Pelaku Bisnis

Tour Booth UMKM Astra Bersama YDBA di Trade Expo Indonesia 2024

Tangerang, 10 Oktober 2024, pelakubisnis.com-  , Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA)  mengadakan  Tour Booth  UMKM  Astra di hari pertama ajang Trade Expo Indonesia 2024 (9/10). Kali ini  Astra  memboyong  12 UMKM  yang 7 UMKM diantaranya adalah binaan YDBA dan selebihnya  kolaborasi beberapa UMKM  di bawah pendampingan DSA.

Tujuh UMKM yang kali ini diboyong  YDBA adalah Ing Pawon, Herbor.id, Nicole’s Natural, HOFI, Nena Collection Home Décor & Textile Craft, KARieNinNA Art Traditional & Exclusive Batik dan  produsen abon PS MAS. Sementara Desa Sejahtera  Astra (DSA) membawa beberapa UMKM  kategori  kuliner seperti  Kopi Cikoneng Bogor, Bandeng Salto, DSA-Java Spices Bogor, DSA- Satria Banyumas yang membawa Gula Aren Semedo Manise dan DSA-Porang Qyu Lombok.    

Menurut  Ketua Pengurus   YDBA, Rahmat Samulo, YDBA bukan hanya sebatas membina UMKM, tapi juga mendampingi. Contoh sektor pertanian. Sektor ini bukan hanya membuat petani lebih produktif, tapi proses berikutnya diajarkan, yaitu meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian atau hilirisasi pertanian.

“Kami juga memfasilitasi UMKM binaan YDBA ketemu market, baik dalam maupun luar negeri. Dengan kemampuan ini, UMKM tersebut siap memasarkan produknya, baik di dalam negeri maupun ekspor,” kata Rahmat seraya menambahkan bila UMKM sudah siap memasarkan di dalam negeri,  maka menembus pasar ekspor akan lebih mudah.

Rahmat Handoyo, Departemen Head  and Communication  & Informasi  System YDBA  menambahkan, keikutsertaan UMKM YDBA dalam ajang TEI 2024 ini untuk memperkenalkan produk-produk hulu dan hilir pertanian kepada buyer dalam dan luar negeri. Meski ekspektasi YDBA dan Astra hanya sebatas awareness  namun   UMKM-UMKM ini pada dasarnya  siap menembus pasar ekspor.

Namun demikian, lanjut Rahmat kepada pelakubisnis.com di hari pertama (9/10) pameran TEI 2024  ICE BSD, Tangerang, Banten, UMKM yang diikutsertakan dalam pameran ini sudah dikurasi. Mereka yang diajak dalam pameran ini telah memenuhi persyaratan ekspor dan kapasitas produksi. Artinya ketika ada calon buyer yang tertarik, maka sejauhmana kesiapan UMKM tersebut untuk memenuhi berbagai aspek baik dari aspek kualitas, kapasitas produksi, perizinan apa saja yang harus dipersiapkan dan lain-lain.

Seperti  PT Ing Pawon Sukses Selaras misalnya milik Agnes Sukenty Niken Puspitarini , merupakan produsen jamu yang dikemas otentik dan kekinian.  Agnes yang ternyata Lulusan Fakultas Kedokteran UPN Jakarta ini dari keluarganya memang gemar mengkonsumsi jejamuan.  Atas dasar itu ia jadi tahu apa yang dibutuhkan  pasar. Ia mencoba mencari formula, bagaimana jamu yang identik dengan rasa pahitnya itu bisa diterima pasar. Alhasil, diakuinya sejak 2017 ia coba terjun ke usaha jamu, produknya mulai direspon pasar  sebagai jamu kekinian yang rasanya unik, enak, praktis dan mudah disajikan bahkan  bisa mix and max dengan teh, kopi , susu, cokelat atau dengan soda tawar.

Selain itu ada Nicole’s Natural milik Cathy Alexandra yang memproduksi pernak pernik peralatan makan dari kayu, healtyfood, dan perlengkapan aromatherapy  dengan mengusung konsep go green, gaya hidup yang berkelanjutan.  Nicole’s Natural  hadir mengisi ceruk pasar anak muda usia di bawah 30 tahun. Tak hanya pasar domestik seperti Jakarta, Bandung dan Bali, produknya pun sudah mulai diminati pasar ekspor seperti Korea.

