Keunggulan Kompetitif KIT Batang Tarik Investor

Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang bagai bunga yang siap dihinggapi lebah yang akan menghasilkan madu. “Inilah analogi KIT Batang bagi kemaslahatan masyarakat Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Sejumlah kawasan industri yang akan dijadikan lokasi untuk menampung sejumlah pabrikan multinasional yang ingin relokasi ke Indonesia menjadi pelung bagi masuknya investor ke Indonesia. Namun demikian,  diperlukan area terintegrasi agar aktivitas industri bisa berjalan efisien sehingga bisa menjadi daya tarik bagi para investor.

Kementerian Perindustrian fokus menyiapkan sejumlah kawasan industri terpadu (KIT) yang akan dilengkapi dengan infrastruktur penunjang untuk kegiatan bisnis baru. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemerintah mengusulkan pembangunan sebanyak 27 kawasan industri baru.

Secara umum relokasi bisa diarahkan ke seluruh kawasan yang berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Apalagi, dua wilayah itu masuk rencana percepatan pembangunan ekonomi yang diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 79 dan Nomor 80 Tahun 2019.

Salah satu dari kawasan indidustri tersebut adalah Kawasan Industri Terpadu  Batang yang terletak di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Kawasan industri di Batang ini memiliki lokasi strategis. Secara geografis, akses Kabupaten Batang dekat dengan Kota Semarang yang memiliki Bandara Internasional Ahmad Yani.

Pengembangan kawasan Industri Batang berada di areal N 9 atau PTPN IX Siluwok dengan luas sekitar 4.300 hektare (Ha). Keunggulan kawasan ini di antaranya adalah akses rel kereta api, pelabuhan, dan sejajar dengan Tol Trans Jawa. Kawasan industri di sepanjang pantai utara Jawa ini dinilai punya daya tarik untuk ditawarkan kepada investor potensial karena unggul dari segi kecepatan bongkar-muat ekspor-impor.

Sejauh ini sedang memetakan kawasan industri yang dikelola badan usaha milik negara (BUMN) agar siap menampung relokasi dari China, termasuk KIT Batang yang lahannya dikelola PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

“Salah satunya sedang kami akselerasi pembangunannya adalah Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. Ini sebagai tindak lanjut dari hasil kunjungan Bapak Presiden Joko Widodo pada akhir Juni lalu,” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Dody Widodo di Jakarta, pada 26/7.

Presiden Joko Widodo memperhatikan maket KIT Batang/foto: doc. Kominfo

Menurut Dody, dari segi infrastruktur, KIT Kabupaten Batang memiliki banyak kelebihan dan daya tarik untuk menjawab keluhan para investor. “Biasanya keluhan utama dari investor, yakni  harga lahan yang bergejolak tinggi setelah ditetapkan menjadi kawasan industri. Namun, harga lahan dan fasilitas di KIT Batang mampu bersaing dengan kawasan industri di negara lain seperti China,” paparnya.

Dody menyampaikan, Kemenperin mendukung pengembangan KIT Batang dengan konsep The Smart and Sustainable Industrial Estate. Artinya KIT Batang ini nantinya dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti perumahan pekerja, unit pendidikan, layanan kesehatan, dan ketersediaan rantai pasok antara sektor industri.

“Sekitar 108 hingga 2.027 hektare akan dibangun sampai tahun 2024, tidak hanya sebagai daya tarik, tapi menjadi supply chain di koridor Pantura Jawa,” tuturnya. KIT Batang ditargetkan untuk menjadi kawasan industri percontohan kerjasama antara pemerintah dan BUMN, dengan konsep infrastruktur dasar dan pendukung disediakan oleh pemerintah.

Infrastruktur tersebut meliputi akses jalan untuk tol dan non-tol, penyediaan air baku dan air bersih, kereta api, listrik, gas, terminal kontainer darat (dry port) dan pelabuhan. Di samping itu, KIT Batang akan dikembangkan sesuai klaster industri, bukan berdasarkan asal negara.

Selanjutnya, KIT Batang didorong untuk mengalokasikan minimal lima persen dari luas lahan untuk klaster Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini sesuai dengan asas efektifitas dan efisiensi ekonomi untuk memudahkan penyediaan fasilitas pendukung.

Sementara Badan Koordinasi Penanaman Modal menargetkan rancangan induk atau masterplan pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah rampung pekan ini (Juli-red). Presiden Joko Widodo sebelumnya meminta pembangunan kawasan industri tersebut selesai dalam kurun waktu enam bulan sehingga dapat menampung relokasi investasi dari Tiongkok.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Ikmal Lukman mengatakan, pembangunan kawasan industri ini akan dilakukan dengan maksimal guna meningkatkan daya tarik investasi.  Tim kecil yang terdiri dari Kementerian BUMN, BKPM, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perindustrian, PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Jasa Marga dan PT Waskita Toll Road akan dibentuk untuk mempercepat pembangunan proyek ini. “Sudah ada langkah-langkah konkret yang ditetapkan. Minggu ini kami targetkan penyelesaian masterplan KIT Batang,” kata Ikma melalui siaran pers, pada 7/7, lalu.

