Tingkatkan Daya Saing UMKM Melalui Laporan Perdagangan Berkelanjutan

Jakarta, 25 Oktober 2021 – Salah satu upaya meningkatkan daya saing usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di pasar global adalah pelaporan harus berbasis perdagangan berkelanjutan (sustainablity report). Pelaku ekspor harus lebih memahami berbagai aspek tentang perdagangan berkelanjutan ini agar bisa diterima di berbagai negara di dunia.

Sedikitnya 1000 UMKM kini didampingi Direktorat Kerja Sama Pengembangan Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Eskpor Nasional Kementerian Perdagangan untuk bisa menembus pasar ekspor dan mampu membuat profil dan laporan perusahaan yang berisi isu perdagangan berkelanjutan ini.

Kemendag menggandeng Global Reporting Initiative (GRI) dan Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI) menggelar forum bisnis bertema “Strategi Branding Melalui Sustainability Company Profile untuk Pendamping BDS” secara hibrida. Forum bisnis ini digelar hari ini, pada 25/10 dan merupakan rangkaian dari Trade Expo Indonesia ke-36 Digital Edition (TEI-DE).

Turut hadir Ketua ABDSI Cahyadi Joko Sukmono, Ketua ABDSI Korwil Bali Tjok Widyawati, GRI ASEAN Regional Program Manager Lany Harijanti, dan GRI Country Program Manager Hendri Yulius Wijaya. Forum bisnis ini juga diikuti sekitar 200 pelaku UMKM dari berbagai daerah.

“Penyelenggaraan forum bisnis ini diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM untuk menembus pasar ekspor global yang kini semakin menjadikan sustainability sebagai syarat penerimaan produk. Kesadaran terhadap isu sustainability juga dapat meningkatkan daya saing produk di pasar global,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi di tempat terpisah.

Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Marolop Nainggolan mengatakan, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran para pelaku usaha terhadap isu sustainability agar dapat meningkatkan daya saing. Salah satunya, melalui pembuatan pelaporan berkelanjutan (sustainability report).

“Pelaporan berkelanjutan sangat penting mengingat di era berkelanjutan saat ini. Untuk dapat melakukan ekspor, UMKM harus mempersiapkan diri menyediakan data administrasi seperti environmental, social, and corporate governance (ESG),” jelas Marolop.

Menurut Marolop, forum bisnis ini terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama adalah seminar web atau webinar yang menjelaskan prinsip-prinsip sustainability bagi UMKM dan strategi pemasaran. Selain itu, peserta juga diminta untuk menuliskan kinerja sustainability dalam profil perusahaan. Sementara, pada sesi kedua di hari yang sama, para trainer ABDSI mendampingi UMKM untuk menyusun profil perusahaan dan berduskusi langsung dengan trainer. Profil perusahaan dapat disusun hingga dua minggu ke depan yaitu 26 Oktober 2021—15 November 2021.

“Saat ini, negara-negara tujuan ekspor, seperti negara di Eropa dan Amerika semakin memperketat kriteria sustainability untuk produk-produk yang diperbolehkan masuk ke negaranya. Kami berharap para pelaku UMKM dapat memanfaatkan sesi pelatihan dalam forum bisnis ini dengan sebaik-baiknya. Sehingga, nantinya dapat menghasilkan UMKM yang andal dalam menyambut era sustainability,” kata Marolop.

Ketua ABDSI Cahyadi Joko Sukmono mengatakan, ABDSI sebagai asosiasi yang bergerak dalam pembinaan UMKM di seluruh Indonesia mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan bersama Kementerian Perdagangan dan GRI.

“ABDSI akan terus berupaya memberikan fasilitasi dan pendampingan bagi UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing. Pada forum bisnis kali ini, akan lebih ditekankan pada pengembangan strategi branding dan pemasaran UMKM yang berbasis prinsip sustainability,” imbuh Cahyadi.

 Isu keberlanjutan, lanjut Cahyadi, menjadi satu kebutuhan dalam beberapa waktu terakhir. “Meskipun dalam konteks UMKM isu green business belum menjadi isu yang menarik secara signifikan, keberlanjutan harus dimaknai jangka panjang. Bisnis harus bersama-sama menjaga ekosistem agar tetap berkelanjutan, tidak hanya tujuan ekonomi tetapi juga tujuan lingkungan dan sosial dengan menghubungkan kebutuhan global seperti memenuhi syarat negara tujuan ekspor untuk green business,” imbuhnya.

GRI Country Program Manager Hendri Yulius Wijaya menambahkan, prinsip-prinsip sustainability meliputi tiga aspek, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Ketiga prinsip tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan perubahan atau perbaikan internal maupun eksternal perusahaan. Beberapa contoh kegiatan sustainability, antara lain pelatihan dan pengembangan karyawan, pengelolaan limbah produk atau kemasan, penghematan energi dan air di lokasi pengolahan, penggunaan pemasok lokal, dan pelatihan masyarakat lokal untuk menjadi karyawan.[]sp