Kilau  Bisnis Aksesoris Batu Martapura Itha Daniel Lewat Nadha Jewelry

Itha Daniel berhasil membawa Nadha Jewelry ke pasar luar negeri. Omzet tertinggi yang pernah diraihnya dari bisnis perhiasan batu menembus angka Rp70 juta per bulan.  Baru tahun 2022 ia pahami ternyata model aksesoris  buatannya  banyak disukai turis asing. Ia pun melenggang go internasional membawa perhiasan batu ‘akik’ martapura.

Semasa suaminya bekerja di perusahaan penerbangan, Itha Daniel kerap menitip kain tradisional kepada suami ketika dinas ke luar kota. Tak heran bila ia memiliki koleksi ratusan kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Lantas jiwa bisnis Itha terpanggil ketika  suatu saat ia melihat ada keunikan dari produk aksesoris berbahan kain.   Awalnya ia membuat kerajinan tas yang dikombinasikan dengan kain-kain bermotif nusantara.  Kemudian tahun 2018 muncul ide  memanfaatkan sisa kain-kain tradisional  menjadi aksesoris perhiasan wanita seperti  gelang dan kalung.  Namun ada kejenuhan ketika ia dapati usaha ini kurang prospektif.  Menurut Itha, cara  membuatnya tidak mudah dan cukup melelahkan tapi nilai jualnya tidak tinggi. “Paling mahal Rp250 ribu,”ujar istri Daniel Tambunan ini.

Itha mengkreasikan   perhiasannya lebih ringan dan lebih simpel  yang bisa  ‘daily use’‘/Foto:Dok.Pribadi

Hingga suatu ketika suaminya dipindahkan ke Batulicin, Martapura, Sumatera  Selatan. Disitu ia menemukan banyak batu-batu akik yang memunculkan ide baru bagi usahanya.  Iapun mulai menggambar desain perhiasan yang terbuat dari bebatuan akik. Itulah awal Itha terjun ke bisnis perhiasan berbasis batu akik.

Waktu itu Itha Daniel belum fokus menekuni dunia bisnis. Ia masih menjual hasil karya desainnya  sebatas kepada teman-temannya.  Selang lima tahun sebelum suami pensiun sekitar tahun 2018, ia baru terpikir membuat badan usaha. Ia pun rajin mengikuti pameran-pameran BUMN. Itupun belum berorientasi sepenuhnya pada bisnis, melainkan juga ada misi sosial dalam setiap kegiatannya.

Hingga suatu saat Dinas PPUPKM (Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah) Provinsi  DKI Jakarta melihat potensi usaha Itha.  Dari situ ia mulai dikenal di lingkungan perusahaan BUMN  sebagai UMKM Potensial.

Mantan profesional di perusahaan petrokimia inipun menyadari dirinya memiliki jiwa seni yang tinggi meskipun memiliki latar belakang  sebagai sarjana chemical engeenering. Ia pun memutuskan berhenti bekerja dan memilih kesibukan berwiraswasta sebagai UMKM di industri perhiasan batu.

Tahun 2022 ia diminta Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah-red) ikut pameran yang diinisiasi  PPUPKM  DKI  ke New York, Amerika Serikat. Sebelumnya ia hanya pameran di Jakarta seperti  pada event  InaCraft , Pesona Kriya Nusa, Pameran Jewelry di Jakarta dan sebagainya. “Saya bersyukur  karena selalu diajak ikut pameran-pameran bergengsi. Mungkin karena produk saya yang lolos kurasi,”ujar pegiat UKM yang produknya masuk nominasi di ajang InaCraft 2023 untuk kategori produk perhiasan batu yang dikombinasikan dengan pengikat silver. “Pengrajin membaca gambar desain saya kemudian membuatnya sesuai arahan saya,”tutur wanita 55 tahun ini tentang proses produksi perhiasannya.

