Kinerja Sunpride Tambah Segar di Tengah Pandemic

PT Segar Sewu Nusantara (SSN) boleh jadi yang pertama membangun merk untuk produk horti buah  di negeri ini.  Dengan merk Sunpride, produknya tak hanya  dijual lewat  pasar modern dan pasar tradisional,  tapi juga membangun channel online mengikuti tren yang berkembang. Bagaimana nasib merk buah segar ini di masa pandemic?

Cindyanto Kristian, CEO PT Segar Sewu Nusantara (SSN)/Foto: SSN

“Bila dibandingkan dengan tahun 2019, bisnis PT Segar Sewu Nusantara (SSN) ada perkembangan, namun tidak terlalu drastis. Proyeksi di 2021, kami berharap dapat lebih baik dibandingkan tahun 2020,”aku Cindyanto Kristian, CEO PT Segar Sewu Nusantara (SSN) kepada pelakubisnis.com.

Ia mengamini bila di tengah pandemic Covid-19 sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi terhadap perekonomian nasional. Di kuartal kedua, misalnya, sektor pertanian  tumbuh positif sebesar 16,24%.  “Kami rasa data tersebut inline dengan kinerja perusahaan kami. Terkait faktor yang menyebabkan bertumbuhnya sektor pertanian di tengah pandemi, kalau sektor pertanian secara keseluruhan, kami tidak memiliki kompetensi untuk menjawab. Tapi khususnya buah-buahan yang merupakan salah satu nutrisi alami yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga membuat buah-buahan bertumbuh positif khususnya di tengah pandemic,” ujar Cindy yang mulai bergabung di SSN sejak 2019.

Ia memproyeksikan di Semester II 2020 kondisi perusahaan yang dipimpinnya  masih  tetap baik dan tetap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Bila dibandingkan dengan tahun 2019, diakuinya Sunpride mengalami perkembangan yang cukup signifikan, namun  tidak terlalu drastis. Ia berharap pertumbuhan bisnisnya akan lebih baik di tahun depan.

Sunpride  selama ini mampu mengedukasi pasar buah lokal, khususnya pisang./Foto: SSN

“Untuk menghadapi gempuran produk-produk buah impor, Kami tetap harus menjaga kualitas dan brand kami, yang kami rasa cukup bersaing dengan buah impor,” lanjut Cindy sambil menambahkan, Sunpride  selama ini mampu mengedukasi pasar buah lokal, khususnya pisang. Bahkan, kini Sunpride dapat dijumpai di pasar-pasar tradisional.

Menurut Cindy, yang harus diperhatikan adalah perhitungan produksi, seperti masa tanam sampai panen dan menghitung kebutuhan market. Kunci adalah mempertahankan kesegaran buah sampai ke tangan market. Itu sebabnya, didukung  Supply Chain Management,  seperti cold chain logistics yang mumpuni dan sistem operasional yang efisien, yang mendukung kecepatan produksi dari lahan ke market.

“Kami mempunyai jaringan distribusi sampai 133 kota di 9 cabang (Lampung, Tangerang, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Bali, Balikpapan, dan Makassar). Sementara area perkebunan kami berada di Lampung dan juga di Blitar, sehingga dengan adanya jaringan distiribusi yang luas serta didukung oleh lokasi perkebunan yang tidak hanya berada di Indonesia Barat, membuat kami dapat menjangkau konsumen yang lebih luas,” tambahnya.

Positioning Sunpride sebagai brand terpercaya mendistribusikan buah-buahan segar berkualitas untuk  pasar domestik, dengan channel distribusi ke pasar modern, pasar tradisional, serta sedang dikembangkan saat ini adalah ke channel online. “Kami senantiasa menjaga kualitas produk, baik itu yang dipasarkan di pasar modern ataupun di pasar tradisional,” lanjut Cindy.

Lebih lanjut ditambahkan, kini  SSN sedang gencar melakukan digitalisasi di proses bisnis dan bertransformasi ke model bisnis baru yang berbasis data.  Perusahaan Grup Gunung Sewu ini  sedang menyiapkan sistem blockchain yang nantinya mendisrupsi model bisnis, membangun infrastruktur teknologi informasi untuk memudahkan kolaborasi digital di platform digital perusahaan. Hal ini sangat penting untuk membangun bisnis yang sustainable dan agile di saat seperti ini.

Saat ini manajemen memberi kesempatan seluas-luasnya kepada karyawan dari generasi milenial untuk menduduki posisi kunci di perusahaan dan memacu mereka untuk melakukan terobosan-terobosan baru.

