Menu ayam geprek dengan sensasi pedasnya semakin meramaikan bisnis kuliner di tanah air. Cara order makanan via online menjadi salah satu pemicu semakin bertumbuhnya bisnis ini.
Jangan kaget bila seorang pedagang ayam goreng geprek berskala booth/rombongan omzetnya mencapai Rp 80 juta per bulan! Ini dialami salah satu mitra Yodhi Muhammad Ahyad, pemilik brand Asli Geprek yang mengawali usaha waralabanya sejak 2018 silam.
Yodhie sudah malang melintang di industri kuliner. Meski saat ini ia masih bekerja di perusahaan event organizer (EO) asing, namun jiwa bisnisnya sudah terbangun sejak puluhan tahun lalu. Boleh jadi ia menuruni bakat orangtuanya yang berbisnis catering. Tapi yang jelas pria kelahiran 30 Januari 1976 ini sempat jatuh bangun mengelola usaha kuliner dan baru sekarang menemukan bisnis yang pas dan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
“Dulu setiap ada peluang bisnis yang lagi hits, saya masuk. Usaha kedai kopi juga pernah, bareng teman tapi akhirnya bubar karena kurang maintain dan omsetnya gak bagus. Travel backpacker juga pernah saya coba,”tutur Yodhie kepada pelakubisnis.com beberapa waktu lalu.
Hingga muncul tren resto ayam geprek. Waktu itu di industri kuliner secara bersamaan muncul tren minuman es kepal milo dan menu makanan ayam geprek. Ia sempat melihat bisnis es kepal milo. Potensi nya cukup besar di es kepal milo namun ia melihat lifecycle nya pendek. Sementara, ketika melihat bisnis resto ayam geprek ia langsung berpikir, selama pecel lele dan pecel ayam masih diminati masyarakat, segala menu masakan yang berbasis sambal dari dulu sampai sekarang orang tak pernah bosan. Artinya, bisnis ayam geprek sangat potensial untuk dikembangkan.
Berbekal modal uang Rp5 juta dan ilmu marketing yang dimiliki selama bekerja di perusahaan EO dan pengalaman dari kegagalan bisnis sebelumnya, ia pun menyusun strategi. Ia mencoba mencari difrensiasi produknya dari pemain lain seperti Geprek Bensu, Geprek Keperabon dan sejenisnya. Bila yang sudah ada lebih mengemas bisnis ayam geprek skala resto, ia justru bergeser ke pinggir jalan menyasar segmen kelas C dan D dengan mengemas konsep booth ready to go. “Kami jual paket kemitraan dari hari Rp 6 juta hingga 18 juta,”katanya kepada pelakubisnis.com.
Lantas, bagaimana Yodhi menjual produknya agar disukai konsumen? Bicara bisnis kuliner, faktor paling utama adalah soal rasa. Artinya, ia harus memiliki produk yang rasanya benar-benar disukai konsumen. “Soal produk, istri saya yang mengolahnya. Dia yang paham. Tapi soal rasa, kami memang lakukan survey dulu. Cari bahan baku, coba makan di sana-sini, bagaimana caranya membuat sampai bumbu meresap ke dalam daging, gonta-ganti terigu, sampai akhirnya kami temukan rasa yang paling pas,”ucap bapak dua anak ini yang selama beberapa bulan melakukan survey untuk mendapatkan rasa yang benar-benar cocok di lidah konsumen.
Setelah diyakini dari sisi produk benar-benar ditemukan rasa yang pas, barulah saat itu ia membuat merek. Digunakan nama Asli Geprek dengan tagline “Ayam Gepreknya Special” karena definisinya cukup generik yang berarti rasanya benar-benar asli menu ayam geprek. Kemudian, langkah selanjutnya adalah membuat packaging yang tidak ‘asal’. “Sengaja dibuat nuasa merah terang, biar eye catching dan diingat konsumen. Packaging itu sudah menjadi standard operating procedure (SoP). Kalau ditemukan memakai steroform, maka akan kami tegur,”ungkap Yodhi yang beberapa waktu lalu memperoleh penghargaan The Inspiring Merchant dari Go-Food ini.
Langkah berikutnya mencari tempat yang pas buat berjualan. Dari strategi memilih tempat ini, Yodhi menemukan konsep Goes To Online, dengan sistem pesan via aplikasi online. Kebetulan ia memiliki banyak teman dari kalangan driver ojek online (ojol). Ia pun terinspirasi untuk memaksimalkan sistem penjualan order makanan via ojol.
Pun, dengan strategi harga relatif lebih murah dibandingkan harga ayam geprek resto pada umumnya, yaitu berkisar Rp16-25 ribu, modal awal bisnis ini pun cukup terjangkau. Dengan modal Rp 6 juta calon mitra sudah mendapatkan sejumlah alat masak dan bahan baku seperti terigu dan sambal geprek, kompor gas, penggorengan, hingga rice cooker. Ternyata dengan investasi sebesar itu cukup menarik minat para driver ojol. “ Margin keuntungan mitra per paket sekitar Rp 5500/dus,-,”terang Yodhi sambil memberi gambaran untuk 1 booth Asli Geprek setidaknya dibutuhkan sekitar 2 orang karyawan.
