Pelaku Bisnis

Dewi Motik: Wanita Pengusaha Harus Kuasai Teknologi

Dewi Motik Pramono tak surut beraktivitas memberikan sumbangsihnya bagi dunia bisnis di tanah air. Sederet agenda kegiatan sudah terjadual dan dijalankan dengan disiplin dan kerja ikhlas.

Wanita Karir

Banyak orang yang meragukan kemampuanmu,
Mampukah engkau berfungsi tetap sebagai seorang ibu?
Masih mampukah engkau menjalankan kewajiban seorang istri?
Dapatkah engkau melakukan tugasmu menjadi ratu rumah tangga?

Beribu-ribu lagi pertanyaan, menjadi tanggung jawabmu,
Mereka lupa, bahwa setiap manusia diberikan kelebihan dan kekurangan,
Aku yakin, engkau tak melupakan kodrat hakikimu,
Bila ada kekurangan, nohon dimaafkan
Bila ada kelebihan, tolong diakui sebagai hakmu.

Aku yakin, engkau wanita karir yang beriman,
Mengemban tugas dan tanggungan yang mulia
Menyumbang ilmu mendidik bangsa itu ibadah,
Dimulai dari diri sendiri, keluarga menuju
Negara

Demikian tulisan Dr. Dewi Motik Pramono, M.Si, dalam Buku Kumpulan Puisi “Cintaku, Tuhanku” (1987) yang berisi perspektifnya tentang wanita karir kala itu. Menurutnya sekarang kondisinya agak berbeda. Peran ganda perempuan sebagai wanita karir dalam  menjalankan peran domestik (mengurus rumah tangga), tak lagi dipertentangkan. Dan wanita kini tak perlu terperangkap dalam stigma perbedaan jenis kelamin dalam menjalankan profesi dengan kaum pria.

Foto: pelakubisnis.com

Dewi pun mengingat masa lalu. Masih lekat dalam ingatannya 35 tahun silam. Saat itu ia berkiprah dalam bisnis garmen yang berlokasi di Pulo Gadung dengan jumlah karyawan mencapai 3500 orang. Tiba-tiba keluar peraturan dari Departemen Perdagangan yang menyatakan: “Tidak boleh ekspor kalau belum computerized!”.

Pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) ini pun berpikir, apa mungkin dalam waktu sekejap bisa “disulap” secara computerized? Tak pelak,sejumlah pelaku industri di kawasan itu memuntahkan amarahnya. Berbagai komentar mengkritik kebijakan pemerintah saat itu riuh rendah.

Tapi kondisi tidak enak itu hanya sebentar. “Karena ternyata enak banget menjalankan produksi dengan sistem computerized. Nggak ada mencong-mencong (pinggiran tidak rata-red) ketika memotong bahan (kain-red), sehingga mempercepat proses produksi dan meningkatkan kualitas bahan kain,” kata Dewi Motik kepada pelakubisnis.com, 10 April lalu.

Makanya, lanjut Dewi, penerapan teknologi industri 4.0 saat ini tak perlu diributkan. Para pelaku usaha sudah jauh-jauh hari menerapkan sistem computerized, sebagai salah satu instrumen industri 4.0 itu. Implementasi itu suatu keniscayaan . ”Saya pernah menjadi anggota delegasi Indonesia ke China pada tahun 1985 bersama Bapak Sukamdani dan Liem Sim Liong untuk melihat perkembangan industri di sana. Dulu saja kita sudah membahas soal industri computerized,” katanya lagi.

Dewi Motik dibesarkan dari orangtua yang tak mengekang masa kecilnya untuk mencari uang. Jadi isyu gender bukan masalah dalam keluarganya. Bakat bisnis ayahnya menurun ke sosok Dewi Motik sejak kecil. Pernah suatu hari ketika usianya beranjak 17 tahun, ia mendapat kiriman majalah remaja dari kakaknya (Kemala Motik-red) yang kala itu tengah belajar di Amerika Serikat. Saat itu ia melihat satu gambar desain sepatu yang sangat menarik. Timbul ide untuk membuatnya, lalu, ia pun mendatangi tukang sepatu yang kebetulan ada di belakang gedung SMA tempatnya bersekolah. Setelah mengetahui berapa biaya yang diperlukan. Dewi Motik mengambil tabungannya dan memberi modal kepada tukang sepatu itu. Dengan modal Ro. 2.500 sepasang, Dewi Motik sukses menjual puluhan sepatu itu kepada teman-temannya dengan harga Rp. 5.000 sepasang. Ia gembira, karena disain yang dipilihnya disenangi teman-temannya.

