Menatap Asa Pertamina Menjadi Powerhouse

Akselerasi transformasi PT Pertamina (Persero) lebih cepat dari target yang dicanangkan pemegang saham. BUMN Migas ini menargetkan nilai pasar US$ 100 Miliar pada tahun 2024, tapi tetap berkomitmen terhadap Paris Agreement untuk menekan emisi karbon!

Langkah PT Pertamina (Persero)  patut mendapat ancungan jempol! Pasalnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini melakukan percepatan transfomasi melakukan akselerasi roadmap pemegang saham untuk mencapai nilai pasar US$ 100 Miliar. BUMN ini diderek menjadi  Global Energy Champion pada tahun 2024. Hal ini terungkap pada peresmian enam  Subholding yang digelar Pertamina dengan tema ‘Moving Forward Becoming Global Energy Champion’, pada 10 September lalu.

Peresmian Subholding ini dilakukan langsung Menteri BUMN Erick Thohir. Hadir  mendampinginya sejumlah pejabat terkait, yaitu Wakil Menteri 1 BUMN Pahala Nugraha Mansury, Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, selama delapan bulan ini, Kementerian BUMN terus melakukan transformasi BUMN yang termasuk dalam 88 proyek strategis BUMN hingga tahun 2023 yang telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. Pertamina baru saja menuntaskan proses restrukturisasi melalui penandatanganan sejumlah dokumen legal (legal end-state) awal September lalu.

Sejak diterbitkan Buku Putih Pembentukan Holding Migas pada Januari 2018., langkah Pertamina sesuai roadmap. Transformasi BUMN yang  disusun sejak tahun 2016  menjadi acuan terciptanya kemandirian, kesejahteraan, keberlanjutan, pemerataan dan kesetaraan BUMN. 

Menurut Erick, Presiden berharap Pertamina  terus meningkatkan pelayanan public dan  membangun ekosistem supaya Pertamina bisa bersaing dan mendorong value added. Sejauh ini Pertamina berjalan sesuai dengan 5 Key Performance Indicator (KIP) yang ditetapkan Kementerian BUMN. Kelima indikator itu antara lain, menyeimbangkan antara korporasi dan pelayanan publik, kembali kepada core business dan menjadi excellent, inovasi digital dan R&D untuk menjadikan Pertamina Technology Company, dan transformasi Human Capital.

“Pertamina menjadi perusahaan terdepan dalam melakukan transformasi yang kita inginkan. Saya berharap, BUMN lain melakukan percepatan seperti yang kita inginkan,” ujarnya ketika  PT Pertamina International Shipping menjadi subholding shipping sekaligus memperluas cakupan bisnisnya menjadi Integrated Marine Logistics Company, pada 5 Mei 2021.

Komitmen Holding BUMN Migas, kata Erick, menjadi langkah nyata Pertamina siap bersaing, di pasar domestik, regional maupun internasional. Namun ia berpesan agar Pertamina tidak berpuas diri atas pencapaian ini. Banyak tantangan yang akan dihadapi ke depan sehingga diharapkan semakin memperkuat konsolidasi.

Erick mengatakan, buktikan kepada dunia, Indonesia bisa mempunyai perusahaan yang valuasi sebesar US$ 100 miliar karena ini bagian terpenting buat kita sebagai bangsa besar. Tidak mungkin kita akan terus menjadi bangsa besar kalau tidak ada ketahanan energi,” imbuh Erick.

Pasalnya, energi tidak bisa disubsitusi. Keberadaannya menjadi suatu keniscayaan sebagai salah satu instrument membangun ekonomi bangsa. Bayangkan, bila ketahanan energi kita sangat rapuh, bukan tidak mungkin pembangunan akan terseok-seok. Bila fenomena ini menjadi suatu kenyataan, maka bangsa ini sangat mudah dikendalikan oleh bangsa-bangsa lain di dunia yang mempunyai akses energi yang besar.

Dan itu tidak kita diharapkan. Pasalnya resource energy – dari mulai energi berbasis fosil (minyak, gas dan batu bara) – sampai energi terbarukan  (geothermal, energi surya, energi berbasis air, biomassa dan banyak lagi lainnya) yang dapat dieksploitasi di masa mendatang. Ini menjadi tantangan bagi Pertamina!

Bahkan, PT Pertamina (Persero) memastikan restrukturisasi perusahaan akan terus berlanjut, agar dapat mewujudkan aspirasi pemegang saham untuk menjadikan Pertamina sebagai perusahaan global energi terdepan dengan nilai pasar US$ 100 Miliar.

Proses transformasi organisasi dan bisnis Pertamina semakin kuat dengan terbitnya Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap perkara  Uji Materiil Nomor 61/PUU-XVIII/2020 yang menegaskan bahwa Restrukturisasi Pertamina Group menjadi Holding dan Subholding tidak melanggar konstitusi dan tidak  menghilangkan pengendalian negara terhadap BUMN. 

