Hampers Cocotier Evrie Hertansia, Sinergi Hobbi, Bakat dan Minat

Paling nyaman menjalani usaha sesuai dengan hobbi, bakat dan minat.   Evrie Hertansia misalnya. Dari momen  membuat hampers untuk sepupu yang baru melahirkan, ia menemukan peluang bisnis bernilai  ratusan juta rupiah.

Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar kata ‘Cocotier’? Bila diasosiasikan sebagai brand,  ketika kita searching di internet akan muncul  beragam produk mulai dari kategori  produk fesyen, makanan dessert,  gambar mug (gelas) dan lain-lain.  Tapi pernah dengar produk hampers bermerek Cocotier?

Evrie Hertansia, Independent Business Owner Cocotier/Foto: pelakubisnis.com

Yap! Memang ada dan mungkin Anda  sudah mengenalnya.  Terinspirasi dari hal yang tidak disengaja   Evrie Hertansia, menemukan kata Cocotier untuk karya desain hampers-nya.  Bermula ketika ia menemukan sebuah mug bergambar beruang dan ada madu di dalam jar. Muncul ide menggunakan istilah Cocotier yang  dalam bahasa Perancis mengandung arti ‘Beruang Madu’ untuk bisnis hampernya.

Bisnis hampers? Berawal dari  cerita  menjenguk sepupunya yang baru melahirkan.  Saat itu Evrie membawa hampers yang ternyata mendapat respon positif dari sanak keluarga.  Design kaligrafi menjadi daya tarik dari hampers buatan Evrie kala itu,  dan menjadi difrensiasi dari hasil karya produk hampersnya sampai sekarang.

Ia  kadung ‘jatuh cinta’ dengan decore wedding industry setelah  sempat bergabung di perusahaan decore wedding,  Cosa Design Studio.  Boleh jadi karena minat dan bakat yang dimiliki wanita 30 tahun ini yang membuat usaha hampersnya mampu meraup omzet Rp 100 juta/bulan. “Saya memutuskan resigned  dan sempat bergabung di The Distillery Asia ,”cerita Independent Business Owner  Calligraphy & Hampers Design Cocotier ini.

Alumni Raffles Design Institute Jurusan Interior Design , Singapura  ini menjelaskan, sebenarnya  brand Cocotier sudah ia bangun jauh sebelum bekerja di Cosa Design Studio. Jadi ketika ia sempat bekerja di beberapa perusahaan,  bisnis hampers dijalankan ’ by request’ saja.  “Setiap interview kerjaan baru, diawal saya bilang kalau  saya punya side job dan di musim-musim seperti  lebaran, natal dan tahun baru, saya  akan banyak off nya. Ternyata tak masalah.  Yang penting komitmen saya, semua pekerjaan kantor tetap menjadi prioritas . Untungnya saya punya bos  dulu tuh orangnya fleksibel. Kalau memang pekerjaan sudah beres dan ingin pulang cepat, ya gak apa-apa. Tapi pada masa-masa pekerjaan kantor menuntut waktu saya lebih banyak, ya saya juga bisa lembur sampai malam. Ada juga masa-masa seperti itu,” ungkap Evrie menggarisbawahi   komitmen sebagai prinsip dalam bekerja.


Evrie: “Akhirnya saya fokus mengelola Cocotier saja,”/Foto: dok. pribadi

Boleh jadi hobbi, minat dan bakat melekat dalam jiwa Evrie yang membuatnya nyaman menjalani usaha di bidang design hampers

Alhasil, yang awalnya  hanya membuat hampers di momen-momen hari raya,  kini segmen pasarnya semakin meluas seiring dengan tren gaya hidup masa kini yang menjadikan bisnis hampers semakin menjanjikan. “Sekarang sepupu-sepupu satu per satu menikah. Teman-teman aku juga banyak yang minta dibuatin hampers. Kalau dulu  permintaan  hampers wedding organizer   tak sebanyak sekarang,”tutur Evrie yang mendapat cuan di tengah momen pandemic orang banyak memesan hampers.

Ia melanjutnya, di era sekarang,  untuk wedding organizer industry saja sudah begitu luas permintaan pasar akan hampers.  Belum lagi untuk momen-momen yang lain seperti ulang tahun, orang melahirkan, wisuda hingga yang sekedar ingin memberi hadiah.

Sebenarnya jauh sebelum ada Cocotier ia sudah mendapat pesanan hampers.  Memang jumlahnya belum sebanyak di masa pandemic ini.

Suatu saat ia ketemu dengan gelas mug bergambar beruang di toko grosir aksesoris ketika hendak membuat  hampers  pesanan untuk momen natal sekitar tahun 2016-2017.  Saat itu ia ingin sekali membeli 1 atau 2 pieces untuk tambahan aksesoris hampers, namun ternyata ia harus membeli minimal 150 – 200 pieces. Ia sempat ‘hopeless’, ia sampai merayu penjualnya sampai akhirnya ia membeli sekitar 100 pieces mug. Setelah membeli 100 pieces mug, dia kebingungan bagaimana cara menjual hampers dengan menggunakan mug sebanyak itu. Kalau menunggu season  hari raya natal tentu lama sekali. “Akhirnya saya putar otak, bagaimana agar 100 pieces ini bisa laku. Aku buat menjadi 4 macam hampers. Ternyata hampers itu terjual semua bahkan  saya sampai harus  nambah-nambah  beli lagi mug itu,”cerita  Evrie tentang liku-liku membangun usaha hampersnya.

Kini bisnis hampersnya tak hanya melayani pada momen-momen lebaran, natal dan tahun baru saja,  tapi segmen decorative wedding ternyata tidak bisa dipandang sebelah mata. Evrie sempat keteteran melayani pelanggan untuk segmen pasar  wedding hampers.  Pada momen ini  mantan Creative Consultant The Distillery Asia ini  memutuskan berhenti bekerja pada orang lain. “Akhirnya saya fokus di Cocotier saja,”akunya.

