Perusahaan Yang Menjalankan Ekonomi Sirkular Mampu Tingkatkan Nilai Tambah

Memang sampai sat ini ekonomi sirkular masih bersifat imbauan, belum ada mandatori atau kewajiban. Padahal bila voluntary-voluntary tersebut diakumulasi dalam industri, maka   akan cukup signifikan meningkatkan kredibilitas industri serta menunjukkan komitmen dunia usaha terhadap kebijakan pemerintah.

Bila melihat beberapa tahun terakhir, dari segi indikator dan target RPJMN tentang implementasi ekonomi sirkular pada 2020-2024, Indonesia mencatatkan hasil cukup positif.  Misalnya, jumlah perusahaan yang tersertifikasi Standar Industri Hijau (SIH) dari target 28 perusahaan pada 2020, berhasil mencapai 71 perusahaan pada 2024. 

Pakar ekonomi lingkungan IPB University Eka Intan Kumala Putri menyatakan,  ekonomi sirkular pada industri akan berdampak signifikan terhadap penerimaan negara sehingga kalangan industri termasuk industri baja diharapkan menerapkannya. salah satunya PT Gunung Raja Paksi dengan menghasilkan green aggregate dari slag grinding. Green aggregate tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang seperti konstruksi jalan, industri batako dan paving block, beton ready mix, dan lain sebagainya, sebagaimana dikutip dari antara, 13/3/2024.

Menurut dia, industri baja tersebut bisa dikategorikan menerapkan ekonomi sirkular sebab telah mendaur ulang limbahnya lebih dari satu tahap.”Memang tidak mungkin sampai zero waste. Tetapi prinsipnya, ekonomi sirkular akan meminimalisir waste yang terbuang,” ujarnya.

Sistem ekonomi circular diperkenalkan oleh Ellen MacArthur dan telah menjadi referensi global. Ekonomi circular ini mengemukakan bahwa sumber daya seperti plastik dapat digunakan berkali-kali melalui “Open Loop System” dimana plastik pasca konsumsi dapat didaur ulang menjadi produk lain seperti tas, sepatu, atau baju. Selain itu, plastic ini juga dapat digunakan lagi melalui “Closed Loop System” dimana plastik pasca konsumsi didaur ulang menjadi produk yang sama seperti botol plastic kemasan didaur ulang menjadi botol plastic kembali. Beberapa negara berkembang telah berhasil menerapkan praktik seperti ini, termasuk PRO di Vietnam, ECOCE di Meksiko, PETCO Plastic Recycling South Africa, dan PRO Europe. Sebagaiana dikuti dari artikel Packaging Recovery Organization (PRO) pada Ekonomi Sirkular (Circular Economy), oleh Linda Kusumaning Wedari S.E., M.Si., Ph.D., Ak., CA., CLI., CSRA, binus.ac.id, 12/2/2024

Sementara Kementerian Perindustrian terus mendukung sektor industri manufaktur melakukan transformasi ke arah pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, Kemenperin berkomitmen untuk memacu pembangunan industri melalui konsep industri hijau dengan prinsip menggunakan sumber daya alam yang efisien, dapat diguna ulang, ramah lingkungan, berkelanjutan, serta memanfaatkan sampah sebagai energi alternatif.

“Saat ini, isu terkait ESG (environmental, social, and governance) dan industri hijau sudah menjadi perhatian yang penting. Bahkan bila mencermati Leaders Declaration KTT G20 yang lalu, ada penekanan memperkuat implementasi ESG dan industri hijau,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Peresmian Pabrik Daur Ulang PET (Polyethylene Terephthalate) Food Grade PT. Bumi Indus Padma Jaya (BIPJ) di Jombang, Jawa Timur, 8/2/2023, yang dikutip dalami rilis Kemenperin.

