Prospek Bisnis Analisa Sidik Jari Andrian Benny Hidayat

Tekun mengembangkan bisnis aplikasi  tools biometric sidik jari hampir 12 tahun lalu,  Andrian Benny Hidayat  terus menelusuri  bakat dan minat anak hingga mengidentifikasi  jati diri seseorang untuk menemukan kekuatan (strength) dan kelemahan (weekness)nya.  Bagaimana prospek bisnisnya di tanah air?

Andrian Benny Hidayat, Direktur Psychobiometric Lab R & D Talent Spectrum & DIC Fingerprint Analysis. (Foto: pelakubisnis.com)

Namanya populer di  acara  Seminar  “Mengenal Gaya Belajar Anak Melalui Analisa Sidik Jari” yang diselenggarakan salah satu produsen susu di tanah air di awal tahun 2010  yang kala itu masuk  rekor MURI  menganalisa sidik jari 1000 anak sekaligus. Paska acara yang diselenggarakan di Auditorium Gedung BPPT Jakarta itu, secara beruntun event analisa sidik jari ini  roadshow ke banyak daerah di Indonesia selama dua tahun berturut-turut .  Saat itu  sosok  pakar psychobiometric  ini  mendadak jadi primadona di kalangan para orangtua peserta.  Ya! Dia adalah Andrian Benny Hidayat, Direktur Psychobiometric  Lab R & D Talent Spectrum & DIC Fingerprint Analysis.  

Psychobiometric Finger Print Analysis, demikian Andrian Benny Hidayat  menspesifikasi bidang yang ia geluti selama kurang lebih 11 tahun.  “Metode ini disebut metode penelusuran jati diri. Populernya di  tahun 2008. Awalnya saya ambil license dari Singapure.  Sebenarnya metode ini  sudah masuk sekitar 2006 dari Taiwan dan Singapure.  Saya baru menjajaki  tahun 2008 dan saat itu teknologinya masih mentah. Jadi kami lakukan riset lagi,”cerita pria yang akrab disapa Benny ini.

Tools ini masih baru, lanjut Benny. Jadi, metodenya masih berbasis riset. Ketika dirilis di Singapura, ia  melihat  banyak kelemahan. Populernya justru di Indonesia dan di India.  Sidik jari ini hanya untuk membantu orangtua untuk mengenali anak lebih baik. Terutama dari aspek genetik dan  memahami bakat  karakternya. Dengan cara ini orangtua akan lebih optimal  menstimulasi anak sesuai dengan potensinya.

Awalnya  metode yang dipopulerkan  Benny ini mengalami banyak kontroversi. Pertama kesalahan miskonsepsi sebagian orang yang menganggap fingerprint analysis sebagai alat pengganti psikotes. Padahal menurutnya sudah jelas  ranahnya beda. Kalau psikotes  mengukur actual performance, perilaku pada kondisi kecerdasan dan kepribadian yang bergerak dinamis. “Kalau kami melihat dari aspek genetik, watak asli seseorang,  bawaan lahir dan orisinilnya kerja otak,”terangnya.

Ia menuturkan, analisa sidik jari  tidak mengukur kecerdasan dan perilaku. Kepribadian seseorang itu kompleks, ada faktor alami dan lingkungan. Talent Spectrum  tidak membahas soal faktor lingkungan. “Tapi kami mengukur dari faktor yang paling dasar, yaitu genetik. Itu kaitannya dengan kepribadian,  karakter, watak asli.  Jadi analisanya sekali seumur hidup. Setiap orang lahir punya keunikan.  Lalu, keunikannya itu karena apa? Keunikannya karena kerja otak  setiap orang ketika lahir berbeda-beda,  ada sistem hormon yang berbeda,  otak kanan kirinya, neokorteksnya, hipotalamus beda,’ungkap alumnus Brainmatics.id Jurusan Sistem Analis Komputer ini.