Tak hanya itu! Dewi Motik juga gemar membantu ibunya memasak kue. Di usia yang masih sangat belia, ia sudah pandai mencari peluang bisnis. Melalui jaringan ibunya, ia sering ketemu dengan istri-istri pegawai kedutaan, terutama kedutaan Amerika Serikat. Dari ibu-ibu itu, Ibu Dewi Motik mendapatkan pengalaman berjualan kue. Suatu ketika, orang Kedutaan minta dibuatkan kue yang enak, Dewi Motik memanfaatkan kesempatan itu. Setelah mendapat modal, ia pun membuatnya. Tak heran bila  hingga kini ia memiliki bisnis catering yang terus berkembang melalui jaringan  Lembaga Pendidikan Keterampilan Kewirausahaan De Mono (disingkat LPKK DE MONO) yang ia dirikan pada tahun 1989.

Diakuinya, waktu itu ibunya tidak marah atau gengsi melihat Dewi Motik berdagang. Kegiatan masak memasak ini dilakukannya terus menerus hingga sekarang ia membangun bisnis catering yang cukup sukses.

Menjadi narasumber di Acara Dewan Kerajinan Nasional bersama UMKM di kota Makassar, membahas kesiapan pengusaha kecil menghadapi era 4.0 menuju 5.0

Ini pula yang menyebabkan Dewi Motik terpilih sebagai Ketua Sub Konsorsium Usaha Jasa Boga dan Memasak Depdikbud (1984 – 1987 ; 1987 – 1990). Selanjutnya, pada tahun yang hampir bersamaan ia terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Ahli Boga Indonesia Pusat (1987 – 1999). Kebiasaan Dewi Motik untuk bekerja dan mencari uang sendiri, terus berlanjut hingga ia duduk di bangku kuliah dan sampai sekarang ia masih aktif berkegiatan di dunia bisnis dan tetap membangun jaringan dengan bersosialisasi.

Dalam konteks perannya sebagai founder IWAPI, menurut Dewi Motik, era teknologi digital yang berkembang sangat pesat ini membuat kita tidak bisa main-main dengan kondisi ini. Ia pun meminta kepada puterinya yang juga aktif di IWAPI, Moza Pramita Pramono untuk memperkenalkan marketing digital kepada para anggotanya.
Maka lahirlah IWAPI Goes Digital 2016 lalu. Sebuah program yang diinisiasi Moza Pramita dan rekan-rekan dari IWAPI. Program ini ini lahir sebagai langkah inovasi dalam mengedukasi anggota tentang betapa pentingnya pemasaran digital di era milenium ini.”Kami adakan pelatihan di 19 provinsi di Indonesia untuk 3000 pengusaha wanita,” dari ujung telepon Moza memberikan komentarnya.

Selama dua tahun pelaksanaan pelatihan IWAPI Goes Digital berjalan, Moza dan rekan-rekan bekerjasama dengan facebook melalui program #SheMeansBusiness yang merupakan program untuk menyemangati para perempuan wirausaha di tanah air dan mengajarkan tentang bagaimana cara membangun jaringan pemasaran.

Dalam hal ini program #SheMeansBusiness dilakukan dalam bentuk kelas-kelas pelatihan dan penyediaan materi pembelajarannya yang berisi seputar materi bisnis, konten kreatif dan lain-lain dengan menggunakan sarana komunikasi digital seperti handphone.”Jangan tanya apa kendalanya? Hampir tak ada kendala. Karena masyarakat di desa-desa juga sudah pegang handphone. Termasuk para ibu-ibu yang menjadi peserta didik kami, bahkan seorang petani punya handphone sampai dua unit loh. Mereka videocall dengan anak-anaknya,”ungkap Moza antusias dari perjalanan IWAPI Goes Digital keliling beberapa provinsi di Indonesia.

Bersama Pengurus Dewan Kerajinan Nasional (Foto: Dok. Dewi Motik)

Moza bersyukur program pelatihan hasil besutannya ikut mensukseskan pertumbuhan bisnis di tanah air. Iklim usaha di Indonesia berkembang dengan segala kemudahan akses yang ada saat ini. Bahkan program pelatihan bagi pengusaha wanita ini mendapat sambutan baik dari senat Amerika Serikat berkat kerjasamanya dengan Facebook Indonesia.

Dewi Motik menambahkan, biar bagaimana pun era digital harus dihadapi. Jangan malas belajar. Kuncinya selalu meng-upgrade diri sesuai perkembangan zaman. Mengapa China bisa berkembang seperti sekarang? Itu karena budaya kerja keras yang terbangun di sana. Pengusaha wanita Indonesia jangan terjebak dengan culture shock, terhadap sesuatu yang baru. Hadapi dan kuasai teknologi bila ingin maju,”terang wanita kelahiran 10 Mei 1949 ini.

Menurut Dewi Motik, sejak zaman Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad SAW , kita bisa melihat wanita bisa menjadi pengusaha sukses. “Ketika mendirikan IWAPI, saya terinspirasi dari istri Nabi Muhammad. Di samping pedagang sukses di zamannya, beliau juga seorang istri yang mendukung penuh kegiatan suami (Nabi Muhammad SAW) dalam menyiarkan agama Islam,” katanya. Ia berharap wanita pengusaha Indonesia bisa menginspirasi jejak Khadijah. Artinya ada keseimbangan antara menjalankan usaha dengan mengurus rumah tangga, tanpa ada sisi yang dikorbankan.

