Bursa Efek Indonesia Aktif Kembali

Jakarta, 3 Januari 2019, pelakubisnis.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menghadiri Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2019 di Main Hall BEI pada 02/01.

Acara ini dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Darmin Nasution, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (Ketua DK OJK) Wimboh Santoso, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara, segenap Direksi dan Komisaris BEI serta seluruh stakeholder pasar modal.

Acara dimulai dengan sambutan Direktur Utama BEI, pengantar singkat Ketua Dewan Komisioner OJK kemudian seremoni pembukaan perdagangan BEI di 2019 dilakukan Menko Perekonomian yang mewakili Presiden Joko Widodo yang berhalangan hadir.

“Satu yang kita banggakan kita bisa lewati 2018 dengan baik. Ekonomi kita jelas menunjukkan daya tahan pada gejolak internasional, kemudian sama seperti di pasar modal kita juga. Kalau kita sekadar optimis saja tidak elok juga, optimis lah yang ada dasarnya, dasarnya kita lalui 2018,” ujar Menko Perekonomian.

Pembukaan dilakukan secara simbolis dengan membunyikan lonceng sebagai tanda peresmian Pembukaan Perdagangan 2019 tepat pukul 09.00 WIB dan penandatanganan sertifikat Peresmian Pembukaan Perdagangan yang turut disaksikan oleh Menteri Keuangan, Ketua Dewan Komisioner OJK, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK dan Direktur Utama BEI.

Sebagai informasi, pada pembukaan perdagangan pagi ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan menguat di kisaran 6.260-6.300. Seperti diketahui, penutupan IHSG di akhir tahun 2018 juga mengalami penguatan ke level 6.194. Penguatan ini adalah fenomena window dressing yang biasa terjadi dari akhir tahun hingga awal tahun. Fenomena ini dikaitkan dengan perombakan portfolio oleh manajer investasi sehingga terlihat menarik bagi investor khususnya asing.

Dari dalam negeri, ada proyeksi inflasi 2018 yang cukup rendah di bawah target 3,5% yoy. Inflasi yang rendah ini menjadi daya tarik investor di saat yield surat berharga tinggi. Selain itu, ada sinyal positif yang datang dari APBN yang mencatat penerimaan negara 100% dari target dan defisit di bawah 2,19%. []ip/ind/nr