Bagaimana  nama Hampers Cocotier sampai dikenal pasar?  Promosi dari mulut ke mulut saja atau gaya marketing seperti apa yang dijalani Evrie hingga secepat itu ia mudah menjual hampersnya?

Usaha Cocotier masuk nominasi Jemput Rejeki Indosiar/Foto: YouTube

Rupanya  ia penganut mental anak jaman sekarang yang ‘ogah mengemis’ . Diakuinya ia tak pandai di bidang marketing. Kalau orang mengenal  produknya, itu karena memang sudah melihat kreasi dia sebelumnya. Seperti cerita ketika ia hendak menengok sepupunya yang baru saja melahirkan. Disitu sanak keluarga yang lain melihat dan satu per satu memesan.  Namun,  marketing yang paling ampuh justru dari sosial media seperti  Instagram (IG). “Saya orangnya pemalu dan gak berani nawarin. Sampai sekarang orang tahunya dari IG Cocotier. Kayanya rata-rata  mereka lewat IG lalu masuk ke WA atau masuk ke marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Ujung-ujungnya lewat WA karena bisnis ini lebih custome,”ungkap Evrie.

Sejauh ini menurutnya tak ada strategi bisnis tertentu untuk mengembangkan usahanya.  Tidak ada benchmark, ia hanya melakukan riset pasar kecil-kecilan. “Intinya saya ingin membuat barang yang bisa dipakai lagi. Saya gak suka menggunakan barang yang habis sekali pakai habis itu tak ada gunanya lagi. Jadi seperti merusak bumi.   Maunya kasih  hadiah untuk orang lain yang cantik. Tapi saya berusaha meminimalisir barang yang  tidak bisa dipakai lagi. Terutama untuk wadah. Kadang banyak yang tidak bisa dipakai lagi. Yang multifungsi seperti kotak kayu, itu bisa difungsikan lagi menjadi tempat wadah barang. Klien juga biasanya request barang yang bisa difungsikan lagi. Jadi saya usaha pakai barang organic,”papar Evrie.

Ia juga harus pertimbangkan masalah pada saat harus mengirim barang.  Karena pasar Hampers Cocotier saat ini bukan hanya bicara Jabodetabek, tapi pelanggan Evrie sudah menjangkau seluruh Indonesia. “Saya kirim sampai ke kota-kota yang namanya gak pernah saya dengar dan ongkirnya bisa sampai Rp 200 ribuan/kg. Bahkan lebih dari itu ada. Tapi lebih banyak sih masih di kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya dan Medan. Sesekali ada juga pesanan dari Papua,”tutur Evrie yang mengaku tidak bisa menargetkan besaran omzet .  “Yang jelas seperti lebaran dan chrismast itu pesanan bisa sampai 500 pieces. Saya pukul rata saja bisa sampai Rp 100 – 200 juta per bulan. Tapi saya tidak bisa pukul rata-rata per bulan bisa dapat berapa. Jujur tidak pernah hitung, mungkin grossnya  di weekdays bisa Rp40-50 juta per bulan,”ungkapnya.

Sejak 2016 hingga sekarang diakuinya ia baru dibantu 1 orang dan yang lain freelancer  by project. Mungkin seperti graphic desainer dan bagian admin itu juga per project saja.

Yang jelas menurutnya, bisnis hampers saat ini sangat menjanjikan. Terlebih tipikal orang Indonesia yang gemar bersilaturahmi dan suka memberi bawa hantaran. Apalagi di momen pandemic ini karena silaturahmi  langsung ketemu tidak bisa, akhirnya  bersilaturahmi virtual dan mengungkapkan kasih sayang dengan mengirim hantaran.

Tak dipungkiri makin banyak orang jualan hampers karena  di masa pandemic ini disaat pertemuan silaturahmi dibatasi, maka sebagai ungkapan rasa kangen, kita kasih sesuatu dalam bentuk hampers. “Orang Indonesia itu suka memberi. Kalau tidak bisa memberi sesuatu rasanya gak enak. Itu yang membuat tren bisnis hampers semakin tinggi di masa covid,”jelas Evrie yang saat ini juga mendapat order dari korporat seperti  Thailand Tourism, BCA –Bank Central Asia–, local product dan perusahaan-perusahaan seperti Channel, Bulgary, Time International dan masih banyak lagi.  “Adapula yang pesan dari Alibaba.com,”tambahnya.

Lantas, apa yang membedakan Hampers Cocotier dengan hampers yang lain? “Di satu sisi saya ingin menciptakan apapun yang saya suka. Di sisi lain saya harus lihat pasar, yang seperti apa yang diinginkan pasar Indonesia. Untuk kualitas, sebisa mungkin selalu ia jaga. Saya yakin  yang namanya error mistage itu pasti ada. Tapi kita sikapi saja dengan lebih humble, meminta maaf dan mencarikan solusi buat konsumen. Quality and Service sesuatu yang tidak akan bohong,”tutur Evrie yang menjual hampers mulai harga Ro300 ribu sampai  jutaan rupiah.

Ke depannya ia  hanya ingin menjalani usaha ini sesuai dengan caranya. Ia merasa beruntung bisa melakukan apa yang dia suka  dan tetap bisa menghasilkan. Sekarang ia jalani saja apa yang ia  suka, tidak pernah ada ambisi harus mengambil  dengan passion dan ambisi tertentu.  “Saya buat custom hampers yang memungkinkan nilainya lebih personal,”kata Evrie mengakhiri pembicaraan dari ujung telepon. []Siti Ruslina