Memanfaatkan Fasilitas Paska Asian Games 2018

Fasilitas yang dibangun dan direnovasi untuk penyelenggaraan Asian Games 2018 menjadi “menara gading” yang menimbulkan kekhawatiran kita bersama. Paska Asian Games fasilitas itu seyogyanya membawa kemaslahatan bagi bangsa ini!

Berkaca pada pengalaman negara lain, event olahraga internasional dapat berdampak negatif terhadap perekonomian tuan rumah akibat menumpuknya utang dan pemanfaatan sarana olahraga yang kurang optimal. Betapa tidak, sejumlah dana ukuran “jumbo” digelontorkan untuk penyelenggaraan event. Dari mulai pembangunan dan renovasi sarana dan prasarana fasilitas olah raga sampai infrastruktur penunjang lainnya.

Total perkiraan biaya konstruksi fasilitas pendukung Asian Games 2018, termasuk pembangunan Gelora Bung Karno, Stadion Jakabaring, Wisma Atlet, dan Light Rapid Transit (LRT) mencapai Rp34 triliun, sedangkan biaya operasional sebesar Rp7,2 triliun.

Pengalaman banyak negara menunjukkan, menjadi tuan rumah pesta olahraga internasional sekelas Piala Dunia atau Olympiade umumya rugi dan membebani keuangan negara. Guna menutupi kekurangan, rakyatlah yang akhirnya ikut mensubsidi lewat pajak.

Di Brazil, misalnya, beberapa saat sebelum piala dunia sepak bola tahun 2014 di gelar di sana, terjadi kerusuhan akibat protes yang dilakukan sejumlah pihak di 10 kota di Brazil. Protes tersebut berkaitan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan pemerintah atas penyelenggaran piala dunia di sana.

Saat itu media massa memberitakan bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun dan memperbaiki 12 stadion sebesar US$ 2,7 milyar atau sebesar 13% dari total anggaran pendidikan di Brazil. Tak urung timbul persepsi di msyarakat bahwa penyelenggaraan event sekelas piala dunia tidak memberi dampak positif bagi Brazil sebagai tuan rumah yang justru mengeluarkan biaya besar untuk persiapannya

Hal tersebut perlu menjadi pembelajaran bagi Indonesia sebagai ruan rumah penyelenggaraan Asian Games 2018. Sejak ditunjuk sebagai tuan rumah oleh Komite Olimpiade Asia pada September 2014, pemerintah sangat serius mempersiapkan pelaksanaan Asian Games 2018. Hal ini mengingat manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan Asian Games 2018 tidak hanya sebatas di bidang pembinaan olahraga nasional, tetapi juga dari sisi pembangunan infrastruktur, pariwisata, dan perekonomian secara lebih luas.

“Saya ingin agar momentum Asian Games 2018 ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan bangsa,” ungkap Presiden Joko Widodo pada rapat terbatas Asian Games 2018 April lalu. “Jangan berpikir bahwa itu semua dibangun hanya untuk Asian Games semata. Kita membangun infrastruktur itu juga untuk kepentingan kemajuan bangsa kita di masa depan,” tambahnya.

Berkaca dari pengalaman negara lain yang pernah menjadi tuan rumah Asian Games, keuntungan yang didapat memang tidak kecil. Thailand, misalnya, meraup surplus Rp 300 miliar  setelah penyelenggaraan Asian Games XIII di Bangkok. Sementara Korea Selatan berhasil mengantongi surplus Rp.670 miliar pasca-Asean Games XIV di Busan. Nilai ini belum ditambah dengan keuntungan lain seperti pertumbuhan pariwisata dan pemanfaatan infrastruktur.

Sementara dampak ekonomi penyelenggaraan Asian Games 2018 sudah dikaji Bappenas. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) mengestimasi total dampak langsung penyelenggaraan Asian Games 2018 terhadap ekonomi di Indonesia mencapai Rp 45 triliun.

“Total dampak langsung penyelenggaraan Asian Games 2018, baik dari sisi pengeluaran pengunjung, biaya konstruksi, dan biaya operasional, terhitung sejak 2015 hingga 2018 mencapai Rp 45 triliun,” kata Menteri PPN, Bambang Brodjonegoro saat jumpa pers di Gedung Bappenas, Jakarta, beberapa waktu lalu

Selain manfaat ekonomi, lndonesia akan mendapat manfaat non-ekonomi dari gelaran Asian Games 2018 di antaranya meningkatkan kohesi sosial dan mendorong perubahan budaya, perilaku, dan karakter masyarakat, dan meningkatkan kualitas tenaga kerja untuk event internasional melalui partisipasi sukarelawan. Asian Games 2018 juga akan mendorong masyarakat melakukan aktivitas olahraga sekaligus mengajak generasi muda untuk belajar mengenai semangat olahraga dan sportivitas, serta meningkatkan profil Indonesia di mata internasional.

Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla menjelaskan pentingnya penyelenggaraan Asian Games bagi Indonesia. Indonesia baru pertama menjadi tuan rumah kegiatan olahraga tersebut pada 1962. Sementara China dan Thailand telah tiga kali menjadi tuan rumah Asian Games. Karena itu penyelenggarannya mendorong sinergi dan kerjasama yang besar.

