Bio Farma: Akselerasi Portfolio di Masa Pandemi

Di saat banyak perusahaan tergerus akibat pandemi virus Corona atau Covid-19, Bio Farma justru berlari kencang tingkatkan Portfolio. Dalam tempo singkat lahirkan inovasi yang bisa menekan pandemi. Bahkan, bila tidak ada aral melintang, akhir tahun 2021 vaksin Covid-19 sudah bisa diproduksi perusahaan farmasi ini.

Tak selamanya pandemi virus Corona atau Covid-19 merontokkan korporasi. Justru di tengah pandemi merupakan peluang meningkatkan akselerasi portfolio korporasi. Salah salahnya adalah BUMN Kesehatan, Bio Farma. Holding BUMN farmasi ini – dalam hitungan bulan – selama pandemi melanda Indonesia, telah melahirkan inovasi yang mempunyai prospek  yang cukup menjanjikan.

Sri Harsi Teteki bersama Pengamat Pemasaran Yuswohady di acara webinar Indonesia Brand Forum 2020/Foto: dok. Inventure

Namun  demikian, Bio Farma melihat COVID-19 dari sudut pandang berbeda. “Kami justru melihat bencana pandemi ini sebagai golden opportunity untuk mempercepat ekspansi perusahaan,” kata Sri Harsi Teteki, Direktur Marketing, Riset, dan Pengembangan Bio Farma, pada acara  Indonesia Brand Forum 2020, pada 30/6  lalu.

Menurut Teki, panggilan akrab Sri Harsi Teteki, begitu banyak inisiatif, bisnis, dan produk baru yang dikembangkan Bio Farma menyusul datangnya pandemi sejak awal Maret lalu. “Tentu saja prioritas utama kami adalah mengembangkan vaksin COVID-19 yang saat ini ditunggu-tunggu oleh segenap masyarakat Indonesia, namun di samping itu banyak produk-produk lain yang kami kembangkan,” ujar Teki.

Lebih lanjut ditambahkan, bebearapa inisiatif yang sudah dan sedang dikembangkan adalah produksi RT-PCR hasil kolaborasi dalam Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19).  Bio Farma juga mengembangkan Mobile Laboratorium Biosafety Level 3 (Mobile Lab BSL-3). “Kita membutuhkan ribuan Mobile Labs COVID-19 untuk melayani ratusan juta rakyat Indonesia, jadi potensi pasarnya luar biasa besar,” tambahTeki.

Terkait inovasi di masa pandemi, sebelumnya Bio Farma telah menyiapkan lima skenario inovasi. Di samping inovasi-inovasi di atas, BUMN berusia 130 tahun ini juga membuat Terapi Plasma Konvalesen, Virus Transfer  Media (VTM), hingga jaringan klinik vaksin Immunicare.

Pada Mei 2020 yang lalu, Bio Farma sudah mampu memproduksi sendiri RT- PCR test kit, yang peresmiannya dilakukan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo dalam kegiatan Hari Kebangkitan Nasional. Sampai dengan minggu ketiga Juni 2020 total sudah sebanyak 140 ribu kit yang dihasilkan, dan sudah dikirimkan ke seluruh pelosok Indonesia.

RT PCR sendiri merupakan bagian dari kolaborasi antara Bio Farma, dengan star-up Nusatics dibawah koordinasi BPPT/Ristek-BRIN dalam gerakan Indonesia Pasti Bisa! Bio Farma dengan kompetensi dalam bidang bioteknologi memiliki tugas tidak hanya untuk memproduksi saja namun juga untuk validasi, regristrasi dan distribusi RT PCR ke seluruh pelosok Indonesia.

Kepala  BPPT,  Hammam Riza  mengunjungi laboratorium Bio Farma melihat kesiapan produksi Kit diagnostik Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) /foto: dok. Bio Farma

“Saat ini, Bio Farma mampu memproduksi sebanyak 50 ribu kit per minggu dengan menggunakan fasilitas yang sekarang berlokasi di kawasan Bio Farma. Apabila fasilitas produksi eks produksi vaksin flu burung dapat difungsikan, Bio Farma diharapkan akan mampu secara rutin memproduksi RT PCR sesuai dengan kebutuhan nasional, yaitu sebayak 20 ribu kit per hari atau 700 ribu kit perbulan”, kata  Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir dalam acara kunjungan kerja Menteri Kordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Muhadjir Efendy dan Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto pada hari Sabtu 20 Juni 2020 di Bio Farma.

