Indonesia Pasar Potensial Produk Kosmetik

Jumlah penduduk mencapai 267 juta jiwa dengan populasi 130 jiwa adalah wanita,  menjadikan Indonesia pasar menggiurkan produk kosmetik. Ditambah lagi segmen kaum adam yang tak kalah memperhatikan penampilan, membuat pasar produk-produk kosmetik makin melebar. Tapi awas ancaman produk impor yang masih tinggi masuk ke dalam negeri.

Tuntutan  tampil cantik bagi kaum hawa sudah menjadi kebutuhan primer. Fenomena ini menjadi pasar potensial bagi industri kosmetik. Betapa tidak, pangsa pasar kosmetik kian melebar ke pasar pria dan anak-anak. Itu sebabnya industri kosmetik muncul bak jamur di musim penghujan.

Kementerian Perindustrian mencatat, pada tahun 2017, industri kosmetik di tanah air mencapai lebih dari 760 perusahaan. Dari total tersebut, sebanyak 95 persen industri kosmetika nasional  merupakan sektor  industri kecil dan menengah (IKM). Hanya 5 persen merupakan industri dengan skala besar.

Boleh jadi Indonesia merupakan salah satu pasar kosmetik yang cukup besar sehingga bisnisnya prospektif dan menjanjikan. Potensi pasar domestik ini antara lain meningkatnya jumlah populasi penduduk usia muda atau generasi millenial.

Berdasarkan data,  jumlah pasar di Indonesia yang menggiurkan yakni 267 juta jiwa, dengan demografi populasi wanita mencapai 130 juta jiwa dan sekitar 68 % nya merupakan usia wanita produktif.

Menurut Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, 10/4/2019, pertumbuhan itu didorong oleh permintaan pasar dalam negeri dan ekspor yang semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini seiring tren masyarakat yang mulai memperhatikan produk perawatan tubuh sebagai kebutuhan utama.

Brand-brand baru bermunculan tanpa harus membangun pabrik (Foto: protea.co.id)

Sementara Kementerian Perindustrian terus memacu pengembangan industri komestik di dalam negeri agar lebih berdaya saing global karena prospek bisnisnya masih cukup kemilau di masa mendatang. Apalagi, permintaan di pasar domestik dan ekspor semakin meningkat, seiring tren masyarakat yang mulai memperhatikan produk perawatan tubuh sebagai kebutuhan utama.

“Indonesia merupakan salah satu pasar produk kosmetik yang cukup potensial sehingga usaha ini dapat menjanjikan bagi produsen kita yang ingin mengembangkannya,” kata Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, pada  19/7 tahun lalu.

Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan industri kosmetik tahun 2019 mencapai 9%, meningkat dibanding pertumbuhan tahun 2018 sekitar 7,3%. Hal ini antara lain dipicu oleh meningkatnya tren kebutuhan masyarakat terhadap produk kecantikan dan perawatan tubuh. Pemerintah optimistis, industri kosmetik dalam negeri tak hanya tumbuh di pasar domestik, tapi juga di pasar dunia.

Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi) menilai peluang bisnis kecantikan di tanah air tahun ini (2019-red) kian besar untuk terus digarap. Bahkan pihaknya memprediksi industri kosmetika sampai Desember 2019 masih akan bertumbuh. Ketua Umum Perkosmi Sancoyo Antarikso menuturkan, jika menurut Kementerian Kesehatan, secara total growth sektor kosmetika tahun ini diproyeksikan bisa naik 9 persen di atas pertumbuhan pasar food moving consumer good (FMCG).

Menurutnya, ada beberapa indikator yang mendasari angka pertumbuhan tersebut. Salah satunya jumlah penduduk Indonesia di segmen menengah yang terus bertambah. Artinya, kehidupan masyarakat Indonesia sudah semakin sejahtera sehingga kebutuhan untuk beauty dan personal care diprediksi akan ikut meningkat.

“Selanjutnya, konsumsi per kapita produk-produk kosmetika di Indonesia sebenarnya masih relatif rendah. Jadi potensinya masih sangat besar untuk terus dikembangkan,” jelas Sancoyo, sebagaimana dikutip dari radarsurabaya.jawapos.com.

Foto: Cekindo.com

Sementara segmen pasar kosmetik sangat menjanjikan, di mana segmen produk kosmetik, perawatan kulit, dan personal care diharapkan tumbuh pada angka 9 persen di 2019, dan pada 2018 mencapai sekitar Rp 50 triliun.