Animo masyarakat luar negeri terhadap produknya di luar dugaan Itha.”Itulah pasar saya,”ungkap Itha  yang menyadari produknya justru disukai wisatawan luar negeri.

Nadha Jewelry di Booth Yayasan Dharma Bhakti Astra/Foto: pelakubisnis.com

Pada suatu kesempatan kapal pesiar yang keliling dunia yang melewati Indonesia mereka berhenti di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dan ia  diminta Dekranasda Jakarta Utara untuk  ikut berpartisipasti dalam pameran tersebut. “Cuma satu hari dalam hitungan jam omzet penjualan bisa sampai Rp25-30juta,”ungkapnya.

Ternyata produknya niche market. Customernya justru para ekspatriat.  Diakuinya hingga kini penjualan terbesar dari pasar turis asing. Perbandingan customer asing dengan lokal mencapai 80:20. Tipikal orang Indonesia membeli perhiasan untuk berinvestasi, berbeda dengan orang asing yang membelinya karena nilai estetikanya.

Desain yang unik semua nya handmade bahkan kadang motifnya  mengangkat ukiran perhiasan tradisional jaman dulu.  Namun dipahami perhiasan tradisional biasanya berat dan tebal. Jadi Itha mengkreasikan   perhiasannya lebih ringan dan lebih simpel  yang bisa berfungsi  ‘daily use’.  Maka dari itu ia pun berkiblat juga ke pasar dunia  dan yang menjadi benchmark nya adalah Italia. Perhiasan terbaik dunia dalam kacamatanya adalah Italia. “Desain tingkat kerumitan dari desainnya sama dengan kita. Tapi dia diterima pasar karena dipakai daily use,”tutur  Itha yang mengaku karyanya banyak disukai konsumen Amerika dan Eropa.

Bila di tanah air masyarakat melihat batu akik berdasarkan jenisnya, namun ia tidak berpatokan kepada jenis bebatuannya melainkan kepada bagaimana  ia bisa menciptakan perhiasan yang seindah mungkin. “Benda yang tidak memiliki nilai ekonomi baik sekarang kami  jadikan sebagai barang yang memiliki nilai ekonomi kreatif yang memiliki nilai jual bagus, “ujar nya yang omzet rata-rata mencapai Rp20 juta paska pandemic lalu dengan harga jual mulai Rp 500 ribu hingga puluhan juta rupiah.

Nadha Jabu Jewelry banyak mengikuti pameran yang diinisiasi beberapa kementerian terkait, BUMN juga pihak swasta. Belum lama brand perhiasan batu ini menjadi salah satu dari sembilan  pegiat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)  sektor Kerajinan  binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)  di Pameran Produk Kerajinan Inacraft  yang berlangsung  28 Februari – 3 Maret 2024 di Jakarta Convention Centre (JCC) Jakarta.  

Owner Nadha Jabu Jewelry ini menjelaskan bagaimana bahan baku perhiasan batunya yang diambil dari beberapa daerah  di Indonesia seperti batu-batuan dari Martapura  yang cukup diminati turis asing. Di InaCraft ia sempat menunjukkan salah satu item kalung bertema Bunga Tapak Dara yang sempat masuk nominasi dalam salah satu ajang lomba yang diselenggarakan Dekranasda DKI Jakarta. “Bulan September 2024 mendatang Nadha Jabu Jewelry akan dikirim Kementerian Perindustrian  ikut pameran  International Jewelry di  Hongkong,”tutur Itha memberi kabar gembira.

Satu hal yang menjadi harapannya, suatu hari produk perhiasan dari Indonesia bisa diterima masyarakat dunia. Kita perlu banyak belajar dari negara seperti Thailand yang sudah memiliki fasilitas lengkap untuk menghasilkan produk perhiasan khususnya perhiasan batu yang lebih sempurna. Setidaknya ia berharap dari pemerintah membuka peluang pegiat UMKM perhiasan untuk belajar ke negara seperti Thailand untuk proses plating, cutting, finishing dan sebagainya. []Siti Ruslina