Sementara Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menekankan diperlukan adanya percepatan untuk penanganan COVID-19 seperti fasilitas produksi RT – PCR, maupun vaksin COVID-19, pihaknya mendukung Bio Farma untuk mempercepat pemanfaatan fasilitas produksi vaksin flu burung.

“Kami dari Kemenkes berharap Bio Farma mampu untuk memproduksi RT – PCR hingga 700 ribu kit per bulannya dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di Bio Farma, yang saat ini masih berada di bawah Kementerian Kesehatan, kami siap membantu untuk melakukan upaya percepatan pengalihan fasilitas produksi vaksin flu burung dari Kementerian Kesehatan ke Bio Farma”, ujar Terawan.

Menurut kemampuan bioteknologi yang dimiliki  Bio Farma dengan dukungan  Sumber Daya Manusia –(SDM) mampu meng-create suatu produk RT-PCR.” Ini baru satu-satunya di Indonesia untuk PCR ini. Kami  kembangkan mulai dari desainnya , karena sudah ada rumus-rumusnya. Bahan baku memang ada sebagian yang masih dimpor, tapi TKDN  mencapai 70% ,” ujarnya Teki seraya menambahkan  Bio Farma juga bekerjasama dengan diaspora.

Lebih lanjut ditambahkan,  masa pandemi ini seperti mempercepat portofolio Bio Farma. Karena ada pandemi, semua harus siap. Dan ini menjadi peluang sekaligus tantangan. Bayangkan, pada saat awal Indonesia hanya memiliki laboratorium PCR hanya 50-an dari 104 yang seharusnya  dimiliki, tetapi belum bisa operasional. Ini memang pekerjaan yang berat untuk kementerian kesehatan dengan jajarannnya untuk bisa menstandarkan bagaimana lab-lab tersebut bisa melakukan pemeriksaan swab test PCR.

Sehingga Bio Farma  ditantang membuat mobile laboratorium PCR 3. “Terbayang nggak membikin itu dengan standar pemeriksa virus , supaya petugas  tidak terkontaminasi orang-orang yang ada di dalamnya, kerja dengan selamat, tetapi dalam bentuk mobile laboratorium. Kontainer berukuran  40 feet kami sulap menjadi sebuah laboratorium yang mobile bisa dibawa ke mana-mana,” tambahnya.

Minggu kedua Juni lalu, Bio Farma menyerahkan Mobile Laboratorium BSL 3 kepada Universitas Padjadjaran (Unpad), di Gedung Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Unpad pada tanggal 12 Juni 2020 dalam acara Serah Terima Peminjaman Mobile Laboratorium Bio Safety Level 3 (BSL 3) Bio Farma Kepada Universitas Padjadjaran.

Mobile Laboratorium BSL3 yang dibuat Bio Farma merupakan laboratorium BSL 3 bergerak pertama di Indonesia, yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan Swab Test melalui RT-PCR pasien Covid-19. Pembuatan Mobile Lab BSL 3 ini merupakan wujud dari kepedulian Bio Farma dalam menangani Covid-19.

Kelebihan dari Mobile Laboratorium BSL 3 ini, selain yang sifatnya dapat berpindah-pindah, adalah dari segi pembuatannya yang merupakan ide inovasi dari Tim Millenial Bio Farma, dari mulai desain, validasi dan kualifikasi yang memiliki tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi.

Nantinya, selama digunakan dan dimanfaatkan oleh Fakultas Kedokteran Unpad, Mobile Laboratorium BSL 3 ini akan beroperasi secara statis di Rumah Sakit Pendidikan Unpad di Jl. Prof Eyckman Bandung. Artinya, Unpad tidak akan mengoperasikannya untuk bergerak ke berbagai daerah. Namun, walaupun beroperasi secara statis di satu lokasi, lab ini dapat menerima spesimen swab pasien Covid-19 dari berbagai tempat, khususnya dari masyarakat yang berada di Jawa Barat. Penggunaan mobile lab secara statis ini disepakati dalam bentuk Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Bio Farma dengan Unpad.

Menurut Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil,  dengan hadirnya Mobile Laboratorium BSL 3 diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pemeriksaan sampel COVID-19 di Jawa Barat, khususnya untuk daerah – daerah tertentu, karena wilayah Jawa Barat yang heterogen geografisnya.

“Jawa Barat memiliki kontur yang heterogen dari wilayah tengah ke utara yang datar, dan dari tengah ke laut selatan berbukit. Dengan hadirnya mobile BSL3 ini, memberikan harapan besar, diharapkan target pemeriksaan COVID-19, mencapai 300 ribu penduduk Jawa Barat atau 0,6% dari total 50 juta penduduk Jabar bisa terealisasi secepatnya”, ungkap Ridwan.

