabung di Holland America Line, USA (2012-2014) ini.
Karena ia suka madu, ia mempelajari jenis-jenis madu dan sering membaca artikel yang terkait dengan madu. Dengan petani (peternak) akhirnya konek, terutama petani yang basisnya sudah punya komunitas.” Mereka ada pelatihan dari dinas dan lain-lain. Saya pikir, kenapa kita tidak kembangkan juga madu dari sini,”ucap mantan Account Manager DestinAsian Magazine ini.
Pada tahun 2020, semua terpengaruh, efek dari pandemic, termasuk dirinya yang bergerak di bidang EO. Semua event ditangguhkan , termasuk penyediaan souvenir madu pun terkena imbasnya. Akhirnya ia membidik pasar ritel. “Saya masuk Komunitas UMKM Cileungsi, disana ada beberapa pelatihan. Ketemu teman-teman. Salah seorang teman bilang, dia mau ketemu salah seorang artis, mau nitip produknya nggak buat di-endorse. Saya tanya bayarnya berapa? Saat itu saya berpikir pasti mahal. Artis itu namanya Fitri Salhuteru. Ternyata endorse nya gratis. Karena selama pandemi ini banyak artis open endorse bagi UMKM yang gratis. Jadi kirim produk saja, tapi dia melakukan kurasi dulu. Kirim gambar produk dulu, kalau menurutnya oke, baru dipromo,”cerita Henry ketika diawal mengendorse produknya melalui artis. Tak disangka, lewat akun instagram Fitri Salhuteru, penjualan madunya mencapai Rp5 juta hanya dalam satu malam.
Saat produk saya diposting di instagram Fitri, malam itu juga closing jualan sampai nilainya, jutaan rupiah. Ternyata endorse itu sangat berpengaruh bagi kesuksesan produknya. “ Saya tidak kenal Fitri itu siapa, ternyata Fitri itu temannya Nikita Mirzani. Fitri itu basicnya pengusaha, follower-nya banyak dari kalangan pengusaha. Makanya follower-nya responsive terhadap produk kita. Pada malam itu closing penjualan sampai Rp 5 juta. Hanya satu malam. Itu pada tahun 2020, pandemi kemarin. Waktu itu sudah ada Imago, tapi belum ada produk Detox. Kemasannya eksklusif, karena pasar kita menyasar ke menengah ke atas,”jelas suami Shinta Aviyani ini yang saat itu tak sedikit artis yang sudah membeli produk madunya.
Dari situ ia mulai kirim-kirim produk ke artis-artis, ada yang merespon, ada juga yang tidak. Fitri tidak meminta bayaran, bahkan pengusaha ini menanyakan bagaimana respon pasar. “Dia men-DM (direct massage), saya bilang banyak banget yang merespon,”cerita Henry.
Sampai akhirnya pasangan artis, Annisa Trishapsari dan Sultan Djorghi, mengirim Direct Message menyampaikan kalau mereka tertarik dengan produk Henry. “ Saya kirim produk, ternyata cocok, akhirnya berlanjut menjadi partner. Awalnya sebagai brand ambassador, membantu promosi produk saya, kemudian dia suka,”cerita Henry seraya mengungkapkan sampai bekerjasama dengan Annisa yang dan membuat lebel khusus ‘Madu Keluarga Sultan’.
Seiring waktu ia pun menyadari bahwa ternyata pasar ritel itu juga menarik. “Sebelumnya saya masih menganggap ritel itu capek, fokus ke corporate aja. Ketika corporate lesu, ternyata di ritel yang membangkitkan tingkat sales kita. Akhirnya kita bikin varian baru, fokus meng-handle pasar ritel. Kita fokuskan ke e-commerce, banyak ikut pelatihan. Karena saat pandemi kegiatan tidak terlalu banyak, EO sedang stop, akhirnya saya banyak ikut zoom-zoom, kegiatan kompetisi sampai akhirnya pada tahun 2020 terpilih sebagai 100 starup Indonesia . Ada 100 brand yang diundang ke Bali untuk ketemu investor, baik dalam negeri dan luar negeri,” papar peraih Top 100 Food Startup Indonesia MMXX dari Kemenparekraf.
