Kolaborasi, Strategi Cepat Kembangkan Bisnis

Hanya dalam tempo singkat suatu perusahaan mampu mengakselerasi brand dan bisnis. Bayangkan bila tanpa kolaborasi, perlu berapa tahun suatu perusahaan menggurita? Bagaimana strateginya?

Tampak  hari ke hari dunia bisnis makin mengarah pada penguatan ekosistem atau arena di setiap industri. Dalam kondisi seperti ini, dan terutama paska pandemi, strategi ampuh  memenangkan pasar bukan lagi berkompetisi, melainkan koopetisi, alias berkolaborasi. Ini adalah jantungnya keunggulan bisnis.

McDonald’s sukses menggaet fanbase BTS di Tanah Air/Sumber: IBF2022 Conference

Bila dulu kita jualan dengan kompetisi, kini jualan melalui ekosistem. Ketika landscape ekosistim, maka kolaborasi merupakan suatu kewajiban. Kita lihat McDonald’s mengeluarkan produk hasil kolaburasi dengan grup KPop BTS lewat produk BTS Meal yang viral di sosial media sejak promo varian produk hasil kolaburasi ini tiba-tiba gerainya membludak diserbu pengunjung.

Banyak sekali contoh kolaborasi bisnis di Tanah Air. Contoh yang gampang adalah Gojek yang semula sebagai ojek online, kemudian berkembang menjadi taxi online, masuk go blue bird, masuk gofood, masuk ke Gomart, Gopay, Goinvest dan ke mana-mana.

Menurut Founding Chairman Indonesia Brand Forum (IBF) Yuswohady, sebuah brand bisa menggurita dengan cepat kaya Gojek, ketika dia mempunyai mindset mendasar yang melihat marketnya bukan hanya produk, tapi marketnya adalah ekosistem. Ketika kita melihat ekosistem, maka kita akan membangun ekosistem. Membangun ekosistem, maka pendeketannya adalah kolaborasi.

Tidak hanya sampai di situ, kata Yuswohady, Gojek merger dengan Tokopedia (e-commerce). Ketika transportasi dikolaborasikan ke e-commerce, maka muncul produk-produk dalan layanan yang luar biasa. Sekarang bukan waktunya kerja sendiri, kita harus melakukan kolaborasi.

“Sebab, dengan kolaborasi, masing-masing pihak, baik brand maupun korporat dapat saling bahu-membahu mengintegrasikan ekosistem fisik maupun digital. Kolaborasi akan menghasilkan win-win solution bagi semua pihak,” ujar Yuswohady pada acara Indonesia Brand Forum (IBF) yang digelar 19-20 September 2022. Kali ini, IBF 2022, mengusung topik  “Brand Collab Champion – Winning Thru Coopetition Not Competition”. 

Yuswohady menambahkan,  masyarakat dan dunia bisnis menghadapi situasi mutakhir yang semakin tinggi tingkat ketidakpastiannya (uncertainty). Merujuk fakta bahwa setelah dilanda aneka disrupsi (digital, milenial), datangnya pandemi, lalu meletusnya perang Rusia-Ukraina, kini masyarakat dan dunia bisnis menghadapi beragam tantangan baru yang tidak mudah: mulai dari beban kenaikan harga BBM, ancaman stagflasi (inflasi tinggi yang diikuti stagnannya pertumbuhan ekonomi), gangguan distribusi global (supply-chain bottleneck), dan hingga ketidakmenentuan kebijakan pemerintah.

Disrupsi semacam itu membuat kita semua, anggota masyarakat dan dunia bisnis menghadapi dampak ekonomi dan psikologis yang tidak ringan. Situasi ketidakpastian yang makin tinggi ini menuntut kita bersikap cerdas dan cermat. Khusus para pelaku bisnis, inilah saatnya menyatukan kekuatan satu sama lain, bergandengan tangan bersama, alih-alih bersaing habis-habisan.

“Istilah saya, ke depannya kita harus berkolaborasi, karena ‘Kalau Nggak Kolab, Bakal Kolaps’. Jangan sendirian menghadapi tantangan ini, apalagi berkompetisi tak keruan, berperang tanpa arah. Dengan kolaborasi, tercipta situasi win-win. Ini sebuah advantage. Sebaliknya, tanpa kolaborasi, kita menghabiskan banyak energi dan sumber daya, tapi tak menciptakan situasi yang saling menguntungkan. Sebuah dis-advantage,” ujar Yuswohady.

Contoh yang paling gampang, menurut Yuswohady adalah aliansi antara Alfamart dengan Bank Aladin. Betapa power of collaboration. Coba bayangkan, Aladin adalah bank digital Syariah pertama di Indonesia. Kemudian Alfamart adalah ritel yang channelnya massif yang luar biasa dengan geral 17.000 toko. Bayangkan, Aladin punya product syariah, tapi tidak mempunyai channel, tidak punya kantor cabang, karena bank digital diposisikan tidak punya kantor cabang, karena membuka kantor cabang itu investasinya mahal. Kantor cabangnya ada di handphone.

