Optimisme Konsumen di Tengah Second Wave Covid-19

Optimisme konsumen terhadap perekonomian Indonesia tergantung sejauhmana program vaksinasi bisa berjalan maksimal, sehingga menciptakan herd immunity (kekebalan imunitas).  Bagaimana optimisme konsumen di tahun 2021 ini?

Indonesia kini  menghadapi second wave Covid-19 (gelombang kedua Covid-19). Gelombang  ini ditandai dengan kenaikan penderita Covid-19 yang  tajam di Indonesia. Fenomena  ini mulai terjadi pada Juni 2021. Mencapai puncaknya pada minggu kedua Juli 2021, setelah pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, khususnya  di Jawa Bali.

Tak pelak lagi,  krisis pun kembali porakporanda dan harus kembali menekan tombol survive mouth. Target 2021 terancam gagal total. Kita perlu memahami perubahan apa yang terjadi, terkait ekonomi,  pasar, konsumen dan industri di pertengahan 2021 ini, untuk mengatur strategi baru bagaimana target akhir 2021 tetap tercapai.

Pada 8 -18  Juni 2021, inventure bekerjasama dengan Alvara melakukan riset untuk men-capture  perubahan apa saja yang terjadi terhadap ekonomi, pasar, konsumen  dan Industri di pertengahan 2021 ini.

Menurut Managing Partner Inventure, Yuswohady, riset terbaru pada juni 2021 ini, memotret 10 industri. “Setahun kami melakukan dua kali riset. Tahun lalu ada 40 industri, tahun ini agak spesial, karena dinamika perubahan industri demikian cepat,” katanya seraya menambahkan,  kalau dilakukan setahun sekali kayaknya kurang seru, makanya dilakukan riset untuk antisipasi semester 2.  Sedangkan tahun kemarin dilakukan pada September 2020, sehingga dengan dua  data ini, kita bisa membandingkan bagaimana sentimen pasar, bagaimana perilaku konsumen  selama pandami.

Ada  beberapa  yang akan dibandingkan dengan kondisi September 2020 pada saat kita melakukan studi di 40 industri. Dan bagaimana kondisi yang terbaru pada Juni 2021? Mungkin survei  ini  istimewa dan boleh jadi  insight bagus. Kenapa? Pertama, survei dilakukan ketika banyak masyarakat yang sudah divaksin. Vaksinasi mulai dilaksanakan pada   Maret, April dan Mei 2021. Pada saat  itu campaign sudah dilakukan gencar oleh pemerintah. “Mungkin menurut saya sudah cukup banyak penduduk kita yang sudah terima vaksin,” kata Yuswohady, saat Konperensi Pers secara virtual pada 26 Juli lalu.

 “Industri outlook-nya saya bilang Industri Tren Post Vaksin, jadi saat vaksin sudah  disuntikkan,” tambahnya sambil menambahkan   survei ini juga istimewa, karena survei  ini  sudah melewati puncak dari first wave pada Februari 2021 (puncak gelombang pertama) Covid-19. Seperti diketahui, puncak first wave pada  Februari sebesar 15.000-an  terinfeksi, kemudian dari 15.000-an tersebut,  turun sampai posisi 5000 – 4000-an penderita covid/hari, pada April dan Mei 2021.

Ketika satu sirklus dilalui, kata Yuswohady, konsumen Indonesia mulai tahu Covid-19 itu seperti apa. Kalau sebelumnya masyarakat belum tahu Covid itu binatang apa!  Pasalnya,  pandemi terakhir terjadi  pada tahun 1918 atau  103 tahun yang lalu. Makanya di tahun pertama sampai akhir tahun 2020, kita tidak mengerti itu. “Tapi ketika sudah puncak, dan turun lagi. Saya lihat polanya akan sama seperti pada first wave,” lanjutnya.

Sentimen positif atau optimisme konsumen menentukan kita bakal krisis atau bakal recovery, perusahaan-perusahaan barangnya akan laku. Kalau  barangnya laku, maka pegawainya gajian , maka pegawainya akan punya uang dan  spending lagi, kemudian pabriknya hidup lagi. Kemudian spending lagi. sirklusnya memutar seperti ini. Hal ini disebut “putaran malaikat” yang terjadi, maka terjadilah recovery.