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Holding Migas yang dibentuk sejak tahun 2018 terus berjalan. Meski sempat diterpa pandemi, tapi agenda transformasi tidak boleh berhenti dan harus dipercepat sesuai dengan arahan pemegang saham.

Transformasi yang dijalankan Pertamina, menurut Nicke,  sejalan dengan global transition yang terjadi. Pemerintah memberikan komitmen melakukan transisi energi sesuai dengan Paris Agreement. Itu sebabnya, Pertamina harus mendukung langkah ini. Pertamina satu-satunya BUMN yang terintegrasi dari hulu ke hilir yang menjadi andalan dalam memberikan kontribusi besar dalam suplai energi bagi negara.

Di sektor hilir, misalnya, Pertamina berhasil  memproduksi ‘Bioavtur J2.4’. Produk ini merupakan bahan bakar transportasi udara. Ini sebuah inovasi energi yang diproduksi Kilang Pertamina Internasional unit Cilacap tersebut dengan menggunakan bahan bakar nabati. 

Keberhasilan ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 ‘Energi Bersih dan Terjangkau’. Bioavtur J2-4 produksi Pertamina berkontribusi menurunkan emisi karbon. Tak hanya SDGs, di level nasional pengembangan Bioavtur selaras dengan target Indonesia mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23% tahun 2025 sesuai Kebijakan Energi Nasional, lihat  artikel Inovasi Pertamina Berhasil Produksi Bioavtur J2.4, pada pelakubisnis.com, edisi September 2021. Bioavtur J2.4 ini mengandung 2,4 persen nabati.

Namun demikian, sukses Pertamina dalam melakukan inovasi, sehingga melahirkan produk ramah lingkungan. Bioavtor J2.4 tak lepas dari talenta-talenta Sumber Daya Manusia yang dimiliki BUMN. Talenta-talenta yang dimiliki Pertamina itu merupakan  intangibles asset yang harus disemai dari waktu ke waktu. Asset ini, meminjam istilah dari Rhenald Kasali adalah Myelin, yaitu mobilisasi intangibles menjadi kekuatan perubahan.

Dalam konteks Myelin, restrukturisasi yang dilakukan Pertamina – dalam spektrum bisnis masa kini dan masa mendatang —  diperlukan Myelin sebagai intangibles asset. Budaya ini yang harus ditumbuhkembangkan, sehingga menjadi “kawah candradimuka” untuk melahirkan talenta-talenta baru yang berkesinambungan. Sebab kemajuan teknologi yang begitu cepat akan merubah bisnis proses korporasi. Kini kita memasuki era digital company yang siap memasuki industri 4.0. Di mana Artificial Intelligence (AI) menjadi suatu keniscayaan.

Selain itu, PT Pertamina Power Indonesia (PPI), Subholding Pertamina New Renewable Energy, menargetkan total kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hingga 500 MW dari total potensi 1,5 GW dalam kurun lima tahun ke depan. Rencananya tahun ini saja, PPI akan merealisasikan 50 MW PLTS. 

Corporate Secretary PT Pertamina Power Indonesia Dicky Septriadi, dalam diskusi bersama media, pada 1 Juli lalu mengatakan,  investasi US$ 12 miliar tersebut untuk mencapai target pembangkit listrik 10 Giga Watt (GW) dalam beberapa waktu ke depan.  Salah satu proyek yang didorong  adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Listrik yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan internal Pertamina. Berdasarkan mandat dari Holding (Pertamina) yang memulai transisi energi  dari halaman sendiri.

Sementara Nicke memaparkan,  pihaknya memiliki tiga tugas yang harus dilakukan secara paralel, yakni menyediakan dan mendistribusikan energi untuk seluruh masyarakat Indonesia dan industri serta ditantang untuk melakukan pengembangan  untuk menjawab energi transisi.

Menurut Nicke, Pertamina ibarat kapal besar yang membuat 6 kapal kecil atau sebut Subholding. “Ada yang bertugas hari ini. Ada yang bertugas untuk transisi menjajaki di laut yang berbeda. Dan ada yang harus berpindah kapalnya di lautan sebelah,” terangnya serius pada 10 September lalu pada acara peresmian enam  Subholding yang digelar Pertamina dengan tema ‘Moving Forward Becoming Global Energy Champion’

 Ia menambahkan, tiga Subholding, yakni Subholding Upstream, Subholding Refining & Petrochemical dan Subholding Commercial & Trading harus tetap menjalankan tugas saat ini. Pertamina mempunyai amanah sesuai Undang-Undang Energi, yakni menjaga keandalan atau availability, accessibility, affordability, acceptability dan sustainability. Sebagai catatan, investasi Pertamina sebesar 55% di lini bisnis eksisting tersebut dilakukan karena Indonesia memiliki cadangan yang harus dioptimalkan.

