Kiprah Alfamart Melenggang di Filipina

Membawa brand Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (SAT)  melebarkan sayapnya ke Manila, Filipina. Daya beli yang bagus dari konsumen dan kebijakan di negara kepulauan tersebut mendukung  minimarket ini tumbuh hingga 450 gerai dalam kurun waktu 4 tahun.

Mimpi Founder Minimarket Alfamart, Djoko Susanto terwujud.  Sudah jauh-jauh hari ia melihat peluang yang besar di pasar negara-negara Asean.  Namun bukan perkara enteng membesarkan bisnis ritel di luar negeri.

“Di beberapa negara, kendala yang dihadapi berkaitan dengan regulasi dan kebijakan pemerintah setempat yang kurang terbuka terhadap investor asing. Tantangannya tentu saja pasar yang baru dengan budaya yang berbeda. Sebuah tantangan untuk melekatkan brand Alfamart di pasar luar negeri,”ungkap Hans Prawira, Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (SAT).

Selain itu,  perlu mempelajari sistem distribusi  agar barang dapat dikirim tepat waktu ke toko. Ini  menjadi hal  menarik mengingat infrastruktur dan traffic  serta suasana yang berbeda di setiap negara. Tantangan ketiga adalah bagaimana nantinya bisa menjual produk- produk asli Indonesia seperti kopi, noodle dan snack dapat dijual di toko Alfamart di luar negeri. Butuh pemahaman yang baik dalam membaca pasar lokal.

Melalui  Alfamart Ritel Asia Pte Ltd (ARA) yang didirikan tahun 2013,  perusahaan ritel Indonesia ini ekspansi ke luar negeri. Adapun  pengembangan pasar ke Filipina dilakukan bekerjasama dengan salah satu perusahaan ritel local disana.   “Kami membentuk join venture company dengan perusahaan ritel tersebut untuk mendirikan pusat distribusi logistik usaha ritel dan perdagangan disana. Join venture nya sebesar 35%,”terang Solichin, Corporate Affairs Director SAT.

Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan SAT masuk ke suatu negara adalah  karakteristik pasarnya. Filipina karakteristiknya tidak jauh berbeda dengan pasar di Indonesia. “Namun, kami meyakini dalam bisnis ritel membutuhkan pemahaman lokal sehingga kami menggandeng perusahaan ritel lokal di Filipina SM Group,”tandas Solichin.

Filipina merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar, mencapai 90 juta orang. Hal ini menjadi potensial pasar bagi bisnis ritel. Kultur hidup masyarakatnya juga tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Selain itu secara regulasi, di Filipina cukup terbuka untuk investor asing.

Gerai perdana dibuka Agustus 2014 dengan melakukan Master Franchise Agreement atas konsep dan operasional Alfamart. “Konsep toko ritelnya adalah toko ritel yang menjual kebutuhan sehari-hari (groceries) dan tetap menggunakan nama Alfamart,”papar Hans.

Salah satu gerai Alfamart di Filipina, sumber: SAT

Untuk category barang yang dijual sebagian besar masih sama dengan toko Alfamart yang ada di Indonesia. Dalam membangun jaringan distribusi , SAT membawa expertise (ahli) di bidang distribusi seperti sistem pengiriman barang dari gudang ke toko, serta skema waralaba pengoperasian toko Alfamart. Namun untuk bidang marketing dan sumber daya manusia (SDM) pendukung lainnya diserahkan kepada partner di negara setempat yang lebih dominan.

Perusahaan yang memiliki kode saham AMRT ini menjadi gerai swalayan pertama dari Indonesia yang ekspansi ke luar negeri. Mengutip berita ANTARA, April lalu Presdir SAT, Hans Prawira mengungkapkan, rencananya akan ada 150 gerai baru di Filipina menambah 400 gerai yang telah ada saat ini dan masih terpusat di Greater Manila. Oleh karena itu ekspansi akan dilakukan ke luar kota Manila. Langkah ini diambil karena kinerja Alfamart di Filipina dinilai positif dan mendapatkan respon baik dari konsumen.

