AKHLAK Warisan Luhur Untuk Pemimpin BUMN di Masa Mendatang

Pemimpin akan betul-betul menuntaskan tugasnya sebagai pemimpin jika ia mampu mentransformasikan penerus-penerusnya menjadi pemimpin baru yang memiliki nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh si pemimpin. Erick Thohir mewariskan AKHLAK bagi pemimpin BUMN di masa mendatang.

Erick Thohir Dalam buku bertajuk Elephant Learns Flamenco: BUMN Menuju Indonesia Emas 2024 mengatakan, salah satu prasyarat terpenting bergulirnya transformasi BUMN adalah transformasi manusia. Bahkan ia menyebut transformasi BUMN sebagai fondasi dan titik simpul  keseluruhan transformasi BUMN. Transformasi bisnis, organisasi, operasi, teknologi tak akan bisa berjalan  jika tak diawali dan dilandasi dengan transformasi manusia-manusianya.

Transformasi di BUMN dimulai dengan menerapkan nilai-nilai AKHLAK/foto: ist

“Transformasi yang dilakukan terhadap BUMN dimulai dengan menerapkan nilai-nilai AKHLAK,” tegasnya  lagi. Bagi Erick Thohir, transformasi budaya kerja menjadi hal fundamental untuk dilakukan sebagai penyatu identitas dan perekat hati-sanubari seluruh jajaran BUMN untuk mendukug peningkatan kinerja secara berkelanjutan.

Dalam rangka mewujudkan peran BUMN sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, akselerator kesejahteraan sosial (social welfare), penyediaan lapangan kerja dan penyedia talenta, dibutuhkan transformasi SDM BUMN, salah satunya melalui penetapan Nilai-nilai Utama (Core Values) SDM BUMN sebagai identitas dan perekat budaya kerja yang mendukung peningkatan kinerja secara berkelanjutan. SDM BUMN diharapkan mengetahui, mengimplementasikan, dan menginternalisasikan Nilai-nilai Utama tersebut secara sungguh-sungguh, konsisten, dan konsekuen sehingga tercermin dalam perilaku keseharian dan membentuk budaya kerja BUMN sebagaimana ditekankan dalam SE-7/MBU/07/2020 Tentang Nilai-nilai Utama (Core Values) Sumber Daya Manusia Badan Usaha Milik Negara. 

Peleburan budaya perusahaan ke satu core values AKHLAK bukannya tak ada tantangan. Di awal-awal implementasinya, tak sedikit BUMN yang denial dan resisten dengan penyatuan budaya perusahaan tersebut.

Pasalnya selama bertahun-tahun sebelumnya mereka sudah menerapkan nilai-nilai yang menjadi pedoman perilaku berorganisasi dan menjadi identitas bersama (common identity) mereka. Bahkan banyak dari budaya kerja tersebut yang sudah mendarah daging di seluruh lapisan karyawan.

Sebelumnya setiap BUMN memiliki budaya kerjanya masing-masing. Umumnya budaya kerja di dalam organisasi itu unik dan tidak sama antara satu perusahaan, dan BUMN cucu-cicit. Ratusan BUMN beserta cucu-cicitnya, ratusan pula budaya kerja yang dikembangkan dan dibangun oleh si pendiri.

Itu sebabnya, tak jarang dari BUMN ini yang masih mengadopsi nilai-nilai lama dengan beberapa penghalusan. Misalnya dengan menyebutnya  sebagai turunan budaya AKHLAK dengan beragam nama: “sub culture”, “code of conduct” atau “culture activation”. Umumnya mereka menyanggah bahwa budaya kerja tak bisa diseragamkan , harus unik, dan menjadi ciri dari masing-masing perusahaan tersebut.  

Namun demikian, Erick tak punya banyak waktu untuk mengakomodasi itu semua. Begitu AKHLAK diluncurkan, tanp pandang bulu dan tanpa kompromi apapun, ia mewajibkan seluruh BUMN beserta anak cucunya untuk menerapkannya.

Tujuannya tegas, untuk menyatukan hati, pikiran dan pikiran seluruh jajaran BUMN. “Penyeragaman budaya organisasi saya lakukan agar terjadi konsolidasi pesan, atribut, perilaku, bahkan hingga pikiran,” tegas Erick.

Penyeragaman budaya di BUMN/foto: ist

Erick mewajibkan direksi, manajemen dan seluruh karyawan BUMN harus memiliki hati , pikiran dan tindakan Amanah, Kompetensi, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif (AKHLAK). Tidak boleh ada lagi nilai-nilai budaya kerja yang lain selain AKHLAK. AKHLAK adalah harga mati.