Sementara dengan pengambilalihan Blok Rokan oleh Pertamina (Persero), maka  bakal mengelola lebih dari setengah dari total lapangan migas yang ada di Indonesia pasca alih kelola Blok Rokan.  Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan saat ini perseroan mengelola sekitar 40 persen lapangan migas yang ada di Indonesia. Nantinya, Pertamina akan menjadi perusahaan migas nasional yang mengelola sekitar 60 persen lapangan migas di Indonesia.

Menurut catatan, semester I 2021, misalnya, produksi Migas melalui Subholding Upstream mencatatkan produksi minyak dan gas sebesar 850 juta barrel minyak ekuivalen per hari (MBOEPD). Angka tersebut terdiri dari produksi gas sebesar 2.665 juta standar kaki kubik per hari MMSCFD) dan produksi minyak mencapai 390 MBOPD. Dengan kata lain, produksi Migas Pertamina setara dengan 100 persen atau sesuai dengan  Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

Sementara PT Pertamina Internasional EP (PIEP) sebagai Regional Internasional Subholding Upstream Pertamina diamanatkan menjaga ketahanan pasokan energi Nasional dengan beroperasi di Wilayah Kerja luar negeri yang tersebar di 13 Negara.. Dari wilayah kerja tersebut sumbangan produksi migas PIEP sampai Juni 2021 mencapai 150,9 MBOEPD, sedangkan produksi minyak mencapai 97,3 MBOPD melebihi target RKAP 2021 sebesar 101%. Sedangkan untuk produksi gas sampai Juni ini mencapai 310,8 MMSCFD.

Sedangkan Subholding Gas bergerak ke tengah untuk mengelola energi transisi dari fosil fuel ke new and renewable energy, yaitu Gas. Di mana porsi bauran energi tetap di angka 22% hingga 25%. Dengan peningkatan demand energi 5 kali lipat, lanjut  Nicke, dalam 5 hingga 10 tahun ke depan porsi gas harus ditingkatkan.

Menurut catatan, Pertamina saat ini  memiliki pipa gas sepanjang 24 ribu kilometer dan terpanjang di Asia Tenggara. Kunci kekuatan bisnis gas terletak pada  infrastruktur. Pasalnya, gas hanya efisien bila dialirkan dengan pipa.

Nicke manambahkan, Subholding Power & New Renewable Energy (NRE), telah bergerak menuju energi terbarukan. Pemerintah mulai mengintegrasikan Geothermal yang nantinya menjadi kapasitas terpasang ketiga terbesar di dunia. Pihaknya ke depan mengintegrasikan antara hulu Geothermal dengan hilir yakni Petrokimia.

 PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menambah satu Wilayah Kerja (WK) Geothermal dalam rangka meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sehingga saat ini PGE mengoperasikan 15 WK. Ke-15 WK tersebut antara lain Gunung Sibuali-Buali – Sumut, Gunung Sibayak-Sinabung – Sumut, Sungai Penuh (Kerinci) – Jambi, Hululais – Bengkulu, Lumut Balai dan Margabayur – Sumsel, Way Panas – Lampung, Kamojang Darajat – Jabar, Karaha Cakrabuana – Jabar, Pangalengan – Jabar, Cibeureum Parabakti – Jabar, Tabanan – Bali, .Lahendong – Sulut, Gunung Lawu – Jateng, Seulawah – NAD, Kotamobagu – Sulut.

Saat ini kapasitas terpasang PLTP yang operasikan sendiri oleh PGE di atas adalah sebesar 672 MW. Sesuai dengan master plan Pertamina pengembangan panas bumi dalam lima tahun ke depan akan meningkat tajam, ditargetkan akan naik 2 kali lipat menjadi 1.108 Megawatt (1,1 Gigawatt) pada tahun 2026.

Di samping operasional sendiri oleh PGE, Pertamina juga mengelola panas bumi bersama mitra melalui joint operation contract dengan kapasitas terpasang sebesar 1.205 MW. Dengan keseluruhan pengelolaan pengembangan panas bumi tersebut, diharapkan Pertamina dapat menjamin terpenuhinya energi bersih di masa depan.

Nicke menambahkan, Pertamina juga memiliki Subholding Integrated Marine Logistic untuk mendukung kelima subholding yang ada. Menurutnya investasi yang dilakukan dengan menghadirkan 2 kapal Very Large Crude Carrier (VLCC) yakni Pertamina Pride dan Pertamina Prime sejalan dengan arahan pemegang saham untuk go global.

