Konsep 5K Menjadi Gaya Kepemimpinan Erick Thohir

John C. Maxwell, guru kepemimpinan mengatakan, pemimpinlah yang tahu jalan menuju kesuksesan; pemimpin yang menunjukkan kesuksesan; dan pemimpin pula yang membawa organisasi mencapai kesuksesan. Bagaimana gaya kepemimpinan Erick Thohir?

Pemimpinlah yang menunjukkan “destinasi akhir” transformasi organisasi melalui inspiring vision  yang menjangkau jauh ke masa depan. Pemimpinlah yang membangun nilai-nilai seluruh organisasi sebagai panduan pola pikir dan pola tindak dalam mewujudkan kesuksesan. Dan dengan energi yang terus berkorban pemimpin pula yang memotivasi dan menggerakkan semua orang di dalam organisasi untuk bahu-membahu menggerakkan visi menjadi extraordinary results.

Nah, bagaimana gaya kepemimpinan Erick Thohir selama memimpin Kementerian BUMN?

Dalam Buku Elephant Learsns Flamenco terungkap gaya kepemimpinan Erick Thohir yang menonjol adalah 5K. Pertama, Kedisipinan Eksekusi. Kata kunci yang menjadi top of mind adalah eksekusi. Tak heran jika Erick Thohir mengatakan, “Bagi saya, kepemimpinan adalah masalah eksekusi.” Menurutnya banyak organisasi besar tidak mampu mencapai tujuan karena kepemimpinannya tidak efektif.

Dengan background Erick Thohir sebagai praktisi, maka wajar bila kekuatan praktisi adalah pada eksekusi strategi. Bahkan ia menyebut dirinya sebagai “profesional entrepreneur”, bukan “profesional manager” apalagi “akademisi manajemen strategis”.

Peran krusial pemimpin adalah memastikan semuanya berjalan seperti yang diharapkan dengan menjalankan tiga proses inti yaitu memilih dan mengelola manusia di dalam tim, memberikan arahan melalui visi/strategi, dan menjalankan operasional di lapangan.

Bagi Erick Thohir, eksekusi bukan masalah memutuskan dan memerintah, melainkan memutuskan, membangun tim dan memimpinnya secara langsung. Sehingga kepemimpinan eksekusi adalah kepemimpinan dengan tiga hal kunci: kecerdasan, komitmen dan tanggung jawab.

Menurutnya, format kepemimpinan yang fokus pada eksekusi inilah yang paling efektif untuk menggulirkan transformasi di BUMN. Pemimpin harus dapat membawa atau memotivasi orang lain untuk melakukan lebih dari yang mereka bayangkan , menggapai harapan yang sebelumnnya tidak pernah berani diletakkan, serta prestasi-prestasi yang dulu dianggap tidak mungkin. Pemimpin harus “membentuk manusia”, bukan “membayar manusia”.

Kedua, aspek lain adalah Kecepatan. Kecepatan mentransformasi organisasi berarti kemampuan organisasi tersebut untuk beradaptasi, dan bertindak secara responsif dalam menghadapi perubahan. Ia juga sangat lincah dalam merespon setiap peluang yang hadir. Kecepatan sangatlah penting bagi seorang pemimpin untuk menavigasi organisasinya dalam merespon perubahan pasar, persaingan, dan lingkungan bisnis yang disruptif.

Kecepatan juga bermakna cepat dalam mengambil keputusan (Choose strategy), dan lincah dalam mengeksekusinya (execute strategy). Seorang pemimpin bisa melakukan simplifikasi dan cerdik potong kompas, sehingga target bisa dituntaskan lebih dini.

Erick Thohir punya filosofi “Mengajari Gajah Menari. Bagaimana peran pemimpin yang harus bisa mengajari BUMN kita yang besar-besar agar bisa lincah, indah dan bertenaga dalam menari. Kepiawaian menari yang dimaksud adalah kemampuan merespon setiap perubahan secara cepat, adaptif dan agile.

Menurut Erick, persoalan paling krusial dari BUMN kita dalah kecapatapa BUMN. Begitu mendapat amanah sebagai Menteri BUM tahun 2019, pekerjaan rumah terbesar baginya adalah menemukan formula yang tepat untuk mentransformasi BUMN pada masa sekarang ini, di zaman yang berubah dengan cepat, sementara kita menghadapi BUMN dan birokrasi yang cenderung besar dan lambat.

Kecepatan menjadi urgensi karena kini BUMN menghadapi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Di tengah VUCA era ini, Erick Thohir menggambarkan mengelola dan mentransformasi BUMN layaknya menegakkan “benang basah”, sangat sulit sekali. Namun dia punya kiat. “Jika pun benangnya basah, kita bisa letakkan di atas punggung besi, sehingg berdiri tegak”.

Erick menambahkan, besi itu adalah strateginya. Formulanya tidak sekedar berubah, tapi perubahan dengan kecepatan tinggi yang dilaksanakan dengan seksama, cermat, teliti dan direncanakan. “Seperti halnya pemenang balap formula,” imbuhnya.

