Gagasan Jitu Ressy Chandra

Gegara  kesulitan  membonceng buah hatinya naik motor, Ressy Chandra Puspita terinspirasi  membuat produk gendongan model kanguru untuk membonceng anak.  Melalui platform e-commerce,  ia berhasil meningkatkan volume penjualan hingga 2000 pieces per bulan.  



Boncengan Anak Zatra (foto: Facebook)


Berawal dari pengalaman pribadi ketika  repot membonceng buah hatinya naik sepeda motor karena si anak selalu merosot dari gendongan. Dari usia sekian bulan hingga si anak berusia 2 tahun ia semakin kesulitan membonceng anaknya yang mulai besar.  Akhirnya Ressy  Chandra Puspita mendapat ide membuat boncengan anak bentuk kanguru yang nyaman sesuai keinginannya.

Saat itu menurutnya mungkin sudah banyak produk boncengan anak atau gendongan bayi yang beredar di pasar. Namun yang ia mau, sangat detil. Kebutuhannya saat itu, bagaimana ia bisa memiliki boncengan anak yang nyaman digunakan, dapat  menggendong dari belakang atau dari depan tubuh sekaligus berfungsi sebagai gendongan bayi yang dilengkapi topi. Fungsi topi ini tak hanya untuk melindungi anak dari terik matahari, tetapi juga berfungsi sebagai penyanggah lehernya ketika anak tertidur ketika dibonceng.

Dari kebutuhan ‘insight’ pribadi itu, ia berinisiatif membuat gendongan anak yang multi fungsi. Selain bisa untuk menggendong anak batita, yang prioritas adalah berfungsi sebagai alat bonceng anak.  Aktifitasnya sehari-hari memakai sepeda motor membuatnya merasa ‘urgent’ memiliki benda itu.

Ia pun mendatangi tukang jahit yang mampu membuatkan boncengan anak sesuai dengan keinginannya.  Pucuk dicinta ulam pun tiba. Produk yang Ressy mau,  benar-benar terwujud. Si tukang jahit yang terampil sangat mafhum dengan pesanan customer nya.

Ressy yang sebelumnya juga sudah berjualan online, akhirnya terinspirasi menjual boncengan anak melalui  platform belanja online.  Bekerjasama dengan si tukang jahit, wanita 39 tahun ini pun mencoba memasarkan produk boncengan anak. Mulai dari 1 sampai 2 unit boncengan anak, hingga sukses menjual ribuan pieces  melalui marketplace.

Tak dinyana usaha gendongan bayinya disukai konsumen. Ia pun mulai membangun brand bernama Zatra (singkatan nama dua anaknya, Zhafira dan Saputra-red)  dengan  memanfaatkan  banyak channel social media (socmed), termasuk membangun website sendiri dengan nama” Zetra Babyshopline” yang juga ada toko offline nya di daerah Yogyakarta yang memang sudah ada sebelum ia menjual boncengan anak.  Alhasil pertumbuhan penjualannya  terus naik dan kini ia memiliki lebih dari dari 20 tenaga lepasan,  10 distributor dan sejumlah reseller.

Di awal tahun 2013 ia semakin serius memasarkan produknya melalui socmed seperti Facebook dan melalui website sendiri. Awalnya ia hanya mampu menjual sekitar 10 pieces. Namun selang beberapa bulan bisnis berjalan, penetrasi pasar mulai merambah ke banyak daerah di tanah air.

Penjualan terus meningkat, dari ratusan pieces hingga mencapai 2000 pieces per bulan. “Mulai jualan di Bukalapak  tahun 2014 dan saya membuat website. Pernah sampai 2000 pieces. Tapi  kalau sekarang paling tidak per bulan terjual  hingga 1500 pieces,”ungkap alumni Universitas Islam Indonesia Jurusan Teknik Industri ini.