Dalam pandangannya perempuan sekarang, tambah Dewi Motik, bukan saatnya lagi untuk dikondisikan lebih banyak diam dan patuh, karena budaya patuh itu sangat menyusahkan. Oleh sebab itu kaum perempuan harus cerdas, kritis dan mandiri. Karena itu merupakan hak kita sebagai perempuan. Kita tidak lagi bisa menerima kebijakan yang masih memandang rendah perempuan dengan menjadikannya sebagai objek.
Suksesnya suami, ada wanita hebat yang mendampinginya. Artinya peran wanita sangat signifikan untuk kemajuan negara dalam arti makro. Dalam arti mikro, dukungan istri terhadap suami menjadi “pendorong” harmonisasi keluarganya.

Di usia 25 tahun, Dewi Motik sudah mempunyai visi jauh ke depan, salah satunya dengan mendirikan IWAPI. Sebelum itu ia sempat mendapat Predikat Ratu Luwes dari Ikatan Mahasiswa Jakarta (1968), None Jakarta (1968) dan Ratu Jakarta Fair (1968) juga Top Model of the Year (1974).

Boleh jadi ia sebagai wanita karier yang multitasking. Tak ada sisi yang dikorbankan dalam menjalankan sejumlah profesi itu. “Tapi Alhamdulillah dasar agama saya kuat dan suami saya baik. Kalau kita tidak mempunyai suami yang baik, jangan harap bisa maju. Percayalah sama saya,” tegasnya serius.

Menurutnya budaya patriarki yang berlaku di negeri ini sangat berpengaruh terhadap rendahnya angka pencapaian perempuan dibidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan dibanding laki-laki. Ketimpangan ini masih terlihat jelas jika melihat kontribusi perempuan dalam pendapatan nasional. Namun demikian perlu kita syukuri bahwa perempuan saat ini sudah memiliki banyak kemampuan untuk mendapatkan akses dalam pembangunan, apalagi bila dikaitkan dengan peran perempuan dalam percepatan program Millenium Development Goals (MDG’s).

Kelayakan pembangunan terhadap pemberdayaan perempuan dalam kesetaraan gender pada tiga aksen strategis yakni Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi. Salah satu upaya adalah, menyusun kebijakan mengenai industri rumahan, sebab 70% perempuan berkiprah disektor informal atau ekonomi rumah tangga. Upaya ini bertujuan menyejahterakan keluarga, karena memberdayakan perempuan berdampak pada kesejahteraan keluarga dan berpengaruh besar terhadap peran perempuan dalam percepatan pencapaian beberapa program Millenium Development Goals (MDG’s).

Dewi Motik mengakui 85% pengusaha wanita Indonesia masih masuk kategori UMKM (Usaha Menengah Kecil Mikro). Meski demikian, Dewi tidak mempermasalahkan apakah wanita pengusaha masih dalam kategori UMKM, tapi yang jelas memberikan kontribusi terhadap bangsa ini. Perempuan memegang peran cukup signifikan terhadap kemajuan bangsa. “Tak usah jauh-jauh, Indonesia bisa bertahan terhadap kondisi ekonomi global saat ini karena Menteri Keuangan Sri Mulyani, sebagai salah satu menteri Keuangan yang hebat,” tambahnya.

Oleh karena itu, menurutnya pengusaha wanita Indonesia jangan sombong. Kerja, kerja dan kerja, tapi jangan mengabaikan keseimbangan. Dengan kata lain, berjalan pararel, tanpa ada pihak yang dikesampingkan. “Saya saat ini berusia 70 tahun, tapi selalu bekerja dengan ikhlas. Hal ini membuat saya tak pernah letih,” urai Dr. Dewi Motik Pramono, M.Sc yang juga tercatat sebagai Ambassador of Coorperation and SME’s sambil menambahkan, semua yang kita miliki hanya semata-mata pinjaman dari Allah SWT.

Sampai saat ini, hari-harinya selalu disibukkan dengan sejumlah agenda yang sudah terjadual. Berbagai kegiatan usaha, pendidikan dan kemasyarakatan. Selain sebagai pengusaha Dewi Motik juga dikenal sebagai penulis, dan sampai hari ini masih mengajar sebagai dosen dan motivator.

Meski sejumlah kesibukan sebagai wanita karier, ia tak henti-hentinya berdialog dengan sang Khalid. Di sepertiga malam ia bersimpuh, memanjatkan doa-doa sebagai bentuk ekspresi kecintaannya kerhadap Illahi.
Bahkan, H.B. Jassin dalam pengantar buku kumpulan Sajak Dewi Motik Pramono bertajuk Cintaku Tuhanku yang sempat dicetak ulang tiga kali sampai 2017 mengatakan, bahwa seorang wanita karier bisa membuat sajak-sajak penuh ketakwaan dan mengajak bertakwa adalah suatu hal yang istimewa. Dan itu dimiliki Dewi Motik! [] siti Ruslina/Yuniman Taqwa

Exit mobile version