Lalu ada  produsen abon PS MAS dari Surakarta, Jawa Tengah yang sudah eksis sejak tahun 1993 bahkan sudah mulai dikelola generasi ketiga.  Dalam perkembangannya PS MAS memiliki milistone sebagai produsen abon yang banyak memiliki pelanggan B2B (business to business).  Selain memenuhi kebutuhan pasar horeka (hotel, resto dan kafe) dan usaha kuliner seperti  produsen roti,  PS MAS juga menjual  makloon produknya kepada buyer  yang membangun brand abon sendiri.  Kini PS MAS, mengembangkan varian abon yang tak lagi hanya menjual abon sapi, tapi juga  berkembang  membuat abon ayam lalu ada dendeng, srondeng, dan lain-lain. “Sebelum ikut TEI 2024 ini, kami juga beberapa kali ikut pameran di Solo dan Alhamdulillah mendapatkan beberapa buyer yang membeli partai besar. Produksi kami  sekarang sudah mencapai 150 kg per hari,”jelas Hammam Abdurrasyid.

Selain kuliner, YDBA juga membawa UMKM Kerajinan seperti KARieNiNA art dan Nina Collection yang membawa produk kerajinan tas berbasis kain. Yang uniknya ia membawa  produk tas yang dikombinasikan dengan kain stagen. Kain stagen sepanjang 10 meter  seharga Rp 50 ribu pun berubah fungsi menjadi bagian detil tas yang menawan yang dijual dengan harga ratusan ribu rupiah.

Tak kalah menarik adalah UMKM  DSA. Selain ada DSA Satria Banyumas yang sudah melakukan penetrasi  ke pasar ekspor dengan produk gula arennya, ada produsen kopi Arabika dari beberapa daerah di Indonesia salah satunya dari Desa Cikoneng, Bogor, Jawa Barat yang didampingi Deputy Chairman Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), Atam Gutama.  

Menurut Gugut, panggilan akrab Atam Gutama,  Kopi Cikoneng ini  memiliki potensi untuk berkembang bahkan saat ini sudah mampu mengubah taraf hidup para petaninya. Besarnya kebutuhan kopi di  pasar nasional yang saat ini di atas  1 juta ton per tahun, menjadi peluang besar bagi para petani binaannya.  “Salah satu cara untuk memenuhi itu adalah perbaiki kebunnya. Kalau bisa ajak anak-anak muda jadi petani kopi,”ujar Gugut.

Hal tersebut harus bisa dibuktikan seberapa besar keuntungan yang didapat sebagai petani.  “Ketika kami masuk pendapatan petani di sana  Rp32 juta/tahun/hektar.  Sekarang pendapatan petani kami setahun sekitar Rp 312 juta/tahun/hektar,”ungkap Gugut. Hal tersebut terjadi menurutnya karena  jumlah produksi tanamannya meningkat. Yang tadinya hanya mampu memproduksi  1 sampai 2 ton/hektar/tahun, sekarang  sudah mampu memproduksi 10 ton/hektar/tahun bahkan lebih. 

Ada juga DSA Java Spices Bogor yang dikomandani  pengusaha senior, John Tumiwa selaku CEO Boja Farm yang terkenal dengan produk vanilanya yang disukai pasar ekspor.  Melalui Java Spices rentang produk yang dihasilkan terus bertambah seiring dengan permintaan pasar dan  salah satunya dengan merek Boja yang memiliki arti ‘bahagia’ yang konon sudah populer dengan bubuk vanilanya yang disukai pasar ekspor.  Sebagai mitra DSA, John juga membangun program kemitraan  OSP Program, Organic Sustainable Partnership Program  yakni kegiatan pendampingan dan pelatihan tentang food security program developer, CSR Developer, Organic Farm Academy dan Agro Tourism Developer hingga Integrated Organic Farm Developer yang berlangsung di daerah Tajur Halang, Cijeruk, Bogor Jawa Barat. Tak heran bila di hari pertama TEI 2024, DSA Java Spices Bogor  yang telah memiliki ratusan item produk ini sudah mendapatkan  perpanjangan kontrak buyer dari Canada. Selain Canada, Java Spices juga memiliki buyer  potensial seperti  Amerika Serikat dan Jepang. []sr

Exit mobile version