Cara Punia Giri Membangun Kamisuka Batik Indigo

Terinspirasi dari keunikan wastra Indonesia, dengan menggunakan teknik shibori yang diadaptasi lewat motif batik dan menggunakan pewarna alami indigo (nuansa biru) ditambah kombinasi dua jenis kain tenun dan batik serta keluar dari pakem batik yang ‘oldiest’, membuat koleksi Kamisuka diminati pasar dengan harga bandrol mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Owner Kamisuka Batik, Punia Giri bersama Indy Barends/Foto: IG kamisuka_batikindonesia

Ketika  menjelajahi event bazaar atau pameran  fesyen di tanah air seperti Inacraft, Warisan, Indonesia Fashion Week dan sejenisnya, pernahkah Anda melihat booth pengrajin batik yang bernuansa biru (indigo)? Yap! Sekarang ini memang sedang tren koleksi batik bernuansa biru dengan model ‘kekinian’, keluar dari pakem pakaian batik formal yang selama ini ada di pasar pakaian batik.   

Salah satu yang pernah ikut event-event tersebut dan cukup menarik perhatian dari beberapa event pameran fesyen adalah Kamisuka Batik! Koleksinya yang berciri warna-warna nila atau indigo dimana pada spektrum  warnanya kuat ke warna biru dan ungu serta model-modelnya yang keluar dari pakem baju ‘formal’,   membuat booth Kamisuka Batik  menarik perhatian pengunjung dan membeli produk-produknya yang dibandrol mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Berangkat dari persepsi sang Owner Kamisuka Batik, Punia Giri,  tentang produk batik yang terkesan mahal dan model-model yang umumnya terkesan formal dan kolot,  ia terjun mempelajari  industri batik. Meski demikian pada dasarnya sudah sejak lama Punia  tertarik dengan batik. Karena menurutnya  motif batik itu indah dan  dunia sudah mengakui batik sebagai warisan budaya Bangsa Indonesia. “Otomatis saya bangga sebagai bangsa Indonesia,”ucapnya.  

Pun dalam batik, tambah Punia,  terkandung nilai-nilai kehidupan dan filosofi-filosofi nenek moyang dari zaman dulu. Semisal tentang filosofi yang berisi harapan dan doa-doa bagi yang menggunakan. Contohnya seperti motif parang yang digunakan sebagai senjata artinya sebagai simbol kekuatan. “Makanya zaman dahulu kala hanya raja-raja saja yang boleh menggunakan motif tersebut,”terangnya.

Koleksi Kamisuka Batik  cukup menarik perhatian  karena menggunakan motif shibori yang pemrosesannya melalui teknik jelujur dan jumputan tapi diadaptasi dengan motif batik dan menggunakan pewarna alami indigo. “Shibori salah satu teknik pembuatan motif kain kami. Dan ciri khas kami tidak menggunakan hanya 1 bahan kain tapi beberapa kombinasi tenun dan batik,”kata Punia seraya menegaskan tahun lalu Kamisuka  Batik memenangkan 2 kategori The Best Textile dan Best of The Best Inacraft Award 2023.

Jonatan, tim dari Kamisuka menjelaskan keunggulan produknya kepada Sigit P Kumala dan Ema Poedjiwati dari YDBA di event Inacraft Maret 2024/Foto: pelakubisnis.com

Tidak main-main, untuk mempelajari teknik shibori, ia sampai belajar dari beberapa guru bahkan sampai mendapat kesempatan belajar langsung dari negeri asal yang pertama mempopulerkan teknik shibori itu ada, yaitu Jepang.

Lantas, apa yang membedakan Kamisuka dengan batik-batik lainnya di Indonesia? Ia menjelaskan,  di sini Kamisuka memadupadankan batik-batik tersebut, dengan kain tenun atau juga kain-kain wastra Indonesia yang membuat koleksi Kamisuka Batik menjadi sebuah pakaian yang digemari dari kalangan muda hingga kalangan tua. “Saat ini ada beberapa desain yang memang hasil karya sendiri. Tapi sebagian besar kerja sama dengan pengrajin batik di seluruh Indonesia,”tambah Punia.