Kapan terbentuknya sidik jari dan darimana?  Benny menjelaskan, sidik jari terbentuk sejak janin berusia 13 -24 minggu karena DNA orangtua, berbarengan  dengan terbentuknya sistem kerja otak sehingga seperti peta yang menggambarkan potensi kecerdasan anak. Teori ini valid karena diukur secara genetik dan sidik jari sepanjang hidup manusia tidak berubah .

Lewat analisa sidik jari, kami mengukur dari faktor yang paling dasar, yaitu genetik. (Foto: Dok. Andrian Benny)

Alumnus be:logic Jurusan Programming Language ini  menjelaskan, ada korelasi pembentukan otak dengan terbentuknya sidik jari. Ada sebuah penemuan dari  Stanley Cohen dan RitaLevi Montalcini yang menemukan teori NGF (nerve growth factor) EGF (epidermal growth factor). Ternyata sidik jari itu ternyata bukan garis tangan tapi layer-layer yang terdapat pada lapisan kulit. Guratan-guratan kulit  berlapis-lapis yang disebut sidik jari ini terbentuk dari hormon EGF. Sementara dalam hal pembentukan otak ada hormon NGF. Dari teori itu ditemukan korelasi NGF=EGF. Di telapak tangan manusia terdapat hub yang terdiri dari banyak syaraf dan berhubungan dengan syaraf otak.  “Hipotesanya adalah, di bagian-bagian guratan telapak tangan kita terhubung ke bagian-bagian otak juga. Tangan kanan ke otak kiri, sementara tangan kiri ke otak kanan. Itu teori dasar neurosains,”terang bapak dari 6 anak ini.

Bila di teori Neurosains sudah menemukan fungsi-fungsi otak, kemudian kita ukur melalui analisa sidik jari, “Sekarang kita buktikan dari 250 ribu data yang kami punya saat ini. Untuk bisa membuktikan secara empiris, paling enak cari melalui sampel yang ekstrem,”tantang Benny.

Yang ekstrem maksud Benny adalah orang yang spesialis. Ada orang type generalis dan spesialis. Sosok  generalis agak sulit ditebak. Berbeda dengan yang spesialis seperti orang psikopat atau seorang anak yang memiliki kecenderungan  hiperaktif, maka akan lebih mudah untuk dianalisa. Dari pengalaman Benny, seorang anak yang trouble maker,  hasil reportnya mereka ada  kecenderungan kinestetik dan neokorteks yang egonya kuat.    “Mereka yang tak bisa diam dan kebutuhan atensinya sangat tinggi mesti dikasih perhatian lebih dan agak caper.  Kita tidak   men-judge orang, tapi kami tahu apa kebutuhan kerja otak mereka. Kebanyakan orang-orang bermasalah adalah salah treatment. Kebutuhan dia apa, tapi orangtua, sekolah dan lingkungan mengabaikan itu. Kembali ke pola asuh,”ungkap Benny sambil menegaskan, analisa sidik jari  mengukur potensi genetiknya, bukan mengukur perilaku dan kecerdasan seseorang.

Menyoal perkembangan bisnisnya, menurut Benny  tren bisnisnya  saat ini agak bergeser dibanding 10-11 tahun lalu. Kalau dulu banyak menyelenggarakan project event skala besar sampai ribuan orang dengan nilai proyek milyaran rupiah.    Kondisi sekarang  trennya  justru  di kelas-kelas regular.  Kelas regular yang dimaksud  Benny adalah, kelas  dimana ia  mengumpulkan sekitar 15-20 orang untuk segmen keluarga atau kelompok-kelompok kecil.

Talent Spectrum berpusat di Bandung dan memiliki agen-agen mitra  yang  tersebar di beberapa daerah di tanah air. Dalam hal ini mitra memberikan konstribusi support data  dan Talent Spectrum yang mendevelop sistem dan tools nya.