Lebih lanjut ditambahkan, olahraga menjadi bagian dari keseharian masyarakat. “Maka butuh biaya besar terutama untuk venue. Seandainya kita tidak menjadi tuan rumah pada 1962 maka kita tidak punya Gelora Bung Karno (GBK), kita tidak punya televisi dan tidak punya atlet-atlet yang berprestasi,” katanya.

Menurut Bambang, untuk mencegah dampak negatif terkait pemerliharaan dan penggunaan venue selepas Asian Games 2013 tersebut diperlukan upaya peningkatan aktivitas atau event olahraga sebagai bagian ‘grand design’ peningkatan prestasi olahraga Indonesia, peningkatan awareness masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga, dan pemanfaatan venue olahraga untuk aktivitas lain di luar olahraga MICE (Meeting, Incentives, Conferences, & Exhibition).

Komplek olahraga Jakabaring

Saat ini, telah dibentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jakabaring Sport City yang bertugas mengelola aset keolahragaan di Jakabaring secara profesional sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal, baik untuk event olahraga nasional dan internasional, maupun untuk digunakan masyarakat umum.

Di tempat terpisah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan mendapat informasi dari pengelola GBK. Jadinya semua venue ini didesain untuk multifungsi. Tidak hanya untuk Asian Games. Seperti Istora itu satu tahun sudah di-book orang. Jadi dalam rangka pemeliharaan dana itu bisa digunakan.

Nanti parkir yang 500 mobil setiap gedung itu juga menjadi sumber pembiayaan untuk dipakai pemeliharaan. Lapangan bola ABC juga sudah di-booking jauh-jauh hari. jadi untuk mencari waktu latihan sudah susah karena fully booked.

Kegiatan Penataan Kawasan GBK merupakan upaya menata dan membangun kembali “kejayaan” kawasan GBK sebagai warisan utama Ruang Terbuka Hijau dan Kawasan Olahraga Kota Jakarta. Upaya ini dicapai dengan langkah-langkah untuk mewujudkan peningkatan kualitas fungsi, kualitas visual, dan kualitas lingkungan komponen-komponen pembentuk Kawasan Gelora Bung Karno. Upaya peningkatan kualitas fungsi dilaksanakan dalam bentuk menata dan menciptakan kembali ruang publik untuk kegiatan multi fungsi, meningkatkan fungsi ruang terbuka hijau yang berada di antara venue-venue olahraga yang berupa Taman Monumen Hijau, menata kembali jaringan pintu masuk dan keluar serta jaringan sirkulasi di dalam kawasan, dan membangun ruang-ruang dan bangunan pendukung kegiatan masyarakat di kawasan seperti foodcourt, food plaza, toilet, musholla, shelter bus, dan lain-lain.

Upaya meningkatkan kualitas visual diwujudkan dalam bentuk menciptakan elemen senirupa pada koridor-koridor baru yang lebih bermain secara visual dan penataan dan pembangunan kembali taman dan lansekap dengan material yang lebih berwarna. Sementara upaya peningkatan kualitas lingkungan diwujudkan dalam bentuk menciptakan lingkungan dengan jaringan drainase Zero Run Off dimana semua air limpasan dialirkan ke dalam Ground Tank dan Kolam Resapan untuk dimanfaatkan kembali sebagai air cadangan dan penyiraman tanaman, menciptakan jaringan utilitas kota yang terintegrasi ke dalam jaringan bawah tanah, dan menciptakan ruang terbuka biru berupa jaringan kolam resapan di sekeliling Stadion Utama yang terintegrasi dengan poldwer Taman Ria Senayan.

Selain diharapkan mendukung capaian prestasi atlet-atlet Indonesia, pembangunan dan perbaikan venue-venue tersebut akan meningkatkan kualitas serta estetika bangunan menjadi representatif dan bertaraf dunia. Pasalnya, infrastruktur yang dibangun harus mampu memenuhi standar yang ditetapkan induk cabang olahraga internasional. Lapangan hoki, misalnya, kini tengah menjalani proses sertifikasi yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi internasional yang ditunjuk oleh Federasi Hoki Internasional (FIH). Venue lain adalah stadion renang, yang spesifikasi kolamnya disesuaikan dengan standar yang ditetapkan Federasi Renang Internasional (FINA). Uniknya, karena stadion renang adalah salah satu bangunan cagar budaya yang ada di kawasan GBK, pemugaran disyaratkan tidak mengubah wajah asli dari bangunan lama.

Sementara itu, untuk infrastruktur hunian bagi atlet, di Kemayoran dibangun dua blok rumah susun (rusun) yang akan digunakan sebagai wisma atlet, terdiri dari 3 tower di Blok C2 dan 7 tower di Blok D10. Kesepuluh tower ini dapat menampung hingga 22.278 orang. Bangunan ini juga akan dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti sambungan listrik, saluran air bersih, serta meubelair. Progres pembangunan tower rusun ini telah mencapai 94%. Di samping itu, dilakukan pula penataan kawasan di blok D10.