Sri Harsi Teteki mengatakan, pembuatan Mobile Laboratorium BSL 3 dari Bio Farma merupakan milestones kedua Bio Farma untuk menanggulangi COVID-19, setelah pada akhir Mei 2020 yang lalu Presiden RI Joko Widodo, meresmikan RT-PCR dengan nama BioCov19. Untuk menanggulangi COVID-19, memang diperlukan suatu kolaborasi antar semua elemen, baik dari akademisi, bisnis, pemerintahan, komunitas dan juga media massa atau yang kita kenal dengan nama pentahelix. Semua elemen tersebut, harus bersama-sama membangun ketehanan kesahatan nasional.

Mobile Laboratorium BSL 3 bergerak pertama di Indonesia,/foto: ist

Tidak hanya itu, peran Bio Farma membantu penelitian plasma konvalesen, hasil kerjasama dengan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Plasma Konvalesen merupakan terapi yang diberikan kepada pasien Covid-19 yang memasuki masa kritis, dengan memberikan plasma dari pasien yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Tugas Bio Farma adalah untuk menerima plasma dari RSPAD untuk diperiksa kadar antibodi atas virus SARS-Cov-2 penyebab Covid-19, sehingga layak untuk diberikan kepada pasien Covid-19.

Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir menargetkan Indonesia sudah bisa menemukan bibit vaksin Virus Corona pada tahun ini. Sehingga pada tahun 2021, Bio Farma bisa memproduksi massal vaksin anti Covid-19 tersebut. “Targetnya akhir tahun 2020 ini bibit vaksin itu sudah ditemukan,” kata Honesti dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR-RI secara virtual di Jakarta, pada minggu ketiga April lalu.

“Bio Farma saya rasa menjadi kebanggaan  Indonesia, menjadi center of excellence  pengembangan vaksin dan produk bioteknologi dari dari negara-negara  organisasi kerjasama negara-negara Islam. Kehormatan tersebut didapatkan Indonesia pada konferensi negara-negara OKI di Jeddah, pada 6-7 Desember 2017., “ kata Teki di cara IBF 2020, awal Juli lalu. Bahkan Di Asia hanya ada Indonesia dan India yang mampu memproduksi vaksin.

Memang kalau dimulai dari awal,  menurut Teki, membuat vaksin, dibutuhkan waktu  riset 10 sampai 15 tahun. Sebuah hasil riset yang membutuhkan waktu sangat lama. Ada beberapa hal yang harus dikerjakan dari virus-virus yang ada ini atau bakteri atau yang lain. Dari situ dibuat semacam bibitnya. Kemudian nanti baru disemai. Langkah berikutnya masuk uji-uji ke dalam laboratorium. Masuk uji ke hewan, baru nanti masuk ke uji klinik dari satu fase sampai fase ketiga.

Demi mewujudkannya, Bio Farma beserta Kementerian Riset dan Teknologi membuat konsorsium penemuan vaksin Covid-19 Indonesia. Lembaga Eijkman memimpin proyek ini bersama dengan dengan Bio Farma, Balitbangkes dan beberapa universitas dan lembaga internasional.

Bio Farma juga  bekerjasama dengan perusahaan china Sinovac Biotech Ltd. Di mana uji klinis fase I mulai April lalu untuk mengevaluasi keamanan, toleransi dan imunogenisitas awal vaksin Covid-19. Uji Fase II dimulai Mei lalu yang melibatkan sekitar 1000 relawan, sebagaimana dikutip dari Majalah Gatra, edisi 3 Juli 2020.

Uji coba fase III rencananya Juli ini. Sasarannya untuk melihat efektivitas vaksin dalam skala luas. Fase ini melibatkan lebih banyak orang dan dilakukan di banyak tempat. Dalam pengujian ini Sinovac  melakukan pengujian di dua tempat, yaitu China dan Bandung.

“Fase 3 itu sudah dekat, sudah melewati keamanan pase pertama. Pase pertama ini untuk menguji vaksin ini aman atau tidak. Baru nanti pase selanjutnya dengan populasi yang lebih besar nanti akan ditetapkan spesifikasinya, kemudian di fase 3 diperlebar jumlahnya,” kata Teki

Teki optimis bisa menemukan vaksinnya dalam waktu singkat. Sebab dalam prosesnya Bio Farma akan menggunakan teknologi biofarmatik. Diperkirakan akhir 2021, vaksin Covid-19 sudah dapat diproduksi di Indonesia.[] Siti Ruslina/Yuniman Taqwa