Erick meyakini premis bisnis bahwa: “Bukankah yang besar memakan yang kecil, tetapi yang cepat memakan yang lambat, termasuk mereka yang besar tetap lambat”. Di dalam bisnis yang bergerak cepat, kecepatan yang presisi yang menentukan. Termasuk menentukan berapa kecepatan berbelok di tikungan, atau berpacu di track yang lurus. Karena itu, kecepatan harus disertai akurasi. Cepat dan tepat layaknya balapan formula one.

Contoh kepemimpinan Erick Thohir yang mengandalkan kecepatan adalah keputusannya untuk merampingkan organisasi kementerian agar lebih  flat dan lincah. Salah satunya dengan memangkas jabatan eselon III dan IV.

Ketiga adalah  keberanian. Pemimpin yang baik harus menyelesaikan tanggung jawab, apapun halangan dan aral yang melintang di hadapannya. Pekerjaan itu tidak hanya selesai, tapi harus berorientasi kepada hasil yang baik, BUMN harus bekerja dengan berintegritas, sehat dan jujur.

Sayangnya hal ini tidak ditemui di beberapa BUMN. Konon banyak kasus korupsi yang mengakar kuat di beberapa BUMN. Hal ini ini berdampak negatif, bagi citra dan kinerja BUMN secara keseluruhan. Adanya fenomena ini, butuh satu langkah hebat untuk membereskannya, dibutuhkan kepemimpinan yang punya nyali dan keberanian. Erick adalah satu dari sedikit pemimpin yang berani melakukan aksi “bersih-bersih” di perusahaan pelat merah.

Bagi pemimpin, keberanian adalah kemampuan untuk menghadapi tantangan yang sangat pelik sekalipun, mau mengambil resiko yang berat, dan bertindak tanpa takut terhadap tekanan-tekanan politik. Pemimpin yang berani juga istiqomah dan memiliki komitmen tinggi terhadap purpose yang dicanangkan oleh organisasi.

Kolaborasi penting untuk menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks dan dinamis

Keberanian kepemimpinan Erick Thohir dibuktikan hanya dua hari setelah dia dilantik sebagai Menteri BUMN dengan membongkar kasus korupsi di Jiwasraya. Keberanian lain adalah mengungkap kasus di tubuh Garuda Indonesia.

Keempat, Kebersamaan. Kebersamaan, kerja tim dan kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerjasama sebagai sebuah tim untuk menggabungkan berbagai potensi dan sumber daya untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam lanskap bisnis yang berubah cepat, kata Erick Thohir, kita memerlukan kebersamaan, kerja tim dan kolaborasi dalam hubungan antara pemimpin dan anak buahnya. Erick mendorong kerjasama entitas BUMN yang harmonis dan membangun sinergi yang kuat di antara BUMN.

Kolaborasi penting untuk menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks dan dinamis. Melalui kolaborasi, Erick Thohir memanfaatkan kekuatan kolektif BUMN, meningkatkan kekuatan dan inovasi serta meningkatkan solusi yang lebih baik untuk masalah yang kompleks. Jika dilihat, kolaborasi juga memperkuat  rasa kepemilikan terhadap hasil.

Hakekat kolaborasi adalah pertama, untuk berbagi sumberdaya dengan pihak lain sehingga tercipta kekuatan gabungan yang besar. Setiap organisasi selalu memiliki sumberdaya yang terbatas.  Dari sumberdaya yang terbatas tersebut, maka BUMN harus berkolaborasi dengan pihak lain. Kolaborasi memungkinkan perusahaan berbagi sumberdaya, sehingga menghasilkan kekuatan  yang lebih sehat. Tujuan kedua adalah agar pihak-pihak yang berkolaborasi bisa saling mengisi dan saling melengkapi sehingga tercipta nilai yang lebih tinggi.

Kelima, Kebangsaan.  Prinsip dasar yang melandasi Erick Thohir dalam memimpin BUMN adalah membentuk pola kepemimpinan kebangsaan. Memimpin BUMN bukan semata-mata memimpin organisasi bisnis semata. Kepemimpinan yang dikembangkan Erick Thohir mengandung peran ambideksteritas (ambidexterity), yaitu peran bisnis dan peran kebangsaan.

Dalam konteks perwujudan Visi Indonesia emas 2045, Erick Thohir mengatakan, strategi transformasi BUMN Indonesia harus mampu menjadikan BUMN bukan saja pelaku bisnis kelas dunia. Tapi juga pelaku bisnis dunia, dengan penguasaan, jangkauan bisnis dan pengelolaan melalui batas-batas  negara Indonesia. “Jadi BUMN harus menjadi bagian penting dari ekspansi kepentingan nasional dalam globalisasi,” tegas Erick Thohir. BUMN harus memainkan peran penting globalisasi ekonomi seperti yang dimainkan oleh Temasek dan Aramco.

Kepemipinan kebangsaan Erick Thohir sesungguhnya dijalankan bukan hanya saat ini memimpin kementerian BUMN. Sebelumnya, saat menjadi Ketua Pelaksana Asian Games 2018, ia sudah mempraktekkannya. Seperti diungkapkannya, saat menggelar Asian Games 2018, ia berprinsip bahwa kita tidak hanya sekedar  menjadi event organizer dari suatu peristiwa olahraga akbar, tapi sudah berpikir “beyond the sport“.[]Siti Ruslina/ Yuniman Taqwa