Perkebunan produk Sunpride di Lampung/Foto: SSN

Sedikitnya ada tiga produk utama yang dihasilkan SSN, yaitu Pisang Cavendish, Guava Crystal dan Nanas Honi. Produk tersebut ditanam oleh PT Great Giant Pineapple (GGP).  Sedangkan Nanas Honi merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia yang telah bersertifikasi keamanan pangan berstandar internasional – Good Agricultural Practices (GAP), sehingga aman  dikonsumsi dan bebas dari residu pestisida.

“Kami merupakan perusahaan distribusi buah-buahan segar di Indonesia dengan merk Sunpride. Sunpride juga menjalin kemitraan dengan petani lokal untuk menghasilkan beberapa jenis produk, antara lain: Pisang Mas, Pisang Barangan, Pisang Raja Bulu, Jeruk, Pepaya, Melon, Mangga, Salak dan Markisa,” kata Sarjana Teknik Industri lulusan Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini.

Ia menambahkan, SSN adalah salah satu bisnis unit dari Great Giant Foods yang berfokus pada pemasaran buah Sunpride dan fokus pada kegiatan distribusi untuk pasar domestik, sedangkan untuk kegiatan ekspor dilakukan oleh bisnis unit yang lain di bawah Great Giant Foods.

“Kami memiliki campaign utama “Superyou” yang kami turunkan dalam beberapa campaign, salah satunya #ThinkBeforeYouPick! , untuk mengedukasi target market kami dalam memilih buah-buahan yang aman untuk dikonsumsi,” katanya seraya menambahkan juga melakukan kampanye pemasaran yang disesuaikan dengan pola perilaku konsumen serta berkolaborasi dengan peritel dan reseller melalui program pemasaran #SunprideSuperpoin.

Alhasil, pada tahun ini, SSN meraih penghargaan dari Majalah SWA sebagai “Buah Bermerek Terbaik” dalam ajang Indonesia Original Brand (IOB), serta penghargaan Marketeers Omni Brands of the Year (MOBY) 2020 dari majalah Marketeers.

Kelahiran Sunpride tak lepas dari millistone terbentuknya perusahaan joint venture divisi Agri Group dari Gunung Sewu Kencana (GSK) Group dengan Del Monte Philippine bernama PT Nusantara Tropical Farm (NTF).  Perusahaan perkebunan ini menanam bibit pisang cavendish dari Philipine.   Pisang cavendish yang ditanam seluas 2500 hektar dan sempat ekspor ke Hongkong,  Jepang dan China ini, tiba-tiba diserang hama fusarium yang menyebabkan tanaman rusak dan tak  ada obatnya, sehingga hanya tersisa 400 hektar yang bisa layak panen.

Setelah tak bisa dibasmi, kesepakatan bisnis pun dikaji ulang dan berbuah pahit. Mitra asing melepaskan sahamnya dan GSK menjadi pemilik NTF 100%.  Pihak NTF pun memutar otak agar asset perusahaan tetap bisa berkembang dan mencoba peruntungan masuk ke pasar lokal.  Namun hal itu tak mudah.

Kegagalan menanam varietas pisang cavendish bersama mitra asing tak membuat NTF menyerah. Sampai akhirnya NTF menemukan bibit pisang cavendish asal Taiwan.  Saat itu sekitar tahun 1995, GSK membangun perusahaan distribusi bernama PT Sewu Segar Nusantara (SSN) dengan membawa brand Sunpride.  Dari SSN,  strategi pemasaran, distribusi dan promosi Sunpride dijalankan.

Kendati  dari kelompok GSK yang memiliki jaringan distribusi  luas ke seluruh nusantara melalui unit-unit bisnisnya dari unit bisnis makanan,barang-barang konsumen, agribisnis hingga teknologi informasi dan sumber daya alam, namun dua tahun pertama merupakan masa sulit yang harus dihadapi SSN.  Pasar belum bisa menerima kehadiran pisang mulus itu. Bahkan ada kelebihan barang (over supply). Walau secara fisik pisang ini juga berbeda. Kulitnya tebal dan mengkilap karena pori-porinya kecil.  Tapi rasanya lebih manis dari pisang biasa seperti pisang ambon.

Saat ini di Indonesia belum ada riset terkait pangsa pasar buah secara keseluruhan.  “Namun yang pasti, pertumbuhan bisnis kami tetap positif dalam tiga tahun terakhir begitu pula di tengah pandemic,” kata Cindy mengunci percakapan. [] Siti Ruslina/Ilustrasi: SSN