“Tapi menariknaya ketika Aladin dan Alfamart berkolabarasi,  Aladin punya 17.000 kantor cabang. Bayangkan kalau Aladin itu tidak berkolaborasi dengan Alfamart, dia harus membangun 17.000 kantor cabang. Perlu berapa tahun. Saya kira 20 atau 30 tahun mungkin tidak akan terjadi. Tapi, dalam hitungan bulan Aladin mempunyai sampai 17.000 kantor cabang di seluruh pelosok Indonesia,” tambah Yuswohady.

Yuswohady menegaskan tujuan utama perusaahaan membangun kolaborasi ada tiga, strategi. Pertama, leverage brand audience. Kedua, sinergize brand asset. Ketiga, align brand identity.

Dalam leverage brand audience, kolaborasi dilakukan untuk memperluas pasar dan target audience. “Ketika dua merek berkolaborasi maka masing-masing pasarnya disatukan sehingga kolamnya membesar,” ujarnya. Contohnya, Louis Vuitton punya market dan kemudian Supreme punya market, maka Louis Vuitton dapat market Supreme dan market Louis Vuitton. Artinya marketnya digabungkan.

Pertanyaannya kenapa Louis Vuitton mau berkolaborasi dengan Supreme. Padahal Louis Vuitton brand kelas atas, ibarat berada di “menara gading”, sedangkan Supreme merupakan brand millennial. Louis Vuitton ingin dianggap anak muda. Ini contoh leverage brand audience.

Berikutnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkolaborasi dengan Liga Satu. BRI punya market lebih dikenal di desa-desa, dan mulai masuk kota. Tetapi terakhir BRI ingin menggaet fans sepak bola, maka BRI berkolaborasi dengan sport event (Liga Satu), sehingga BRI dapat market Liga Satu dan sebaliknya Liga satu dapat market BRI. 

Kedua, sinergize brand asset. Contonya kolaborasi Aladin dengan Alfamart. Melalui kolaborasi, merek juga bisa menyinergikan asset yang dimiliki masing-masing pihak yang berkolaborasi sehingga menghasilkan kekuatan gabungan yang jauh lebih besar. Rumusnya bukan sekedar: 1 + 1 = 2; tapi 1 + 1 > 2.

Sumber : IBF2022 Conference

Allo Bank, misalnya, bayangkan bila tidak bersinergi dengan group salim, dengan Grab, Traveloka. Dia membangun ekosistemnya sendiri, maka Allo Bank tidak akan cepat berkembang. “Sesuatu yang seharusnya memerlukan waktu 30 tahun, bila dikompres hanya perlu waktu tiga tahun. Pak CT bilang ini akan menjadi ekostem pisik maupun online terbesar di Indonesia. Pak CT berani promosi seperti itu, karena dia yakin gandeng Salim, gandeng Bukalapak, gandeng Grab dan terusnya. Hal itu kalau dilakukan tanpa kolaborasi, maka perlu waktu 30 sampai 40 tahun, maka dikompres menjadi tiga tahun,” kata Yuswohady.

Ketiga, align brand identity. Kolaborasi yang impactful harus menyelaraskan identitas dari masing-masing merek sehingga tercipta chemistry yang serasi. Keselarasan adalah prasarat terpenting terciptanya Brand Collab Advantage. Keselarasan adalah prasarat kelestarian kolaborasi. 

Contoh ketika apple dengan Nike bergabung, di mana Nike identik dengan inovasi, dengan marketing, cool dan seterus. Sama halnya dengan Apple yang identik dengan kreativitas, inovasi dan teknologi. Persamaan identitas inilah, maka yang terjadi menguatkan brand personal menjadi brad identity dari masing-masing brand.

“Tiga strategi inilah yang ingin saya tegaskan hari ini dalam IBF Conference 2022. Tiga strategi itu pula yang dikupas oleh para pembicara,” Yuswohady menegaskan. IBF 2022 sendiri diselenggarakan dalam format hybrid (Online dan Offline) terdiri dari empat mata acara utama. Pertama, IBF Conference 2022. Digelar selama 19-20 September 2022, konferensi ini menghadirkan 14 pembicara ternama dan representatif yang mewakili brand-brand papan atas nasional untuk menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana praktik kolaborasi yang mereka lakukan.

Kedua,  IBF Awarding 2022. Untuk pertama kalinya, IBF akan memberikan penghargaan kepada Top Brand Collaboration yang telah diseleksi dan melalui pemilihan juri secara ketat sebagai The Best Brand Collab Champion 2022 di Indonesia. Diketuai Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. (Menteri Pariwisata Indonesia 2014-2019), Dewan Juri menyeleksi 30 brand collaborations paling berhasil, setelah dilakukan kurasi atas 100 lebih brand collaborations di Tanah Air. Hasilnya adalah 8 pemenang IBF Awarding 2022 dan 5 pemenang IBF Special Award 2022.

Pada akhirnya, lewat rangkaian acara ini, Yuswohady berharap brand-brand Indonesia bisa terus menampilkan kinerja yang baik sehingga mampu tumbuh berkesinambungan. Bahkan tidak hanya bisa berjaya di pasar lokal, melainkan  juga di pasar global. [] Siti Ruslina