Pos Indonesia Tingkatkan Service Level

Persaingan bisnis kurir yang kiat ketat dan tersegmentasi, membuat PT Pos Indonesia terus melakukan rebranding dan meningkatkan service level. Jaringan yang luas menjadi salah satu keunggulan BUMN yang telah berusia 275 tahun ini.

Melesatnya  e-commerce di Indonesia  menuai berkah bagi bisnis kurir. Namun demikian, berkah itu diperebutkan banyak pemain. Kini marak bermunculan pemain baru di industri kurir dan berkembangnya layanan yang muncul.  Hasil survei  yang  dilakukan Inventure  bekerjasama dengan Alvara melakukan riset untuk men-capture 10 industri, salah satunya industri logistik.

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) yang mengeluarkan lisensi jasa kurir di Indonesia, lebih dari 500 lisensi perusahaan kurir yang dikeluarkan. Pemain-pemain kurir ini ada berskala nasional, regional dan ada yang bermain di lokal. “Dengan demikian kompetisinya sudah sangat ketat, akibatnya ada yang mengeluarkan produk layanan kurang dari 3 jam, ada yang safety service, ada yang ekspres dan ada yang 2 sampai 7 hari, “ kata President Director PT Pos Indonesia, Faizal Djoemadi.

Fenomena itu menurut Faizal membuat produk layanan semakin kompetitif, sehingga bisnis ini menjadi komoditi. Pasalnya, distribusi atau pengiriman barang di bawah 30 kg dengan kurir service. Tak pelak, jasa ini menjadi komoditi, sehingga pelanggan memilih sesuai dengan kebutuhannya. Misalkan seperti Gojek, Grab Express, itu termasuk layanan di bawah 3 jam. Sistem andalannya point to point, ambil barang langsung kirim.

Apalagi sekarang, kata Faizal, untuk pengiriman farmasi (obat-obatan)  yang prosesnya sangat kritikal, maka pengiriman kurang dari 3 jam sangat penting. Kalau konsumen yang memilih pengiriman 3 jam, pasti hanya melakukan lewat operator-operator saja.

Ada juga pengiriman antara tiga jam sampai 12 jam atau disebut layanan  sending service. Hari ini dikirim dan hari ini juga sampai. Ada juga perusahaan kurir yang beroperasi hanya di satu daerah saja, misalnya melayani pengiriman di sekitar Jakarta. Itu sebabnya, konsumen akan memilih sesuai kebutuhannya. “Jadi, pemain kurir sekarang ter-segmented seperti itu,” katanya serius.

Survei yang dilakukan pada 8 -18 Juni lalu menyebutkan  sebanyak 77,3% responden setuju, kurir yang cepat dan tepat lebih dipilih dibanding kurir yang hanya memberikan harga murah.  Mayoritas responden 61% menganggap brand jasa kurir tidak lagi relevan karena layanan yang diberikan umumnya adalah komoditi.

Menanggapi hasil temuan ini menurut Faizal Djoemadi mengatakan bahwa brand-brand yang dilihat oleh customer sesuai kepentingannya. Sementara itu pedagang memilih kurir secara leluasa sedangkan di marketplace disesuaikan oleh kurir.  Layanan dan akurasi waktu yang dijanjikan kurir sangat penting, ketepatan alamat juga sangat penting.

“Jawaban saya benar hasil riset itu. Ketepatan waktu sangat penting, akurasi waktu sesuai dengan janji,” katanya seraya menambahkan karena banyaknya pemain di bisnis kurir, sehingga brand menjadi tidak penting. Hanya beberapa brand yang ingat oleh customer, sesuai dengan kepentingannya.

Lebih lanjut ditambahkan, di masa pandemic kalau kita belanja dibagi dua, yaitu melalui sosial media dan melalui marketplace. “Menurut riset yang saya dapat, terjadi pergeseran yang dulu marketplace nomor satu, tapi sekarang digeser oleh sosial media. Jumlah transaksi di sosial media lebih tinggi dibandingkan transaksi di marketplace,” katanya.

Itu sebabnya belakangan ini banyak para pedagang berpromosi di sosial media. Nah, apa bedanya? Di sosial media, tambah Faizal, pedagang mempunyai keleluasaan memilih kurir. Sedangkan di marketplace, mereka yang menentukan kurir  mana saja yang bisa bekerjasama pengiriman barang dari marketplace.