Sabuk bonceng Zatra kian populer di berbagai wilayah di Indonesia. Jumlah item pun terus bertambah. Dari ukuran standardan ukuran XL boncengan anak untuk usia balita hingga 12 tahun, merambah ke item produk lain seperti bantal motor sebagai pelindung bagi anak ketika bonceng berdiri. Kemudian ada portable car seat, baby wrap bedong bayi, slink wrap,  titah  sebagai alat penuntun anak belajar jalan dan lain-lain.  Adapun kisaran harga jual  produk-produk Zatra ini dipatok mulai  Rp 120 ribu-Rp 210 ribu.

Model yang paling laris dari  rentang produk Zatra adalah model Standar yang dibanderol Rp 120 ribu per produk. Yaitu produk boncengan anak  model Standar yang  bisa menggendong anak dengan berat maksimal 45 kilogram.

Seiring dengan perkembangan bisnisnya, Ressy kini sudah memiliki 5 orang karyawan tetap dan puluhan orang tenaga lepas.

Ressy mengungkapkan, tidak mudah  mendapatkan rekan yang bersedia membantunya menjahit sabuk bonceng. Setelah mengalami penolakan beberapa kali, ia akhirnya “berjodoh” dengan seorang penjahit di wilayah Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Seiring semakin banyaknya pesanan, ia pun mengajak ibu-ibu rumah tangga di sekitar tempat produksi untuk menjadi mitra penjahit. Kapasitas produksinya hingga saat  ini mencapai 70 pieces produk setiap hari.”Kami libatkan orang-orang desa sekitar wilayah produksi sebagai tenaga lepasan,”ujar ibu dua anak ini.

Proses produksi bantal motor Zatra (Foto:Ressy Chandra)

Diakui Ressy,  saat ini salah satu kendala yang muncul dalam mengelola usahanya adalah masalah sumber daya manusia (SDM). “Awalnya tidak mudah untuk mendapatkan penjahit, karena saya mencari  mereka benar-benar suka menjahit. Kami mencari yang memang tertarik dan mau dilatih untuk menjahit sabuk bonceng ini dengan standar kualifikasi yang kami inginkan,” jelasnya perihal  kerjasama dengan para tenaga lepasan.

Saat ini, Zatra babyshopline sudah memiliki 10 distributor dan banyak reseller. Jalur distributor ini tersebar di berbagai kota, di antaranya Jakarta, Cirebon, Solo, Semarang, Purwokerto, Jambi, Padang dan Makassar.

Kepada mitra distributor dan reseller, wanita kelahiran Bogor, 25 Juli 1979 ini memberikan beberapa keuntungan bagi para mitra distributornya, termasuk gratis ongkos kirim dan potongan harga. Cara ini dilakukan untuk menstabilkan harga,  agar harga jual dari distributor ke reseller, lalu konsumen, tidak jauh berbeda dengan yang dijualnya secara langsung.

Kendala lainnya  adalah kesulitan mendapatkan material yang tepat dan waktu. Menurut Ressy, terkadang material yang tersedia tidak memiliki warna yang sesuai standar, serta produk belum juga dibordir yang membuat para penjahit tidak bisa meneruskan pekerjaannya.

Hambatan terkadang juga terjadi di jalur ekspedisi, yang belum juga mengirimkan pesanan konsumen. Namun, kata Ressy, sejauh ini pihaknya bisa mengatasi semua masalah tersebut.

Hasil memang tak pernah mengkhianati proses.  Kerja keras Ressy membuahkan hasil. Meningkatnya penjualan hingga memperoleh sejumlah  penghargaan Pelapak Jawara dan BukaApresiasi Pelapak Penggerak Perubahan dari Bukalapak. Kesuksesannya dinilai menjadi insipirasi untuk mendorong lebih banyak orang berbisnis online.

Ressy sendiri saat ini tercatat aktif di Komunitas Bukalapak Yogyakarta. Ia berperan sebagai Ranger, yaitu koordinator komunitas Bukalapak di kota Yogyakarta, untuk mengayomi dan membina anggotanya agar lebih maju dengan menginisiasi berbagai kegiatan yang bisa mengasah kemampuan dalam berbisnis melalui berbagai pelatihan.[]Siti Ruslina