Sebenarnya, sebelum masuk ke Filipina, Alfamart lebih dulu mencari celah membuka cabang di Vietnam. “Namun urusan ijin dan lain lain, ternyata lebih duluan kita bisa masuk ke Filipina,” kata Solichin.

Di negeri tetangga sebelah utara tersebut, lanjut Solichin, Alfamart hadir persis di Indonesia, bentuk, ruangan, warna, penataan, dan manajemen support-nya persis di sini. “Kita juga mendatangkan beberapa produk lokal ke sana, termasuk tempe kita ekspor,” ungkapnya.

Mantan Komisaris SAT, Pudjianto pun angkat bicara. Kehadiran Alfamart mendapat sambutan hangat dari masyarakat Filipina  karena jaringan minimarket  di negara kepulauan ini belum terlalu banyak. Kalau pun ada yang banyak terlihat justru format supermarket dan convinience store. “Saat ini Alfamart sudah 450 gerai di Filipina. Kalau secara brand saat ini Alfamart  nomor satu di Filipina karena disana tidak ada pesaing yang sejenis,” timpalnya.

Mengutip berita GATRAnews, Bambang Setyawan Djojo, International Business and Technology Director SAT,  mengatakan, keberadaan  Alfamart  di  Filipina dijalankan dengan skema join venture  (JV) bersama peritel lokal SM Group. Melalui Alfamart Retail Asia Ltd. (ARA) yang bermarkas di Singapura serta bekerjasama dengan SM Retail Supermarket.

Menurut Bambang,  pasar  Filipina  merespon  positif  kehadiran Alfamart, karena model bisnis  retail  grocery yang sama masih belum banyak di Filipina, sehingga  potensi  pasar  untuk Alfamart masih terbuka  luas.  Namun  jika dibandingkan dengan di Indonesia, kontribusinya terhadap induk perusahaan masih belum signifikan.

Dan ternyata kehadiran Alfamart mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat Filipina. Sejak  masuk ke Filipina pada Juni  2014, hingga awal Mei 2017 lalu, Alfamart, telah berhasil membuka 260 gerai. Kini bertambah menjadi 450 gerai.

“Ini  merupakan  peluang yang prospektif untuk terus dikembangkan. Sebab di sana lebih banyak pemain convenience store, jadi belum ada kompetitor yang head to head  dengan Alfamart,” ungkap Bambang.

Sampai saat ini, ekspansi ke luar negeri baru menyasar Filipina. Perusahaan juga masih mempertimbangkan kemungkinan ekspansi ke negara ASEAN lainnya. “Kami  sedang melakukan studi kelayakan  untuk  mempelajari  pasar potensial beserta regulasi   di   negara-negara  tetangga. Masih  dalam  tahap  pengkajian,” ujar Bambang.

Sesuai dengan visi Alfamart adalah menjadi jaringan distribusi ritel terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas, berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing secara global. Visi ini menjadi dasar untuk  mengembangkan pasar dan mulai memasuki ritel di luar negeri dan bersaing secara global.

“Seiring dengan pertumbuhan Indonesia, mobilitas masyarakat yang meningkat, gaya hidup modern yang membutuhkan tempat berbelanja yang lebih nyaman, serta didukung demografi penduduk Indonesia yang berusia muda, kami optimis bahwa bisnis ritel, khususnya minimarket mempunya prospek cerah dan potensi untuk dapat berkembang pesat,”jelas Hans Prawira.

Selain minimarket dan convinience store, pasar ritel juga akan diramaikan dengan kehadiran speciality store yang menawarkan produk-produk khusus.  Peritel berupaya menghadirkan diferensiasi produk dengan menyediakan produk-produk dengan konsep produk yang depth, artinya produk dengan jenis yang lebih spesifik. Hal ini sebagai upaya untuk menjaring konsumen secara khusus (segmented), terutama di kalangan konsumen kelas atas.