Yang agak berbeda dari Asli Geprek dibanding pemain sejenis adalah sistem order dengan konsep Goes To Online yang cukup menarik perhatian konsumen. Tak heran bila dari total penjualan Asli Geprek, 60-70% berasal dari order online dengan nilai transaksi pulutan juta rupiah. “Ada mitra kami di Cimanggis yang omzetnya via GrabFood saja mencapai Rp30 juta, belum ditambah omzet dari transaksi offline dan Go-Food. Total omzet mereka bisa sampai Rp80 juta/bulan,”ungkap Yodhi yang berhasil meraih omzet sekitar Rp300 – 400 juta/bulan dari usaha ayam gepreknya.
Terhitung sejak diluncurkan 2018 tahun hingga kini, Asli Geprek kini sudah tersebar di 65 titik menjangkau wilayah di Indonesia, dari Jabodetabek, Sumatera seperti Lampung, Lahat, Duri Riau hingga Provinsi Kalimantan. Dimana, empat gerai diantaranya milik sendiri (own store) dan selebihnya bekerjasama dengan mitra.
Sebenarnya kerjasama yang terjalin dengan pihak kedua bukan menggunakan sistem franchise seperti layaknya kerjasama franchise yang biasanya mencantumkan biaya franchise fee atau pun royalty fee, melainkan menggunakan cara business opportunity (BO). Dimana pihak mitra hanya punya kewajiban membeli property (alat masak, gerobak/booth, bahan baku seperti terigu dan sambal matang-red), selanjutnya hanya untuk kebutuhan pengadaan bahan baku, packaging dan alat bantu promosi seperti spanduk, brosur dan standing banner.
Aturan mainnya pihak mitra menjalankan ketentuan SoP yang sudah dibuat. Seperti menggunakan bahan baku terigu dan sambal matang dari pemilik merek dan menggunakan packaging Asli Geprek dengan penyajian sesuai dengan ketentuan yang sudah dibuat pemilik merek.
“Niat kami ingin menciptakan banyak entrepreneur di tanah air. Ke depannya, mimpi kami ingin menciptakan 1 hari 1 pengusaha baru. Makanya kami buat usaha dengan modal sedikit orang sudah bisa berwirausaha,”tutur anggota Komunitas TDA –Tangan di Atas-.
Sejauh ini menurutnya hampir rata-rata mitra bertumbuh cukup signifikan. Rata-rata penjualan Rp6-8 juta per bulan. Namun adapula yang dalam waktu 1 minggu repeat buying bahan baku senilai Rp 12 juta, dengan nilai omzet sekitar Rp60 juta. “Untuk beberapa cabang di daerah biasanya mereka sekaligus order untuk sekian lama. Namun ada juga yang order sampai 2000 kardus habis hanya dalam waktu 5 hari, macam-macam kasusnya. Yang jelas kami ajarkan mereka juga soal inventory management. Karena lumayan juga ongkirnya untuk mitra di daerah,”papar Yodhi sambil menambahkan, sambal Asli Geprek menggunakan sambal matang dari cabai-cabai segar yang direbus, diblender lalu digoreng matang sehingga bisa tahan lama.
Diakuinya, bahan baku saat ini menjadi salah satu andalan yang membuat produk dari Asli Geprek banyak disukai konsumen. Makanya sampai dibuat lini bisnis stockist area dengan konsep Center Kitchen. Salah satu cabang Asli Geprek di Bandung ada yang berperan sebagai penyedia bahan baku Asli Geprek. Dalam hal ini unit bisnis Stockist Area diperbolehkan menjual bahan baku Asli Geprek dengan sistem maklon ke pihak lain (private label-red) di luar jaringan Asli Geprek.”Kami juga punya divisi horeka (hotel, resto dan kafe-red) untuk mengisi kebutuhan bahan baku ke pihak lain,”jelas pemilik merek Asli Geprek yang tengah sibuk mengurus beberapa sertifikasi pendukung usahanya seperti Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia dan sertifikasi yang terkait dengan proses produksi ini.
Ia melanjutkan, mimpinya saat ini adalah bisa melahirkan satu pengusaha dalam satu hari. Menjalani bisnis ayam geprek ini membuatnya bertambah yakin, kelak suatu hari mimpinya menjadi kenyataan. Terbukti, konsepnya menginspirasi banyak orang berani membuka usaha dari skala kecil. Beberapa driver ojol yang menjadi mitranya kini memiliki taraf kehidupan yang lebih baik. “Ada dari mereka yang sudah bisa membeli mobil meski sampai hari ini masih jalankan ojol, tapi mereka punya usaha sampingan jual ayam geprek. Ada juga yang hasilnya ditabung dan dibelikan sebidang tanah,”terang Yodhi yang merasa senang bisa menularkan virus usaha bagi banyak orang. []Siti Ruslina