Proyek KIT Batang akan terbagi dua tahap pengembangan. Pada tahap pertama, kawasan yang akan dibangun mencakup areal 450 hektare. Sedangkan pada tahap kedua, pembangunan mencakup areal 4.300 hektare. Kawasan ini ditargetkan untuk menjadi kawasan industri percontohan kerjasama antara pemerintah dengan BUMN, sebagaimana dikutip dari katadata.co.id.

Dalam konsep kerjasama tersebut, infrastruktur dasar dan pendukung disediakan oleh pemerintah. Infrastruktur yang disediakan meliputi akses jalan untuk tol dan non-tol, penyediaan air baku dan air bersih, kereta api, listrik, gas, terminal kontainer darat dan pelabuhan untuk mempermudah logistik.

Sementara Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) Sanny Iskandar mengakui pusat industri di Pulau Jawa lebih menarik perhatian investor ketimbang daerah lain karena infrastrukturnya lebih siap. Dari total 96 kawasan industri yang terdata oleh HKI, lebih dari separuhnya berada di Pulau Jawa.

Sanny menambahkan, kawasan industri yang sudah menjadi prioritas pemerintah sebaiknya dilengkapi dengan konsep tambahan yang dapat menarik investor potensial, seperti pembangunan hunian dan transportasi. “Sehingga akan ada penurunan biaya operasional, misalnya tidak perlu ada antar-jemput karyawan,” imbuhnya.

Presiden Jokowi saat meninjau lokasi KIT Batang/foto: ist

Bupati Batang Wihaji mengatakan, pihaknya meminta dukungan dari berbagai kementerian dengan regulasinya untuk mempercepat kehadiran investor di KIT Batang. Sebab, ketika ada investasi, efeknya berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan perputaran uang sehingga memacu perekonomian.

Wihaji pun menganalogikan KIT Batang bagai bunga yang siap dihinggapi oleh lebah yang akan menghasilkan madu. “Inilah analogi KIT Batang yang kita persiapkan bunga-bunganya agar lebah berdatangan yang akhirnya melahirkan madu,” tandasnya.

Rencananya, ada tujuh perusahaan global yang berkomitmen menanamkan modal di KIT Batang dengan nilai USD850 juta atau sekitar Rp11,9 triliun dan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 30.000 orang. Ketujuh perusahaan tersebut merelokasi bisnisnya dari China, Jepang, Taiwan, Thailand, Malaysia dan Korea Selatan.

DPRI RI Komisi VI menilai kawasan industri terpadu (KIT) Batang dalam pengelolaannya tidak ada ego sektoral yang berlebihan.  Pasalnya  rencana kepemilikan saham anak Perusahaan BUMN di KIT Batang yakni PT Pembangunan Perumahan  35 persen, PT Perkebunan Nusantara IX 25 persen dan Kawasan Industri Wijayakusuma 30 persen.Selain juga melibatkan Perusahaan Umum daerah (Perumda) Pemerintah Kabupaten Batang dengan nilai sahamnya 10 persen.

“Dilibatkanya Pemerintah daerah dalam kepemilikan saham 10 persen di KIT Batang melalui Perumda, dan ada klaster pendidikan vokasi untuk masyarakat Batang semuanya akan lebih baik,” kata Ketua komisi VI DPR RI Arya Bima saat kunjungan Kawasan Industri Kabupaten Batang, pada 23/7.

Direktur Utama PT PP Tbk Novel Arsyad mengatakan, dengan dibukanya kawasan industri ini maka dapat memudahkan pergerakan logistik. Menurutnya, perjalanan dari Kawasan Industri Batang menuju Pelabuhan Tanjung Mas dapat ditempuh dalam waktu 50 menit, sebagaimana dikutip dari kompas.com.

Dia mengungkapkan, Kawasan Industri Batang harus ditata dengan berbeda, sehingga dapat menarik investor. “Kita lebih menata dari konsep bisnisnya kemudian desainnya dan bagaimana hal tersebut dapat menarik minat investor. Kita harus membuat diferensiasi dengan area industri yang lain karena area industri disini dan Indonesia cukup banyak,” kata Novel.

Presiden Jokowi menyebutkan pembukaan kawasan industri tersebut diharapkan dapat menarik investasi dari 119 perusahaan yang berencana merelokasi pabrik dari Tiongkok. Ia tak mau kejadian tahun lalu kembali terjadi. Ketika itu, ada 33 perusahaan yang merelokasi pabriknya dari Negeri Tirai Bambu, tetapi tak ada satu pun yang berinvestasi di Indonesia.

Sedangkan di tahun ini ,masih dari sumber katadata.co.id,  tercatat sudah ada tujuh relokasi investasi yang menyatakan diri untuk masuk ke Tanah Air. Ketujuh perusahaan tersebut yakni PT Meiloon Technology Indonesia, PT Sagami Indonesia, PT CDS Asia (Alpan), PT Kenda Rubber Indonesia. Kemudian, PT Denso Indonesia, PT Panasonic Manufacturing Indonesia, dan PT LG Electronics Indonesia.Dari seluruh perusahaan yang masuk, BKPM mencatat total nilai investasi yang diterima sebesar US$ 850 juta atau sekitar Rp 11,9 triliun dengan potensi penyerapan tenaga kerja sebanyak 30 ribu orang..[] Yuniman Taqwa/foto: dok. humas BUMN