Pemkab Cirebon – Guangzhou: Kenang Kembali Jalur Sutra

Cirebon merupakah salah satu wilayah pendaratan jalur sutra. Salah satu upaya mengenang jalur tersebut, Pemerintah Kabupaten Cirebon tandatangani Kerjasama Jalur Sutera Maritim dengan Pemkot Guangzhou China terkait Pariwisata dan Budaya dari Anggota Aliansi Kota Pelestarian Budaya Konservasi Jalur Sutera Maritim (CAMSR).

Sedikitnya terdapat sembilan pendaratan jalur Sutera Maritim yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara pada abad 14.  Salah satunya di Cirebon. Tak heran bila perkembangan budaya di wilayah ini begitu pesat. Menurut sejarah, Laksamana Cheng-Ho berlabuh di Muara Jati Kerajaan Singapura, nama kerajaan sebelum di kenal adanya Cirebon pada tahun 1415.

Ilustrasi pelabuan Muara Jati/Ilustrasi: ist

Kota Cirebon sebagai salah satu bandar bersejarah selama berabad-abad telah menghubungkan negeri-negeri di barat dan di timur serta negeri-negeri diantaranya baik melalui darat maupun laut, yang dikenal dengan Jalur Sutra. Faktor letak, potensi alam, dan komoditi yang mendukung aktivitas masyarakat Cirebon menjadi komponen dari sub-sistem jalur pelayaran dan perdagangan dunia. Cirebon berkembang dari sebuah bandar yang bersifat lokal, kemudian menjadi bandar yang berskala regional dan internasional.

Kedatangan Cheng-Ho inilah yang berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan peradaban sosial, budaya dan ekonomi Cirebon. Bukti peninggalan kedatangan Cheng-Ho di Cirebon, di antaranya bangunan seperti masjid, vihara, makam dan mercusuar. Ada pula benda bersejarah seperti keramik China, tembikar, tata busana, dan batik motif mega mendung, kuliner serta beragam peninggalan lain khas Tiongkok yang telah berakulturasi dengan sistem budaya lokal di Cirebon

Pemerintah Kabupaten Cirebon teken Kerjasama Jalur Sutera Maritim dengan Pemkot Guangzhou China terkait Pariwisata dan Budaya dari Anggota Aliansi Kota Pelestarian Budaya Konservasi Jalur Sutera Maritim (CAMSR).Penandatanganan pra kerjasama sendiri dilakukan di Hotel Patra, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, pada  15 OKtober lalu yang dihadiri oleh para pejabat, baik dari Pemerintah Kabupaten Cirebon maupun Pemerintah Kota Guangzhou China.

Bupati Cirebon, Drs. H. Imron, M.Ag mengatakan, dirinya mengaku bangga, karena Kabupaten Cirebon dapat berpartisipasi aktif sebagai salah satu wilayah pendaratan jalur Sutera Maritim pada abad 14 yang dilakukan oleh Laksamana Ceng-Ho. “Kabupaten Cirebon merupakan salah satu lokasi pendaratan jalur perdagangan, sehingga penyebaran budaya jalur Sutera Maritim dapat berkembang pesat, karena letaknya yang strategis sebagai daerah pesisir pantai dan memiliki pelabuhan Muara Jati Cirebon yang sangat ramai pada masanya,” ujar Imron.

Bupati Cirebon, Drs. H. Imron, M.Ag , kiri: berpartisipasi aktif sebagai salah satu wilayah pendaratan jalur Sutera Maritim pada abad 14 /foto: ist

Ia berharap, dengan adanya pertemuan dengan forum promosi dan pra kerjasama pariwisata dan budaya ini akan semakin menguatkan kedua wilayah, baik kota-kota yang telah tergabung dalam CAMSR dan Kabupaten Cirebon sendiri. “Semoga dengan forum ini, kegiatan pariwisata dan budaya Kabupaten Cirebon akan makin maju dan berkembang, serta menjadi akses awal pemerintah daerah berinteraksi lebih baik dan modern dalam pergaulan global untuk mensejahterakan masyarakatnya,” harapnya.

Sementara pada 15 Oktober 2023 juga digelar acara promosi kebudayaan “Floral Whisper along the Silk Road – Cultural Journey of Maritime Silk Road” digelar dengan meriah di Cirebon. Acara ini mempererat kegiatan pertukaran dan kerja sama di bidang kebudayaan antara kota-kota yang berada di Jalur Sutra Maritim. Sutra maritim menjadi aspek penghubung utama di balik rangkaian kegiatan ini.

Acara ini diawali video promosi menarik yang menampilkan pesona Jalur Sutra Maritim. Kelompok Tari Sanggar Seni Kencana Ungu lalu mempersembahkan Tari Topeng Cirebon, pertunjukan seni tradisional Jawa, sedangkan, penampilan barongsai oleh Vihara Dewi Welas Asih, salah satu dari 73 situs warisan budaya Cirebon, mempertunjukan tarian tradisional Guangdong. 

