Pasar Kuliner Menggiurkan di Tengah Pandemi

Di masa pandemi, sektor kuliner sumbang sekitar 40-an persen Produk Domestik Bruto (PDB) dari ekonomi kreatif yakni sekitar Rp 1.100 triliun. Digadang-gadang sektor ini mampu memberi sumbangan signifikan bagi perekonomian nasional di tengah pandemi.

Indonesia sudah lama dikenal sebagai negeri yang memiliki kekayaan kuliner paling melimpah di dunia. Kuliner Indonesia memiliki ciri khas cita rasa yang kuat dengan bumbu rempah yang disediakan oleh tanah tropis. Mulai dari kemiri, cabai, temu kunci, jahe, kencur, lengkuas, kunyit, lada, dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu, jumlah suku bangsa mencapai 1.340, menurut survei BPS yang mendiami lebih dari 13.000 pulau, kekayaan kuliner yang melimpah adalah sebuah keniscayaan. Setiap suku bangsa dan daerah memiliki kekhasan kuliner berbeda-beda. Masyarakat Jawa, umpamanya,  lebih akrab dengan beras atau nasi putih sebagai makanan pokok. Sedangkan di daerah lain seperti Papua, di sana sagu lebih akrab sebagai makanan pokok masyarakat.

Sementara bisnis restoran di Indonesia terus bergerak dinamis. Hampir di tiap-tiap sisi jalan, dengan mudah kita jumpai resto atau kafe dan sebagainya. Mulai dari raksasa franchise yang terus melebarkan jaring bisnis mereka, hingga pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tak terhitung jumlahnya.

Walau harus diakui pandami Covid-19 turut memukul sektor kuliner. Apalagi dengan diberlakukan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) pada awal April tahun lalu, yang menyebabkan mall-mall dan restoran banyak ditutup sementara. Dan kemudian beberapa bulan kemudian kembali dibuka dengan jumlah pengunjung yang terbatas. Ditambah lagi ada kebijakan yang tidak bisa makan di tempat. Kondisi ini turut menggerus pasar kuliner, walau tidak signifikan.

Pasalnya, pelaku bisnis kuliner melakukan inovasi dengan merubah strategi dari offline ke online. Itu sebabnya, e-commerce saat itu meningkat signifikan.  Sebanyak 52 persen transaksi e-commerce di kawasan Asean sepanjang tahun 2020 berasal dari Indonesia dengan nilai transaksi US$ 12,2 miliar atau lebih dari Rp1 triliun.

Di samping itu,  Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) untuk memfasilitasi pelaku usaha mikro kecil bidang kuliner untuk masuk ke pasar digital, pada 6/5, di Jakarta.

“Melalui PKS ini, Kementerian Koperasi dan UKM akan memfasilitasi usaha mikro bidang kuliner untuk masuk ke GoFood dan laman Bela Pengadaan LKPP,” ujar Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki.

Teten menambahkan, pihaknya akan terus mendorong agar semakin banyak pelaku usaha makanan dapat masuk ke dalam e-commerce.“Melalui kerja sama dengan marketplace dan LKPP, untuk perluasan jaringan pemasaran, pengusaha makanan ini akan kita dorong untuk bergabung dengan marketplace dan onboarding Laman Bela Pengadaan,” ujarnya.

Menurut Chief Operating Officer PT Eatwell Culinary Indonesia, Bernt Hanlee Ramli, pebisnis di bidang food and beverage harus memperkuat sisi autentik produk, baik dari segi menu maupun customer experience. “Sejalan dengan dipacunya industri kreatif seperti kuliner, jadi sektor kuliner ini akan terus tumbuh. Pebisnis kuliner harus punya authenticity. Konsumen yang senang wisata kuliner itu mencari sisi otentik itu,” ujarnya, di Jakarta, November 2019, sebagaimana dikutip dari katadata.co.id.

Namun demikian, beberapa pelaku industri kuliner melihat ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan dikelola secara lebih serius. Salah satu di antaranya adalah perlunya akses perizinan usaha melalui satu pintu sehingga lebih mudah dan efektif. Para pebisnis kuliner baru sebaiknya mendapatkan panduan dari pemerintah, mulai dari pelatihan bisnis, informasi perizinan, sampai pada pendampingan hukum dalam proses pendirian usaha.

Sebagai wakil dari pemerintah Kemenparekraf berperan serta dalam mendampingi sub sektor kuliner ini. Kemenparekraf menyediakan fasilitasi seperti pelatihan bisnis, akses permodalan, dan pendampingan pendirian usaha. Kemenparekraf juga akan berpartisipasi dalam mempromosikan kuliner Indonesia yang sangat beraneka ragam ini di pasar domestik dan luar negeri.