Dari industri skala menengah dan besar ini, beberapa perusahaan  sudah mampu mengekspor produknya ke luar negeri seperti ke ASEAN, Afrika, Timur Tengah dan lain-lain. Dari sisi ekspor, penjualan produk kosmetik mencapai USD 556,36 juta di 2018. Capaian ini lebih besar jika dibandingkan dengan 2017 yang hanya sebesar USD 516,88 juta.

Sebelumnya,  Airlangga Hartarto ketika menjadi Menteri Perindustrian menyampaikan, adanya tren masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) membuka peluang pengembangan produk kosmetik berbahan alami seperti produk spa yang berasal dari Bali. “Produk-produk spa ini cukup banyak diminati wisatawan  mancanegara. Dengan penguatan branding yang baik, diharapkan produk kosmetik kita ke depannya dapat mencapai kesuksesan seperti produk-produk kosmetik dari luar negeri,” ungkapnya.

Produk kosmetik Indonesia tembus ekspor (Foto: Kemenperin)

Oleh karena itu, Kemenperin fokus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri tersebut dengan melaksanakan berbagai program dan kebijakan strategis yang memperkuat struktur sektornya. Misalnya, dengan memasuki era industri 4.0 saat ini, transformasi ke arah teknologi digital dinilai akan menciptakan nilai tambah tinggi di dalam negeri.

“Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi ke tingkat konsumen,tentu akan memberikan peluang baru guna dapat meningkatkan daya saing industri dengan adanya perubahan selera konsumen dan perubahan gaya hidup,” paparnya.

Lebih lanjut, Kemenperin juga tengah memfokuskan pengembangan pendidikan vokasi industri yang berbasis kompetensi. Program ini mengusung konsep keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara dunia pendidikan dengan dunia industri sehingga menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan mampu bersaing hingga di kancah internasional.

“Melalui pendidikan vokasi ini, diharapkan akan mampu menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten sesuai dengan kebutuhan dunia industri nasional saat ini. Sehingga tidak ada lagi kesenjangan antara kebutuhan tenaga kerja industri, dengan tenaga kerja lokal berkualitas yang tersedia,” jelasnya.

Sancoyo Antarikso meyakini, pasar produk kosmetik di Indonesia berpotensi terus tumbuh seiring dengan tren penggunaan yang semakin berkembang. “Kalau sebelumnya hanya dua langkah, sekarang konsumen sudah banyak mengaplikasikan kosmetika 5-10 langkah, dimulai dari pembersih, serum, dan lain-lain,” ujarnya.

Oleh karenanya, lanjut Sancoyo, produsen kosmetik di dalam negeri dituntut dapat memenuhi selera konsumen saat ini apabila tidak ingin kalah bersaing dengan produk impor. “Untuk mengetahui tren permintaan produk kosmetik, kami aktif mengadakan pameran setiap tahun yang mengundang para pemain global di bidang bahan baku, kemasan, dan mesin,” imbuhnya.

Namun terdapat tantangan sangat besar terhadap industri kosmetik nasional, di mana saat ini produk jadi kosmetik berasal dari impor masih terbilang sangat tinggi.”Hal ini dapat ditunjukkan dengan data impor kosmetik pada 2018 sebesar USD 850,15 juta meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar USD 631,66 juta,” kata Airlangga Hartarto, ketika masih menjabat sebagai Menteri Perindustria, sebagaimana dikutip dari liputan6.com, 3 Juli 2019.

Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk Bingar Egidius Situmorang, sebagaimana dikutip dari antaranews.com,  menyampaikan, produk kosmetik impor justru memberikan inspirasi bagi produk kosmetik dalam negeri.

Menurut Egidius, salah satu produk kosmetik yang digandrungi milenial tanah air berasal dari Korea Selatan. Dengan masuknya berbagai jenis kosmetik asal negeri ginseng, industri dalam negeri bisa mempelajari jenis kosmetik apa yang paling diminati. “Kita lihat tren yang paling dicari dari produk Korea itu seperti apa. Kemudian, kita bisa mengembangkannya sendiri berdasarkan keunikan dari produk kita,” ujar Egidius.

Dalam hal ini, Mustika Ratu yang kebanyakan menggunakan bahan-bahan alami yang ada di Indonesia, dituntut mampu mengembangkan produknya sesuai dengan keinginan pasar, yang pada akhirnya menciptakan keunikan tersendiri. “Keunikan dari bahan alami yang aman dan sertifikat produk halal kosmetik yang kami miliki menjadi keunggulan tersendiri untuk menembus pasar ekspor,” ujar Egidius.[] Yuniman Taqwa