Delegasi yang terdiri atas perwakilan Dinas Kebudayaan, Radio, Televisi, dan Pariwisata Guangzhou, Museum Kaisar Nanyue, dan Institut Relik Kebudayaan dan Arkeologi Guangzhou turut menghadiri acara promosi tersebut. Pihak-pihak ini juga didampingi bupati Cirebon, pejabat pemerintah lokal, perwakilan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, akademisi dari universitas lokal, serta media.

Acara ini terdiri atas pameran, memorandum, dan pertunjukan yang mempromosikan budaya eksternal. Di sisi lain, juga menggelar diskusi tentang pelestarian situs warisan budaya dan promosi Jalur Sutra Maritim. Perwakilan pemerintah Tiongkok dan Indonesia, serta pakar dan ilmuwan terlibat dalam diskusi. Kedua pihak juga menandatangani “Nota Kerja sama Pelestarian dan Pengembangan Kepariwisataan Warisan Budaya Jalur Sutra Maritim”, serta bertukar suvenir yang melambangkan warisan budaya tak benda di kedua negara. Kerja sama ini semakin mempererat kolaborasi di bidang pariwisata kebudayaan, mengembangkan konvergensi antara industri pariwisata dan kebudayaan, serta kerja sama komprehensif dari sisi source market dan berbagi sumber daya, sebagaimana dikutip dari id.prnasia.com/story, pada 18/10 lalu.

Di tempat yang sama, Deputy Chief of Guangzhou Culture, Television, Tourism Bureau Chief of Guangzhou Culture Heritage Bureau, Mr. Liu Xiao-Ming mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang ada di Indonesia yang telah mengatur pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Cirebon. Bahkan pihaknya juga mengirimkan salam hormat kepada teman-teman di Indonesia yang selama ini telah mendukung perkembangan budaya jalur Sutra Maritim. 

“Kami datang dengan hati yang tulus, penuh harapan dan dengan visi bersama untuk mendorong perkembangan lebih lanjut dari Jalur Sutra Maritim,” kata Liu Xiao-Ming  seraya menambahkan bahwa tahun ini adalah tahun ke-10 dari One Belt One Road dan perjalanan budaya jalur Sutra Maritim, yang dimulai dari Guangzhou sampai di Indonesia, yakni di Cirebon, yaitu untuk melanjutkan persahabatan jalur Sutra yang sudah mencapai ribuan tahun.

Di mana pada tahun 2013, pemimpin Cina yang belum lama menjabat, Xi Jinpng, memperkenalkan proyek ambisius “One Belt One Road”, yang disebutnya sebagai inti dari “diplomasi negara besar” ini dan sekaligus merupakan “strategi penting untuk mewujudkan impian besar Cina.”.

Sepuluh tahun kemudian, Belt and Road Initiative  (BRI) telah memperluas jangkauannya ke Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Latin, jauh melebihi Jalur Sutra kuno. BRI menjadi sebuah kerangka besar hubungan politik dan geoekonomi Cina di semua benua.

 Lebih dari 2000 tahun yang lalu kapal-kapal dagang Tiongkok berlayar jauh hingga ke Indonesia, dan menciptakan sejarah legendaris di jalur Sutra Lautan Hindia. Liu Xiao-Ming mengungkapkan, saat ini Tiongkok telah menjadi mitra perdagangan terbesar di Indonesia selama 10 tahun berturut-turut. 

Tiongkok dan Indonesia terus mengembangkan ide-ide baru dan wilayah baru dalam kerjasama, serta menggali potensi baru. Dengan latar belakang kerjasama yang erat antara Tiongkok dan Indonesia, saat ini Gungzhou dan Cirebon memiliki peluang perkembangan yang luas.

“Dalam perjalanan budaya jalur Sutra Maritim pada tahun 2023, pihaknya akan terus menjalin hubungan, berbagi pengalaman, dan saling menguntungkan, serta melakukan komunikasi dan kerja sama budaya yang menyeluruh,” ungkap Liu Xiao-Ming  .

“Dengan fokus pada kerjasama pelestarian warisan budaya Jalur Sutra Maritim, kita akan berbagi sumber daya dan mendapatkan manfaat bersama, meningkatkan komunikasi budaya, saling memperkaya dan berupaya untuk lebih baik dalam menemukan, menyoroti, dan mengkomunikasikan nilai nilai Jalur Sutra Maritim,” sambungnya.

“Di Cirebon ini, mari kita bersama-sama menjadi saksi perjalanan budaya Jalur Sutra Maritim menuju pelayaran yang baru, membuka layar dan menjelajah dengan semangat baru,” imbuh Liu Xiao-Ming.[] Yuniman Taqwa