Secara perlahan ekonomi kreatif menjadi tulang punggung perekonomian. Potensinya kian membesar karena sektor inilah  terbukti bertahan dalam menghadapi segala dinamika, termasuk dalam pandemi Covid-19  melanda dunia. Salah satu dari sub sektor ekonomi kreatif yang ternyata mampu bertahan dalam kondisi pandemi  adalah kuliner.

Berdasarkan data Focus Economy Outlook 2020, ekonomi kreatif menyumbang sebesar Rp1.100 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sepanjang tahun 2020. Bahkan, industri kreatif  kian mendapat momen karena Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Resolusi Umum PBB Nomor 74/198 telah menetapkan tahun 2021 sebagai tahun internasional ekonomi kreatif. Hebatnya, Indonesia memprakarsai resolusi PBB mengenai kemajuan ekonomi kreatif dunia tersebut.

“Jika melihat pada kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB, setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan. Sebagai urutan ketiga dunia, Indonesia memiliki potensi untuk terus meningkatkan kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian kita,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Sandiaga Uno, dalam keterangan tertulis awal 2021 lalu.

Menurut Sandi, berdasarkan data, tiga dari 17 sub sektor ekonomi kreatif dibanggakannya menjadi penyumbang terbesar struktur PDB dan ekspor seperti fashion, kuliner dan kriya. Kuliner yang menduduki peringkatn pertama menyumbang perolehan terbesar, yakni sebesar 41%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan, setiap daerah memiliki kuliner yang khas. Kekhasan ini bisa menjadi daya tarik karena cita rasa maupun kenangan di dalamnya. Bahkan, tak jarang kuliner menjadi branding yang mengangkat nama suatu wilayah dan bahkan masuk menjadi salah satu sub sektor yang menyumbang ekonomi kreatif Indonesia. “Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kuliner sebagai sub sektor penyumbang PDB terbesar dari ekonomi kreatif, rata-rata tiap tahun sekitar 43% dari total PDB ekonomi kreatif,” tulisnya dalam akun Instagram pribadinya, @smindrawati, sebagaimana dikutip dari  kontan.co.id, pada 28 Maret lalu. 

Sementara Wakil Ketua Komisi X Hetifah Sjaifudian, industri kreatif memang berbeda dari industri biasa. Ada sentuhan nilai yang berada di dalamnya. Membuat produk biasa namun karena dikemas lebih menarik membuat nilai jual lebih tinggi. ‘’Dibutuhkan terobosan untuk hal tersebut yang digunakan sebagai peluang usaha baru seperti makanan yang dibentuk seperti parcel. Pandemi membuat silaturahmi hanya diwakilkan oleh bingkisan pelaku usaha kreatif harus jeli melihat kebutuhan ini,’’ kata dia, sebagaimana dikutip dari sindonews.com, pada 7 Juli lalu.

Sementara Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo, pada 13 Maret lalu menggelar rapat dengan tim  Michelin Guide membahas potensi kuliner nusantara.

 “Pekan lalu, Wamenparekraf @angelatanoesoedibjo bertemu dengan perwakilan dari food guide ternama dunia @michelinguide. Pertemuan tersebut membahas perihal potensi keberagaman kuliner Indonesia dan teknik promosi agar kuliner Tanah Air semakin terkenal di dunia,” tulis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada pernyataan resminya di Instagram,  pada 13/3 lalu, sebagaimana dikutip dari idxchannel.com.

Seperti diketahui Michelin Guide merupakan buku panduan perjalanan yang dibuat khusus oleh Michelin untuk para pelanggannya. Penggagasnya adalah Andre Michelin yang menerbitkan buku panduan edisi pertama pada tahun 1900-an.  Buku panduan itu memuat daftar restoran terbaik dan termahal di dunia, termasuk daftar chef-chef terbaik. Untuk menghasilkan daftar yang kredible, Michelin membentuk tim khusus yang mereka sebut inspektor.

Pertemuan ini sontak mencuri perhatian para pelaku dan pencinta kuliner Nusantara. Beberapa di antara mereka bahkan memberikan sejumlah rekomendasi kuliner yang memang pantas mendapat Michelin Star. “Rawon, rendang, ayam betutu, taliwang, ayam woku, gado-gado siram wajib masuk,” tulis akun widtyg24. 

“Jempol buat Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo, dan saran saya kembangkan makanan kecil kita dan buat satu tempat pasar malam yang semua jual makanan kecil Indonesia di tempat pariwisata. Penataan tempat sangat penting dan menjual makanan harus menjaga kebersihan,” saran akun edys0916es. [] Yuniman Taqwa/foto utama: download di bisnisukm.com/