Hans menilai, jumlah penduduk Indonesia yang hamper mencapai 260 juta jiwa menjadikan Indonesia menjadi pasar menjanjikan dan sektor ritel menjadi salah satu bisnis yang terkena dampak masuknya pemain asing. Dalam menghadapi MEA,  perusahaan harus lebih  fokus pada kualitas karyawan melalui perekrutan dan pelatihan teknis agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan industri dan memastikan kaderisasi dapat berjalan untuk bisa melanjutkan pengembangan perusahaan.

Dalam hal ini SAT terus meningkatkan sistem IT yang digunakan agar mendukung efisiensi dan efektifitas operasional toko. “Untuk mengantisipasi banjirnya produk-produk yang masuk, kami mengevaluasi produktivitas setiap unit barang dagangan di toko dan penyegaran produk dilakukan untuk memastikan optimalisasi rak atau selling space dan optimalisasi penjualan,”tambahnya.

Kinerja positif tersebut ditunjukkan dari pertumbuhan penjualan gerai yang mencapai dua digit di tengah kelesuan ritel di tanah air. “Memang relatif masih kecil, tapi kita senang dengan progresnya yang cukup bagus, pertumbuhan sales store juga masih sangat menarik. Ini seperti kita bicara Alfamart 10 atau 12 tahun yang lalu, masih enjoy dengan double digit sales store growth,” kata Hans.

Di tanah air, Alfamart akan membuka 800 gerai baru pada tahun 2018. Setengah dari gerai baru tersebut akan berada di luar Pulau Jawa. Komposisinya adalah 150 toko waralaba, sementara 650 gerai adalah gerai reguler. Sedangkan lokasinya akan lebih banyak disesuaikan dengan pusat suplai distribusi yang akan banyak menyasar Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera.

Selain mengandalkan pendapatan dari pengoperasian gerai Alfamart, SAT juga mendapat sumbangan pendapatan dari pengoperasian gerai Alfamidi melalui PT Midi Utama Indonesia. Kontribusi pendapatan Alfamidi yang saat ini baru 14% terhadap total pendapatan  SAT diharapkan tahun depan bisa meningkat.

Direktur SAT,  Tomin Widian mengungkapkan, untuk meningkatkan penjualan SAT  terus membuka gerai-gerai baru. Intinya, target pembukaan gerai baru Alfamart sepanjang tahun ini mencapai 800 gerai baru, dengan komposisi 650 gerai dimiliki perseroan dan 150 gerai waralaba. Menurutnya, realisasi pembukaan gerai hingga April 2018 masih terbilang sangat pelan.

Namun, Tomin optimistis pembukaan gerai baru pada semester II/2018 akan lebih agresif dibandingkan dengan paruh pertama tahun ini.

Belanja modal yang dibutuhkan untuk pembukaan satu toko termasuk biaya sewa untuk 5 tahun mencapai Rp1 miliar. Namun, nilai investasi per toko tergantung dengan lokasi.

Di akhir 2017 Alfamart telah mencapai 13.477 gerai di berbagai wilayah Indonesia. Sebanyak 400 pemasok berbagai produk terlibat dalam gerai swalayan Alfamart dan telah dipercaya kurang lebih 4 juta konsumen yang bertransaksi setiap hari.

Pada kuartal I/2018, perseroan telah membuka 26 gerai baru, sehingga total gerai per Maret 2018 menjadi 13.503 gerai. Pemilik kode saham AMRT ini pun hanya menambah 6 gerai baru pada April 2018, sehingga total gerai yang dimiliki hingga bulan lalu sekitar 13.509 gerai.

“Sebenarnya kami sudah menambah 100 toko. Tetapi, setelah dilakukan review, ada toko-toko yang kurang menguntungkan dan toko yang tak diperpanjang masa sewanya. Maka, pembukaan toko nett hingga April ada 32 gerai,” ujar Tomin, seperti yang dikutip bisnis.com. []Siti Ruslina