Lebih lanjut Nicke menambahkan, sebagai perusahaan shipping, PIS akan bertransformasi menjadi Integrated Marine Logistics karena bukan hanya mempunyai kapal, tapi juga sarana tambahan dan storage yang ada di pelabuhan. “Dengan demikian, maka value chain yang akan dikelola PIS juga akan semakin besar,” imbuhnya, sebagaimana dikutip dari pasardana.id, pada 20 April lalu.

Bisnis shipping di PIS sendiri, telah mencakup FOB kargo impor, sewa kapal, dan FOB cargo lube base oil, terutama untuk pasar domestik dan regional di Asia Tenggara. Sedangkan pada bisnis marine PIS meliputi jasa penunjang operasi marine, penyediaan tenaga kerja di pelabuhan, jasa kepelabuhanan, dan keagenan kapal.

Sementara Pjs. Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan sejalan dengan kebijakan transformasi Kementerian BUMN, sejak Juli 2020 Pertamina telah membentuk Holding dan Subholding pada September 2021 seluruh Subholding telah resmi secara legal. Melalui restrukturisasi tersebut, Pertamina akan tancap gas dalam mengembangkan bisnis.

“Kami akan terus bergerak memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Pertamina juga sepenuhnya tunduk dan patuh pada ketentuan dan proses hukum, baik yang telah diputuskan di Mahkamah Konstitusi maupun peradilan lainnya,” tegas Fajriyah di Jakarta, (30/9).

Restrukturisasi perusahaan, menurut Fajriyah, dapat memberikan manfaat besar dalam meningkatkan kinerja Pertamina Group. Dengan adanya Subholding, seluruh Anak Perusahaan bergerak sesuai ruang lingkup, peluang dan tantangan bisnis yang dihadapi sehingga dapat bersaing di tingkat global. 

“Hingga Semester 1 tahun 2021, Subholding mampu menunjukkan kinerja operasional yang positif sekaligus memperkuat peran Pertamina sebagai Holding Migas yang bertugas menjaga ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi nasional,” imbuhnya.

Selain itu, restrukturisasi  telah mendorong operasional perusahaan lebih terintegrasi di seluruh lini bisnis dari hulu hingga hilir, sehingga lebih efektif dan efisien. Hal ini dibuktikan dengan capaian efisiensi yang telah dicatat perusahaan, seperti kemampuan melakukan cost optimization dan menurunkan inventory cost, baik dari sisi nilai maupun volume. 

“Seluruh anak usaha dalam Pertamina Group meningkatkan sinergi dalam bisnis maupun integrasi operasional, sehingga dapat mengoptimalkan resources yang ada dan memberikan manfaat yang lebih besar,” tandas Fajriyah.

Restrukturisasi Pertamina boleh jadi merupakan tuntutan zaman bila ingin Pertamina menjadi powerhouse atau flagship yang dapat menimbulkan multiplier effect yang luas bagi bangsa ini dalam menderek perekonomian nasional. Tiap negara menginginkan adanya powerhouse sebagai simbul prestige perekonomian suatu bangsa. Petronas, misalnya, digadang-gadang menjadi powerhouse Malaysia,

Untuk mewujudkan itu hal itu, menurut Rhenald Kassli, Ph.D, penjabaran sebagai the  true  economic powerhouse, harus nampak dari tata cara pengelolaan yang profesional dan transparan, sehingga mampu menghela perkembangan ekonomi yang sehat bagi bangsa dan negara. Ini berarti Pertamina ke depan tidak saja akan menjadi sumber pendapatan negara, tetapi juga sebagai penyedia lapangan kerja, tumpuan bisnis para mitra baik pemasok, penyedia barang dan jasa maupun customers, tapi juga sumber ilmu pengetahuan, sumber kapabilitas nasional dan mampu melahirkan inisiatif-inisiatif strategis dalam membangun ekonomi bangsa, lihat buku Mutasi DNA Powerhouse, oleh Renald Kasali, Ph.D, penerbit Gramedia Pustaka utama, 2008).

Itu sebabnya transformasi Pertamina sesuai on the track akan membawa Pertamina sebagai pemain Migas terintegrasi dari hulu sampai hilir di kancah global. Namun demikian, langkah strategis yang diambil Pertamina – selain mendukung kebijakan energy mix sebesar 23% — pada tahun 2025.

Itu sebabnya, transformasi yang dilakukan Pertamina untuk “ melambungkan” Pertamina mencapai valuasi US$ 100 billion (miliar) pada tahun 2024.  Di mana pembentukan holding dan subholding Pertamina  dalam rangka memangkas birokrasi dan menyusutkan “lemak-lemak” yang ada di dalam tubuh Pertamina, sehingga Pertamina bisa berlari kencang menatap asa menjadi powerhouse kebanggaan bangsa Indonesia. [] Yuniman Taqwa Nurdin/Ilustrasi utama: dok. Pertamina