Faizal melanjutkan, kenapa di sosial media lebih jadi tren? Karena pedagang bisa memilih kurir sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya kalau pedagang obat, farmasi dan jamu, bisa memilih kurir yang paling tepat dengan kebutuhannya.

Sementara Rulit Chandra, Chief Marketing Officer Pos Logistics anak perusahan Pos Indonesia mengatakan, tidak hanya di masa pandemi, Pos Indonesia selalu memperbaiki service level, memberi layanan yang terbaik untuk customers. “Kita pastikan operasional excellence berjalan di PT Pos Indonesia.”ujarnya.

Rulit menambahkan, Pos Indonesia coba melakukan rebranding posisi dengan menggandeng brand ambassador  baru, yaitu Cak Lontong. Mudah-mudahan memberikan nuansa tersendiri, nuansa baru untuk Pos Indonesia. “Untuk kurir service kita coba menunjukkan ke masyarakat bahwa Pos indonesia terus memperbaiki diri, memberikan layanan terbaik dan enak dilihat,” katanya serius.

Pos Indonesia menurut Rulit, tahun ini kita akan connected  dengan marketplace kembali. Di mana sebelumnya Pos Indonesia tidak hadir di marketplace, kita coba masuk kembali dan saat ini dalam tahap finalisasi. Pos Indonesia tidak hanya membidik marketplace yang besar, tapi marketplace yang startup-startup baru baik domestik maupun global juga didekati. Banyak marketplace lokal yang kami coba,” ujarnya dalam diskusi Indonesia Industry Outlook 2nd Semester 2021.

Lebih lanjut ditambahkan, Strategi lain yang akan dilakukan adalah melakukan optimalisasi aset yang dimiliki. Dengan umur yang sudah 275 tahun dan yang terkoneksi dengan internasional cuma Pos Indonesia. Jaringan luas dengan lebih dari 5.000 kantor di seluruh Indonesia juga akan dimanfaatkan agar bisa meningkatkan service level agreement (SLA) kepada pelanggan operator.

Saat ini, kata Rulit, Pos Indonesia memiliki 50.000 agen pos di seluruh Indonesia. Melalui agen pos ini kita terus melakukan branding dan operasional “Strategi yang coba kita lihat apa yang lebih dari Pos Indonesia. Di mana kiriman barang yang jauh-jauh 3 T (tertinggal, terdepan terluar) dikirim melalui Pos Indonesia. Saya lihat itu sebagai keunggulan kita,” katanya.

Artinya dari network yang dimiliki, kantor-kantor yang dimiliki dan pasukan yang jumlahnya sekitar 27.000 pegawai di seluruh Indonesia. Potensi ini yang dimaksimalkan. Strateginya menyerang dari pinggir.  Umumnya para pemain-pemain kurir tidak punya jaringan di pinggiran itu. “Strategi ini yang coba dimaksimalkan saat ini,” tambah Rulit.

Kini Pos Indonesia  terus memperbaiki diri untuk menghadirkan layanan marketplace yang sudah besar dan mendominasi, tapi juga marketplace lokal. Selain itu, untuk memaksimalkan pelayanan, Pos Indonesia terus mengoptimalisasi asset yang dipunyai jaringan Pos Indonesia Group sebagai jasa logistik dengan jaringan terluas.

Di samping itu, Pos Indonesia memberi surprise kepada kosumen dalam industri yang sangat tersegmentasi saat ini. Di mana barrier to entry nya sangat rendah. “Kurir ini bapak punya motor satu saja bisa beroperasi. Oleh karena itu, Pos Indonesia melakukan beberapa strategi bagaimana customer itu loyal terhadap terhadap jasa yang Pos Indonesia tawarkan. Diantaranya Pos Indonesia sangan konsen terhadap operasional excellence. Pos Indonesia sangat menjaga service level dan bagaimana antaran paket sampai sesuai dengan janji yang disampaikan. “Bila dijanjikan satu hari sampai, kita pastikan barang itu sampai satu,” kata Rulit mengunci percakapan. [] Yuniman Taqwa/Foto Ilustrasi: twitter