Sebaliknya ketika konsumen tidak spending, karena takut, karena tidak optimis terhadap kondisi ekonomi, karena krisis kesehatan dan sosial, maka tidak spend. Pabrik-pabrik akan tutup, karyawannya pada nganggur tidak punya uang, maka tidak bisa spend. “Nggak bisa spend, pabrik tambah nggak bisa bergerak, nggak bisa kasih gaji karyawan.  Muter lagi. Kondisi ini disebut sebagai lingkaran setan,” katanya serius.

CEO Alvara, Hasanuddin Ali mengatakan,  survei ini momentumnya sangat tepat, karena dilakukan  pada fase second wave pandemi covid-19. Survei dilakukan pada 8 -18 juni 2021, ketika pandemi Covid-19 lagi menanjak secara eksponensial menuju puncaknya di awal Juli 2021.

Setelah PPKM Darurat diterapkan di Jawa Bali, perlahan kasus Covid-19 mulai  turun, terutama di Jawa Bali. Kalau kita lihat data vaksin di Indonesia, pada saat survei dilakukan  sekitar 20% dari target penduduk yang divaksin  tahap pertama. “Ternyata PPKM Darurat berhasil menurunkan mobilitas penduduk Indonesia, terutama di Jawa Bali berkontribusi besar   terhadap penurunan wabah Covid-19 di Jawa Bali,” kata Hasanuddin.

Survei ini melibatkan 532 responden. Survei ini dilakukan di 7 kota besar , Jabotabek, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar dan Balikpapan. Responden mayoritas termasuk kategori millennial 73,8%, kemudian genX 26,2 %. Responden  mayoritas dari kalangan menengah. Secara profesi sebagai perkantoran, wiraswasta BUMN maupun ASN.

Namun demikian, tingkat optimisme konsumen Indonesia terus mengalami kenaikan. Kondisi ini dapat dilihat dari tingkat confidence masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah seperti bekerja di kantor hingga berlibur. Menurut hasil temuan Inventure-Alvara, aktivitas umum seperti bekerja di kantor, bersekolah, dan berbelanja di pasar tradisional mendapat persetujuan tinggi dari responden yaitu 70-80%.

Dari sisi ritel, mall-mall ditutup, tempat-tempat wisata ditutup hingga menurunan 21%.  Kemudian farmasi naik, karena kebutuhan akan obat, kebutuhan akan alat-alat kesehatan  dan kebutuhan dasar masih tumbuh 14%.

Kombinasi antara partisipasi masyarakat dan upaya program vaksinasi massal dari pemerintah yang semakin progresif ditujukan untuk mencapai herd immunity (kekebalan imunitas).

Membaiknya tingkat confidence dan optimisme masyarakat Indonesia, ditanggapi oleh Dicky Budiman, Epidemologist Griffith University mengatakan bahwa terjadinya optimisme di kalangan masyarakat akibat adanya vaksin merupakan hal yang positif. Namun perlu  dicermati lagi data bahwa meskipun kepercayaan masyarakat tinggi tapi tingkat partisipasi dalam mendapatkan vaksinasi masih rendah.

Menurut Dicky Budiman dalam gelaran Indonesia Industry Outlook 2nd Semester 2021 “Rendahnya tingkat partisipasi vaksinasi inilah yang perlu didorong dan diupayakan lagi dalam setiap sektor. Sebab yang menjadi game charger itu bukan pada vaksinnya saja, namun lebih pada orang yang mau divaksin dan ini yang akan menjadi modal utama dan masih menjadi catatan besar untuk Indonesia. Serta tracking, tracing dan isolasi mandiri pun perlu diperkuat,” kata Dicky.

Sementara menurut Hasanuddin, survei semester II tahun ini sudah mempunyai pengalaman selama setahun terakhir ini dalam menghadapi pandemi  Covid-19 “Pada saat September lalu mereka mengatakan pandemi. akan berakhir pada akhir 2020. “Ketika kita survey Juni lalu, mereka mengatakan pandemi akan berakhir akhir tahun 2021,” katanya seraya mengatakan kondisi keuangan juga mereka  mengatakan demikian.

