Hijra Bank Bangun Sinergi Dengan Komunitas

Melakukan sinergi dengan banyak komunitas, membuat Hijra Bank mampu berlari kencang.  Sekitar 10 ribuan nasabah yang dibiayai dalam menangani proyek dengan nilai Rp 4,2 trilyun. Bagaimana bank digital ini membidik pasar?

Salah satu pilar yang dikembangkan Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) adalah berkolaborasi dengan lembaga pembiayaan. Kolaborasi ini bertujuan membantu anggota KPMI yang memang layak mendapat bantuan. Ketika  usaha anggota KPMI mau scale up, sehingga perlu pembiayaan. KPMI bekerjasama dengan  Hijra Bank, misalnya, memfasilitasi pembiayaan yang diperlukan dalam menjalankan usaha.

AVP Strategic Community Manager Hijra Bank, Jodi Salahuddin Akbar/Foto: Dok. Pribadi

Menurut AVP Strategic Community Manager Hijra Bank, Jodi Salahuddin Akbar, Hijra Bank merupakan partner strategic KPMI dalam mendukung pembiayaan syariah. “Kami mempunyai Bank Perkreditan Rakyat (BPR-red) go digital yang merupakan  satu-satunya BPR syariah yang mendapat izin dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mobile aplikasinya,” jelas Jodi serius kepada pelakubisnis.com pada 20 Juni lalu.

Transformasi menjadi bank digital dilakukan setelah menjadi bagian dari Alami Group. Hijra Bank sebelumnya bernama BPRS Cempaka Al Amin dan diakuisisi Alami Group pada tahun 2021. Sementara Digitalisasi BPR/BPRS dilakukan dengan mengacu pada  Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 25/POJK.03/2021 tentang Penyelenggaraan Produk Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

POJK 25 dikeluarkan sebagai upaya mendorong industri perbankan khususnya BPR/BPRS untuk meningkatkan kesempatan dalam berinovasi maupun berkolaborasi dengan lembaga lain dalam penyelenggaraan produk yang sejalan dengan perubahan perilaku dan ekspektasi masyarakat dengan  memanfaatkan teknologi informasi.

Hijra Bank fokus menggarap segmen urban muslim dan menjawab tantangan para komunitas muslim. Persiapan  hingga akhirnya bank ini resmi diluncurkan memakan waktu  panjang karena Alami Group sebagai pemilik ingin membangun bank digital dengan pondasi yang kuat sehingga bisa tumbuh berkelanjutan ke depan.

Itu sebabnya, Hijra Bank memiliki  Alami Institute yang melakukan literasi ekonomi syariah. Menurut Jodi, institute ini membuka kelas-kelas di kampus, di komunitas pengajian, komunitas dakwah, dengan para santri tentang literasi muamalah dan ekonomi syariah. Literasi ini dilakukan supaya mereka “melek” terhadap ekonomi syariah. Pasalnya, umat Islam di Indonesia  jumlahnya mencapai 85 persen dari jumlah penduduk, bahkan terbesar di dunia. Namun demikian, pemahaman tentang ekonomi syariahnya hanya 6 – 8 persen.

Sementara Hijra Bank resmi meluncurkan aplikasi mobile banking, Hijra Bank App, pada 6 Desember 2022. Ini menjadi momentum sahnya transformasi BPRS menjadi bank digital. CEO Alami Group Dima Djani mengatakan, peluncuran Hijra Bank mengangkat tema Life Upgrade sesuai ambisinya menjadi bank digital yang bernilai lebih. Hijra Bank ingin mengajak masyarakat dalam misi kebaikan lewat teknologi, sebagaimana dikutip dari republika.co.id, pada 6/12/2022.

“Peluncuran Hijra Bank adalah awal dari inovasi dan Insya Allah akan kami kembangkan dengan membangun ide menggerakkan kebaikan bersama-sama, berkomitmen merevolusi keuangan syariah di Indonesia untuk melayani umat melalui teknologi,” katanya dalam peluncuran Hijra Bank App di Jakarta.

Jodi menambahkan, Hijra Bank bekerjasama dengan KPMI yang mempunyai koordinator wilayah (korwil) di daerah-daerah dan beberapa negara di dunia. “Hijra Bank menjadi sponsor utama di pameran Muslife Lifle Fair di Istora Senayan dan di Bandung yang diselenggarakan oleh KPMI,” katanya.