Bagaimana membangun brand Kamisuka dalam produk fesyen yang diproduksi dan positioning apa yang diusung brand Kamisuka Batik? Punia menjelaskan, pada dasarnya ia tetap fokus  membangun dan konsisten dengan  karakteristik Kamisuka itu sendiri yang nantinya ia yakini akan menciptakan  Loyal Customer. “Dan pastinya kami membangun konsep yang unik untuk para wanita atau para pengguna produk Kamisuka pada umumnya  untuk bisa  tampil beda dan mengerti kebutuhan pelanggan,”jelas Alumni Universitas Padjadjaran Bandung Jawa Barat ini seraya menambahkan, pakaian jadi yang diproduksi Kamisuka Batik, 90% adalah pakaian wanita.

Diakuinya Kamisuka Batik dibangun dari modal awal Rp 10 juta dan terus  bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Saat itu produk fesyen yang pertama kali dibuat adalah blues batik wanita.  Dan hingga saat ini  ia sudah membuat lebih dari 200 item busana wanita. 

Bagaimana suka duka membangun usaha?  Menurutnya tentu saja sukanya ketika barang yang kita buat disukai dan dibeli oleh customer. Dukanya ketika ikut bazaar kadang tidak sesuai dengan target. “Kadang sepi kadang ramai. Bagaimana mengatasinya? Kami berusaha untuk membaca keinginan customer dan itu yang kita provide,”ungkap wanita kelahiran 13 Januari 1983 ini.

Segmen yang dibidik adalah wanita dewasa dengan usia 30 tahun ke atas. Mengapa membidik pasar tersebut? Itu karena secara finansial mereka sudah lebih mapan. “Strategi pemasaran yang kami lakukan tetapi mengikuti banyak bazaar-bazaar dan aktif di media sosial (medsos),”papar Punia.

Perkembangan bisnis Kamisuka dari tahun ke tahun terus meningkat. Persisnya paska pandemic pasar mulai menggeliat. Dan mulai terjadi peningkatan penjualan di tahun ini. Bila tahun lalu masih belum bagus karena paska pandemic dan event yang diikuti juga belum banyak, tapi di  tahun 2024 ini ia berani pasar target omzet penjualan yang  lebih tinggi dari tahun sebelumnya.  “Mungkin sekitar Rp 500 jutaan. Dan cara meningkatkannya dengan mengikuti lebih banyak bazaar dan meningkatkan penjualan online dan offline,”ujar Punia yang juga tergabung dalam UMKM binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).

Sejak kapan bergabung dengan YDBA? Persisnya tahun 2023 Punia menjadi UMKM binaan YDBA. “Ketika bergabung dengan YDBA kami banyak mendapat pelatihan bisnis maupun non bisnis. Dan juga diberi kesempatan mengikuti bazaar di beberapa tempat. Tempat pertama ketika tahun 2023 kami diberikan display di Inacraft,”tuturnya.

Dan ia menambahkan, di YDBA dalam hal ini Kamisuka Batik sudah masuk kategori UMKM Pra Mandiri binaan YDBA Bandung, Jawa Barat.  Saat ini Kamisuka Batik berkolaborasi dengan banyak pengrajin batik dari beberapa daerah di Indonesia yang mayoritas ada di Pulau Jawa. “Kami memiliki  pembatik dan desain 2 orang  dan selebihnya mengambil dari pengrajin-pengrajin yang ada di seluruh  Indonesia,”pungkas Punia Giri yang membangun positioning statement untuk Kamisuka Batik sebagai Jenama Fesyen Lokal yang terinspirasi dari keunikan wastra Indonesia.[] Siti Ruslina