Selama seminggu di Bali ia banyak mendapat mentoring dan berkesempatan menjadi menyampaikan presentasi produknya. “ Itu ternyata acara tahunan, saya juga baru tahu bahwa acara itu kurasinya ketat. Saat itu yang mendaftar 6000 peserta, kemudian diseleksi menjadi 1000 dan dipilih 100 peserta. Alhamdulillah, kami masih baru, mereka melihat potensinya, pada waktu itu,” kenang Henry yang meraih Top 100 UKM Award dari Kementerian Koperasi dan UKM Award , Top 40 Indonesia Food Innovation dari Kementeria Perindustrian RI dan Juara 3 Gelar Inovasi Derah dari Bappeda Litbang Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dari acara tersebut ia banyak bertemu dengan expertise di bidang marketing dan bidang-bidang lainnya, Kemudian ikut lagi dari kementerian perindustrian.”Lolos, masuk 40 besar Indonesia Food Innovation (IFI) 2021. Karena waktu itu saya sudah banyak kegiatan, jadi istri yang ikut kegiatan IFI. Kita sama-sama paham, jadi saling support. Dari 40 besar itu, kita dapat fasilitas food camp, selama 2 bulan. Kemaren baru dibuka lagi food camp tahun 2021. Ini tahun kedua, Kami masih pembinaan dari yang disiapkan kemenperin. Pada tahap food camp kedua ini kami mendapat fasilitas untuk membuat produk yang baik dan berorientasi ekspor,”jelas Henry.
Belum lama Imago sudah diikutkan ii-Motion di momen pameran virtual, buyernya tidak hanya dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri. “Ada satu investor yang tertarik sama Imago. Tapi pertimbangannya kami masih baru, saya pun belum tahu bagaimana kalau investor masuk. Pertimbangannya, kami sering diingatkan sama Kementerian Pariwisata untuk pelajari sebelum deal, kerena investasi itu kan ada beberapa macam. Ada angle investor, ada capital investor, ada sharing equity, ada sering profit dan ada sebatas pinjam meminjam. Kebetulan investor yang kemarin minta sharing equity. Saya belum siap, karena belum belajar banyak. Saya nggak ingin terlalu cepat memutuskan, walau mereka siap uangnya menginvestasikan ke Imago,”ungkap Henry.
Tapi ia bersyukur akhirnya Imago dapat dana hibah dari Kemenparekraf senilai Rp200 juta. Bagi Henry, terkadang diawal kita terlalu semangat, sampai terkadang kita lupa diri. Tapi yang lebih penting menurutnya adalah membangun ekosistem. Makanya dalam timeline bisnis Imago, Henry menuliskan baru tahun depan ia akan mencoba masuk ke pasar ekspor Asia dan Eropa. Dan secara paralel akan melakukan uji coba membangun taman wisata madu (Imago Farming & Edu Resort), hingga tahun 2023 baru tancap gas mengembangkan bisnis ke mancanegara dan mengembangkan Imago Farming & Edu Resort. “Saya ingin membentuk tim yang solid dulu, kemudian manajemen dan cara produksinya bagaimana dan kita buat business plan ke depannya seperti apa. Fondasinya harus kuat dulu seperti itu,”Henry menjabarkan rencana bisnisnya.
Ia bersyukur dalam perjalanan bisnisnya sudah merambah ke bisnis e-commerce dan memiliki website sendiri. Alhamdulillah kemarin terpilih dari UMKM Brilian Check! Hasil kerjasama Bank BRI dan Raffi Ahmad, yang misinya membantu scale up website, kemudian untuk platform e-commerce ia juga mendapat apresiasi dari Tokopedia, Blibli.com, dan Shopee menjadi binaan Bank BRI melalui inkubator bisnis Indonesia mall.
“Jadi, produk kita dikirim ke Indonesia Mall, kemudian mereka yang membantu promosikan. Penjualan cukup bagus. Ambil contoh, Februari kemarin penjualan mencapai Rp 22 juta. Saat ini kita masih online semuanya. Kita masuk ke jejaring online saja. Kemudian melalui website Imago, kemudian dari sisi promosi kita kerjasama dengan artis-artis untuk endorse, kita kirim produk,”tutur Henry yang saat menggunakan digital marketing masuk ke media sosial, platform marketplace dan website sendiri.
Ia juga masuk Komunitas Jemput Rejeki di bawah binaan Bang Sandiaga Uno. “Kami juga sudah masuk yang ke MBlock yang di blok M juga kita sudah masuk. Toko khusus produk lokal, kemarin kita kirimkan produknya berupa gambar, alhamdulillah lolos. Walaupun saya sudah informasikan belum punya ijin BPOM MD. Sebetulnya sedang diurus, untuk auditnya sudah keluar,”pungkas Henry.[]Siti Ruslina/Yuniman Taqwa/ilustrasi: Henry Hidayat