Lebih lanjut ditambahkan, salah satu co founder di Hijra Bank sudah kenal lama dengan beberapa pengurus KPMI. Para ustadz pembina, seperti Ustadz Arifin Badri dan sebagainya berperan menyatukan  KPMI dengan Hijra Bank. Dari situ dilakukan bedah akad dengan KPMI.

“Di sana kita lakukan bedah akad produk-produk Hijra Bank apa saja. KPMI bersama para ustadz pembina melakukan diskusi akad bahwa ini betul-betul syariah. KPMI ikut mempromosikan Hijra Bank. Begitu juga  Hijra Bank ikut membesarkan KPMI lewat kegiatan-kegiatan yang dilakukan KPMI,”ujar Jodi yang selain  bekerja di Hijra Bank, pengusaha dan  menjadi Humas  KPMI juga.

Hijrah Bank bersama KPMI ingin membangun ekosistem pengusaha muslim  dengan basic ilmu syariah. KPMI. Umpamanya mempunyai beberapa event pameran, seperti Muslim LifeFair dan Muslim LifeFest, Halal Expo Indonesia yang akan digelar Oktober mendatang. “Kita berharap adanya wadah ini, membuat pengusaha muslim bisa berdagang dengan basic syariah,” tandasnya.

Pameran-pameran yang digelar KPMI bekerjasama dengan PT Lima Event berjalan sukses. Pameran Muslime Life Fest 2019, misalnya, menurut Ketua Umum KPMI, Rachmat Sutarnas Marpaung, mencatat  60 ribuan pengunjung.”Dari jumlah pengunjung itu, sekitar 80 persen belanja dengan rata-rata pelanja Rp 500 ribu sampai Rp1 juta,” kata Rachmat kepada pelakubisnis.com, pada 17 Juni lalu.

Sementara penetrasi pasar Hijra Bank, kata Jodi, masih banyak UMKM yang belum  bankable. Tidak hanya itu, dalam pemahaman aplikasi berbasis teknologi, di kalangan baby boomers juga mengalami kesulitan. “Bikin account bank  saja sudah digital. Tidak semua orang paham dengan teknologi,” Jelas Jodi.

Diakui mantan Senior Manager Community Development Alami Group ini, penetrasi Hijra Bank tidak semudah yang diduga, tapi antusias masyarakat menyambut Hijra Bank luar biasa. Sebelumnya masyarakat menggunakan pembiayaan dengan dikenakan bunga dan sebagainya. “Kami memberikan solusi pembiayaan syariah. Walau penetrasinya tidak mudah. Tapi dari sisi awareness, ketika bekerjasama dengan KPMI sangat baik. KPMI membantu Hijra Bank dalam sosialisasi disetiap acara-acara KPMI,”lanjut Jodi.

Hijra Bank pada tahap awalnya, lanjut Jodi, menyasar segmen muslim modern yang berada di perkotaan (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya-red). Kota-kota besar ini lebih melek teknologi. ”Kami banyak berhasil di kota-kota besar, tapi proyek-proyek Hijra Bank untuk pembiayaan ada dari Sabang sampai Merauke. Dana yang sudah digelontorkan untuk pembiayaan  hampir mendekati Rp 5 triliun, tapi paling banyak di kota-kota besar.

Jody menambahkan, nilai sebesar itu dimulai dari tahun 2019 sampai saat ini. Hijra Bank mengalami pertumbuhan pada saaat pandemi Covid-19. Pada saat itu banyak lembaga kesehatan (rumah sakit-red) yang butuh pembiayaan. Lembaga-lembaga tersebut banyak dibantu Hijra Bank, sehingga pandemi justru membawa hikmat bagi Hijra Bank.

Sementara masih banyaknya pengusaha muslim yang belum bankable, menurut Jodi, membuat Hijra Bank membentuk program ARQAM Accelerator. Program ini diperuntukkan bagi pengusaha UMKM.  Program ini memberikan akses ke jaringan pakar dan mentor industri yang menawarkan bimbingan dan dukungan saat mengembangkan ide bisnis. Kurikulum dan lokakarya program yang terstruktur membantu menyempurnakan pitch dan rencana bisnis, dan kesempatan untuk pitching kepada para investor di akhir program itu sangat berharga.