PT BIPJ merupakan perusahaan joint venture yang juga didukung oleh perusahaan industri Mayora Group. PT Menperin memberikan apresiasi kepada Mayora Group atas keberhasilan pembangunan pabrik daur ulang PET dengan kualitas yang memenuhi standar keamanan pangan (food grade) ini, terlebih lagi total investasinya mencapai Rp183 miliar.

Pabrik daur ulang PT. Bumi Indus Padma Jaya terbesar di Indonesia/foto: ist

“Pabrik ini wujud nyata sebagai milestone yang akan membantu kita semua untuk mengurangi sampah yang ada di masyarakat, khususnya sampah plastik. Pabrik ini juga membuktikan bahwa PET yang selama ini distigmakan menjadi ‘monster’ atau barang yang berbahaya, saat ini justru menjadi sesuatu yang mempunyai nilai tambah karena PET ini menjadi bahan baku dari bagian ekosistem ekonomi sirkular yang sama-sama sedang kita kembangkan,” terangnya.

Selain itu, lanjut Menperin, upaya ini diyakini dapat mewujudkan visi Indonesia menjadi negara industri tangguh yang bercirikan strukur industri nasional yang kuat, sehat dan berkeadilan, industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global, serta industri yang berbasis inovasi dan teknologi. “Apalagi, saya mendapatkan komitmen dari perusahaan akan melakukan ekspansi ke depannya,” imbuh Agus.

Menperin optimistis, adanya pabrik daur ulang plastik PT BIPJ dengan kapasitas produksi Recycled PET Plastic (RPET) sebesar 22.000 ton per tahun ini dapat memperkuat ekosistem daur ulang dan ekonomi sirkular serta dapat meningkatkan tingkat pengumpulan sampah plastik di Indonesia. Fasilitas ini akan menyerap tenaga kerja lokal lebih dari 150 orang dan didukung dengan teknologi paling modern.

“Saya berpesan kepada Mayora Group dan PT BIPJ agar dapat menjaga lingkungan sekitar dengan baik, selaras dengan komitmen pemerintah dalam upaya menciptakan industri hijau,” tegas Agus. Selain itu diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat baik melalui produk pelet PET yang dihasilkan, maupun melalui program-program berkelanjutan dengan melibatkan sejumlah mitra kerja dan berbagai pemangku kepentingan, termasuk keterlibatan pemerintah daerah.

Presiden Direktur PT BIPJ Christine Halim menyampaikan, perusahaan ini didirikan sebagai upaya besar untuk mengumpulkan sampah plastik agar bisa memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu mewadahi usaha para pelaku UMKM dan pemulung serta dapat mendukung program penyerapan tenaga kerja.

Menurut Christine, pabrik daur ulang ini sudah menggunakan teknologi pengolahan PET paling modern dan berfokus pada higienitas. Ada dua proses utama yang dilakukan PT BIPJ dalam pengolahan botol plastik PET menjadi food grade recycled plastik resin.

Pertama, dimulai dengan proses pembersihan dan pembukaan tutup. Lalu botol PET bekas tersebut diseleksi secara otomatis untuk kebersihan warna. “Setelah itu proses pencacahan menjadi serpihan untuk kemudian pencucian dan pengeringan,” jelasnya.

Kedua, proses ekstrusi, yakni perubahan plastik dari bentuk padat menjadi cair. Kemudian, proses dekontaminasi kontaminan dengan proses solid state polycondensation (SSP), dan yang terakhir proses pencetakan pellet plastik. “Pellet plastik inilah yang dapat diolah kembali untuk menghasilkan produk plastik baru,” ujar Christine.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia GAPMMI Adhi S. Lukman turut mengapresiasi langkah Mayora Group yang telah mendirikan BIPJ sebagai bagian dari gerakan ekonomi sirkular nasional yang terintegrasi dan komprehensif. “Ini akan meningkatkan kredibilitas industri serta menunjukkan komitmen dunia usaha terhadap kebijakan pemerintah,” ucapnya.[] Yuniman Taqwa