Menurut Erick, AKHLAK tak hanya dijadikan sebagai fondasi untuk menggerakkan transformasi bisnis, organisasi dan operasi, tapi juga menjadi fondasi untuk menggencarkan revolusi mental di tubuh BUMN. “Aksi bersih-bersih BUMN” untuk memberantas korupsi menemukan “landasan spiritual”nya ketika mencangkokkan AKHLAK ke dalam sistem nilai BUMN.

Erick punya asumsi membangun karakter SDM adalah kunci utama kemajuan sebuah negara. Ia mengambil contoh dua negara maju. Jepang dan Amerika Serikat, yang melakukan perubahan besar-besaran usai mengalami peristiwa besar. AS pernah mengalami perang saudara pada tahun 1861- 1865, sedangkan Jepang mengalami peristiwa restorasi  Meiji pada tahun 1869.

Kedua peritiwa itu menjadi momentum bagi AS dan Jepang dalam melakukan revolusi menjadi negara maju. “Jepang dan AS ingin menjadi negara maju berdasarkan filosofi  negara mereka. Sama, kita juga ingin menjadi negara maju, tentu diawali dari revolusi mental yang namanya AKHLAK,” ujarnya.

Pekerjaan di depan mata setelah diberi amanah menjadi menteri BUMN – terkait revolusi mental – adalah program “bersih-bersih BUMN”. Seperti diketahui hanya selang beberapa hari setelah menjadi menteri, Erick begitu agresif membongkar korupsi di BUMN yang merugikan negara dalam jumlah besar seperti Jiwasraya,  ASABRI dan Garuda Indonesia, Waskita Beton Prescast dan Pelindo. Terbaru, ia mengusut dugaan korupsi dana pension karyawan BUMN dan skandal keuangan Indofarma.

Bagaimana bisa budaya AKHLAK mencegah korupsi?

Dalam sistem hukum formal, pelanggaran terhadap ketentuan hukum yang berlaku diganjar dengan hukuman legal formal seperti kurungan penjara, denda uang, atau bahkan hukuman mati. Di dalam sistem nilai organisasi lain. Pelanggaran terhadap tata nilai yang berlaku di dalam organisasi bukan dihukum penjaraatau denda, tapi berupa munculnya rasa malu dan terkena “sanksi sosial” dari masyarakat di lingkungan organisasi tersebut atau disebut soft punishment.

Jangan remehkan budaya malu dan sanksi sosial. Di Jepang dan Korsel, dua negara ini bisa mendorong seseorang gantung diri; sangking malunya dan tertekan oleh sanksi sosial masyarakat. Budaya AKHLAK yang kokoh pada gilirannya akan menciptakan budaya malu dan mekanisme sanksi sosial , ketika insan BUMN melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai AKHLAK, salah satunya korupsi.

Di dalam AKHLAK, nilai inti pertama adalah amanah. Nilai ini mengandung prinsip bahwa setiap karyawan BUMN harus memegang teguh kepercayaan yang telah diberikan dengan selalu bertumpu pada prinsip-prinsip etika dan moral. Nilai inti amanah inilah yang membentengi  setiap pemimpin di BUMN untuk tidak melakukan tindakan tercela seperti korupsi.

Oleh karena itu, nilai-nilai budaya kerja yang luhur dan membentuk karakter mulai karyawan adalah warisan yang paling meaningful dari seorang pemimpin. Nilai-nilai tersebut akan lestari tertanam di dalam organisasi dan menjadi senjata paling ampuh bagi penerus-penerusnya untuk menyukseskan organisasi.

Pemimpin akan betul-betul menuntaskan tugasnya sebagai pemimpin jika ia mampu mentransformasikan penerus-penerusnya menjadi pemimpin baru yang memiliki nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh si pemimpin.

AKHLAK akan menjadi warisan paling berharga bagi Erick Thohir beserta jajarannya bagi pengembangan BUMN ke depan. Warisan terbaik Erick bukanlah kinerja keuangan ekselen saat ini yang mencapai rekor pencapaian terbaik sepanjang masa. Bukan pula aksi holdingisasi atau inovasi model bisnis yang solid. Tapi nilai-nilai luhur AKHLAK yang menjadi pedoman pola pikir dan pola tindak untuk membentuk karakter para future leaders BUMN. [] Abrar Rizq Ramadhan/Yuniman Taqwa