Lebih lanjut ditambahkan, dalam program ini, peserta pelatihan diberikan materi bisnis dan pelatihan akad syariah. Banyak para ustadz mengisi material bidang muamalah, misalnya, dalam kegiatan ARQAM.

Untuk bisa mengikuti program ARQAM Accelerator, jelas Jodi, dilakukan seleksi. Misalnya dari 200 pengusaha UMKM yang mendaftar, kemudian disaring lagi menjadi 50 peserta, disaring menjadi 20 peserta. Dari 20 peserta ini dilakukan pelatihan dan terakhir dicarikan investor untuk mengembangkan usahanya. “Ini salah satu cara Hijra Bank melakukan scale up para UMKM naik kelas,” urainya serius.

Hijra Bank juga, tambah Jodi,  memiliki memiliki account Hijra for business, di mana satu rekening bisa diperuntukkan untuk rekening pribadi dan satu rekening untuk bisnis. Di rekening pribadi atau rekening bisnis dibagi untuk pemasukan, pengeluaran, rumah tangga dan sebagainya. “Kami memberikan edukasi ke masyarakat supaya bisa membagi atau mengatur keuangan mereka dengan baik,” jelasnya.

Menurut Jodi, baru sekitar 10 persen para pengusaha UMKM setelah mendapat pelatihan secara intens menjadi bankable. “Memang kelemahan kita adalah cepat merasa cukup. Ketika penghasilnya sudah mencapai Rp 10 juta merasa cukup. Ketika kami encourage, naiki lagi penghasilannya dengan jualan online, mereka bilang cukup sebesar ini saja. Biasanya ibu-ibu yang cepat merasa cukup dengan penghasilannnya,”ungkapnya.

Sejauh ini sudah lebih dari 10.000 pengusaha yang didanai Hijra Bank dengan nilai proyek sekitar Rp 4,2 triliun. Sedangkan pendana yang terdaftar sampai saat ini 111.000-an pendana. Pertumbuhan tahunan jumlah pendanaan  mencapai 183 persen. Pertumbuhan tahunan pada volume penyaluran dana sebesar 231 persen. “Kalau pertumbuhan potensi pembiayaan UMKM sekitar Rp 57 milyar untuk pembiayaan yag tersedia pada saat ini. Tapi permintaan sampai Rp 165 milyar,” tambahnya. Tapi Hijra Bank tidak menyentuh segmen utra micro. Pasalnya, untuk peer to peer maksimal pembiayaan Rp 2 milyar. Tapia da juga pembiayaan syariah sampai Rp 5 milyar.

Sampai sekarang nasabah Hijrah Bank sekarang 200-an ribu nasabah. Dari jumlah tersebut yang mengajukan pembiayaan sekitar 10.000-an. Untuk melakukan akselerasi lebih kencang, kata Jodi, Hijra Bank kerap melakukan literasi tentang penggunaan produk-produk perbankan syariah. “Tahun ini kami mempunyai target 1 juta nasabah,” tambah Jodi.

Oleh karena itu, Hijra Bank melakukan penetrasi ke sejumlah komunitas. Langkah ini paling mudah dilakukan. Menurut Jodi, paling efektif  melakukan penetrasi pasar dengan cara bekerjasama KPMI, para ustadz, lembaga-lembaga pendidikan Islam, universitas-universitas, selebriti dan komunitas lainnya.

Walau diakui Jodi,  masih ada kreditor Hijra Bank yang gagal bayar. Namun demikian, sampai saat ini kreditor yang gagal bayar angkanya di bawah 5 persen. Angka di bawah 5 persen, menurut Bank Indonesia masih dianggap sehat.

Untuk membantu hal tersebut, menurut Jodi, Hijra Bank turut membantu memasarkan produk nasabah. Contoh nasabah yang bergerak dibidang tekstil mengalami kredit macet bernilai Rp 1,6 milyar. Akhirnya pihak Hijra Bank turut memasarkan barang-barang dari nasabah melalui komunitas-komunitas mitra Hijra Bank. Akhirnya nasabah bisa terbantu dengan cara demikian dan akhirnya kewajiban pembayaran ke Hijra Bank kembali berjalan lancar. [] Siti Ruslina/Yuniman Taqwa