“Publik Indonesia dalam menghadapi pandemi, terutama terkait ekonomi, mereka memiliki daya tahan dan miliki pengalaman dalam menghadapi krisis pandemi ini,” katanya serius.

Hal senada ditambahkan Yuswohady bahwa survei September tahun lalu konsumen ditanya kapan kondisi ekonomi membaik, dijawab 65% berakhir tahun 2020. Tapi, ketika ditanya pada survei Juni lalu, kondisi keuangan akan berakhir akhir 2021, jumlahnya mencapai 41%, berarti perlu waktu enam bulan ke depan untuk melakukan perbaikan.

“Jadi kesimpulannya kalau dulu agak ngawur, tapi sekarang mulai mengerti atau knowledgeable, sudah bisa mengira kondisinya seperti ini,” tambahnya. Pada waktu Survei September lalu, masyarakat berharap banyak, sehingga energinya besar, tapi kenyataannya tidak yang diharapkan.

Setelah Indonesia melewati gelombang pertama Covid-19 pada Maret 2021, optimisme masyarakat terhadap prospek perekonomian cukup tinggi. Terbukti sebanyak 59,5 % responden merasa yakin ekonomi Indonesia  akan pulih pada tahun 2021, demikian pula terkait selesainya pandemi sebanyak 51,5%  responden yakin pandemi akan pulih pada tahun 2021. Sementara kondisi keuangan berdasarkan survei menyebutkan, hanya 40,5 baru kembali normal pada pertengahan atau setelah tahun 2022.

Menurut Hasanuddin, kondisi keuangan akan kembali normal  akan sangat tergantung bagaimana proses penurunan Covid-19 dalam  waktu dekat ini. “Kalau misalkan pemerintah dan publik berhasil menekan penularan Covid-19 ini, tentu harapan kapan Covid-19 berakhir akan terjadi. Kalau kita lihat dari beberapa kali survei yang dilakukan publik selalu optimis confidence level ekonomi Indonesia selalu tinggi,” katanya serius. 

Dengan melakukan vaksinasi  akan mempengaruhi sentimen optimisme.” Dan memang betul dengan keberadaan vaksin itu kita lebih confidence. Sehingga menghadapi dinamika perubahan karena Covid juga akan lebih confidence,” lanjut Yuswohady.

Hasanuddin menambahkan, vaksinasi mempunyai daya dorong yang luar biasa, terutama  bila dilihat dari aspek ekonomi dan pendidikan. Jadi confidence public ketika ditanya beraktivitas  di kantor 74%, kemudian sekolah tatap muka 67%.

Sementara aspek lain, seperti nonton bioskop hanya mencapai 50%, transportasi udara 49%, menginap di hotel 47%. Kemudian terkait liburan atau keluar kota sebulan sekali mencapai 41%. “Rasa confidence public kita untuk kegiatan-kegiatan ekonomi itu sangat terbantu karena didorong dengan penggunaan vaksin,” tambahnya. Semakin tinggi tingkat vaksinasi kita, katakan 70% publik sudah divaksin diakhir tahun 2021, maka rasa confidence public semakin tinggi.

Bila kita bandingkan antara survei September 2020 dengan Juni 2021 ini menarik. Ketika survei September 2020 kita lakukan, ternyata 78% mereka mengatakan pendapatannya berkurang, kemudian di survei Juni hanya 50,2% pendapatannya berkurang. Ini menguatkan bahwa daya tahan konsumen kita sudah mulai beradaptasi dengan kondisi saat ini yang turun hanya secara umum kondisi tabungan tak terlalu berubah banyak.

Itulah gambaran dari perspektif konsumen kita ketika dilakukan survei pada Juni 2021 dan dibandingkan survei pada September 2020 dari segi keuangan. Dari aspek ini akan mempengaruhi capture industri-industri lain yang disurvei pada Juni 2021. [] Yuniman Taqwa/ Siti Ruslina