Pembangunan rusun juga dilakukan di Palembang, yaitu sebanyak dua rusun yang saat ini telah rampung dan akan melengkapi tiga tower yang telah dibangun pada tahun 2015.  Masing-masing tower setinggi lima lantai dan terdiri dari 66 unit tipe 36. Setelah penyelenggaraan Asian Games 2018, baik tower rusun di Kemayoran maupun Jakabaring akan diperuntukkan sebagai rumah susun sewa (Rusunawa) bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Sementara Ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Inasgoc) Erick Thohir mengaku pihaknya telah berdiskusi dengan pemerintah terkait hal ini, yakni dengan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani. Diskusi tersebut terkait jangan sampai venue-venue yang telah dibangun malah menjadi “menara gading” pasca-Asian Games 2018. “Itulah mengapa diciptakan ruang-ruang publik, termasuk di GBK (Gelora Bung Karno),” kata Erick di Jakarta, awal Mei lalu.

 

Erick mengungkapkan, Indonesia harus agresif menangkap kesempatan untuk menjadi tuan rumah berbagai ajang pertandingan olahraga internasional usai Asian Games 2018. Tak hanya diperuntukkan bagi pertandingan olahraga, sejumlah venue juga bisa dimanfaatkan untuk ajang lain, semisal konser musik dan lainnya. Ia pun mengharapkan agar panitia pasca-Asian Games 2018 dapat terbentuk.

Dengan demikian, panitia ini bisa mengembangkan kesempatan pemanfaatan beragam fasilitas yang telah dibangun untuk Asian Games 2018. Erick juga menyatakan, pada 2023 nanti, Indonesia bakal menjadi tuan rumah kejuaraan dunia bola basket. Ia berharap, cabang-cabang olahraga lainnya bisa menangkap peluang yang sama.

Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Nurdin menyatakan, pihaknya tak khawatir dengan masa depan Jakabaring Sport City pasca-Asian Games 2018. Sebab, belajar dari penyelenggaraan SEA Games pada 2011 lalu, arena olahraga tersebut pun menjadi tuan rumah pesta olahraga multibangsa lainnya. “Kami berpengalaman, sejak PON 2004, Sea Games 2011, dan sejak 2011-2017, 42 kali event olahraga internasional diselenggarakan di Jakabaring,” ucap Alex pada kesempatan yang sama.

Alex menambahkan, hamper setiap bulan ada event olahraga di Sumsel, “Agenda olahraga tahun2019 di Sumsel sudah penuh. Ada kejuara dunia Boling, kejuaraan menembak tingkat Asia Pasifik, kejuaraan dunia dayung,” tambahnya.

Alex menambahkan, pemeliharaan fasilitas olahraga di Jakabaring Sport City sangat baik. Ia memiliki sejumlah cita-cita besar terkait pemanfaatan Jakabaring Sport City. Ia ingin agar arena tersebut dapat menjadi tuan rumah Piala Dunia, atau bahkan Olimpiade.

Sementara wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengatakan, setelah Asian Games 2018 berlangsung, venue olahraga tidak akan dibiarkan mangkrak, melainkan akan dikelola oleh swasta melalui mekanisme Public Private Partnership (PPP), misalnya dijadikan venue international events, velodrome yang untuk balap sepeda bisa dijadikan untuk arena badminton, arena olah raga dapat menjadi gedung pernikahan, dan lainnya.

Sandiaga Uno akan mendorong penggunaan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta sebagai hunian masyarakat pasca perhelatan Asian Games dan Asian Para Games 2018. Sebab ia menyayangkan jika Wisma Atlet Kemayoran nantinya tak lagi difungsikan setelah kedua perhelatan tersebut selesai bisa menyebabkan nilai bangunan tersebut menyusut drastis akibat deteriorasi. Terlebih lagi, pemerintah telah berinvestasi besar untuk membangun Wisma Atlet Kemayoran.

Menurutnya, Wisma Atlet Kemayoran dapat memenuhi banyak kebutuhan hunian warga. Sebab, terdapat sepuluh menara yang masing-masing berisikan seribu unit. “Jadi apakah ini bisa masuk kepada suplai perumahan di Jakarta, ini yang perlu kami bicarakan,” kata Sandiaga.

Ia telah meminta Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI berkoordinasi dengan Pusat Pengelolaan Kompleks (PPK) Kemayoran Kementerian Sekretariat Negara dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Koordinasi tersebut dilakukan untuk membicarakan peluang penggunaannya sebagai suplai perumahan di Jakarta.

Paling tidak perencana pasca Asian Games 2018 harusnya terintegrasi semua pihak untuk mengoptimalkan pemanfaatkan fasilitas yang telah dibangun maupun renovasi untuk penyelenggaraan Asian Games tersebut. Jangan sampai fasilitas yang ada itu mangkrak, sehingga ia hadir hanya sebagai “menara gading” yang tak menimbulkan multiplier effect bagi kemaslahatan bangsa. [] dari berbagai sumber/yt