Bentuk kerjasama dengan para mitra cukup  sederhana. Calon mitra  ambil license dari Talent Spectrum,  lalu ikut training dan  mendapatkan license sebagai  konsultan. “Mereka perusahaan konsultan yang  berdiri sendiri menggunakan nama konsultan milik sendiri. Tapi mereka menggunakan sistemnya Talent Spectrum  sebagai  bidang   potensi apa yang dimiliki setiap anak dari sisi genetiknya,”terang Sarjana Hukum Lulusan Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Indonesia ini.

Saat ini agen mitra aktif  Talent Spectrum  tersebar di beberapa titik seperti  Medan-Sumatera Utara, Sumatera Barat, Pekan Baru, Lampung, Palembang-Sumatera Selatan. Di Pulau Jawa ada di Jawa Barat, Jogjakarta- Jawa Tengah, Surabaya- Jawa Timur. Sementara di Kalimantan seperti di  kota Banjarmasin dan Balipapan, lalu ada di  Makassar dan Bali. “Secara periodik dari pusat turun langsung membantu mitra,”aku Benny yang hingga saat ini sudah mengantongi 250 ribu database DNA hasil pengembangan analisa sidik jarinya.

Di awal berdiri  Talent Spectrum menyasar segmen anak-anak terutama di usia TK-SD.  “Biasanya di usia segitu orangtua masih sangat perhatian ke anak. Kalau sudah penjurusan orangtua sudah tidak begitu sibuk dan melepaskan anaknya,”kata Benny.

Namun dalam perkembangannya, bisnis analisa sidik jari melakukan awareness  ke segmen remaja dan dewasa.  Sejauh ini tak sedikit perusahaan dan instansi pemerintah yang menggunakan jasa  fingerprint analysis Talent Spectrum meski baru tahapan motivasi.  Diantaranya Kementerian Tenaga Kerja, Bank Indonesia, Toyota Astra Motor, Yayasan Daarut Tauhid (SMK Daarut Tauhid), Kompas  Gramedia hingga Makhamah Konstitusi. Talent Spectrum juga   menganalisa sidik jari di ajang  Putra-Putri Bahari dan Miss World Muslimah .

Diakui Benny, sebenarnya industri sudah mulai tertarik tapi belum berani mengganti posisi psikotes, paling tidak untuk kompetensi dan menentukan arah ke depan. “Psikotes mengukur secara behaviour sementara kami mengukur secara genetik,”ungkapnya seraya menambahkan, “Dalam tahapan treatment yang  pertama dilakukan  adalah membantu menemukan jati diri.  Setelah si peserta menerima, dia punya strategi apa? Strength (kekuatan) dan Weekness (kelemahan) nya dia apa? Ada dorongan-dorongan seperti apa?  Harus ada integrasi cholistic agar ketika dewasa dia harus bisa mengintegrasikan itu semua,”.

Diakui Benny kolaburasi bersama sponsor produsen susu 11 tahun lalu sempat membawa Talent Spectrum hingga keluar Indonesia. Saat itu selepas kerjasama dengan produsen susu multinasional di Indonesia itu tak lama ia direkomendasikan perwakilan produsen susu tersebut ke Malaysia dan menyusul ke Vietnam. Hingga akhirnya, Benny sempat lengah ketika Talent Spectrum berada di posisi nyaman, tiba-tiba masuk competitor dari dalam negeri. Saat itu pasar Talent Spectrum sempat terganggu dengan kedatangan pemain baru tersebut.

Tak pelak, Talent Spectrum melakukan pembenahan dan melakukan kolaburasi dengan beberapa pihak. “Performa kami sempat turun di 2016. Di saat yang sama kami aktifkan kelas  regular. Terangkum sekitar 2000 data.  Dalam dua tahun ini rata-rata mencapai 1500 – 4000 data per bulan. “ Segmen kami menengah atas. Di segmen ini kesadaran sudah tinggi dalam memperhatikan perkembangan anak,”tutur Benny.

Diakuinya saat ini lebih maju di segmen regular. “Kami tawarkan Rp 500 ribu – 1,2 juta per orang.  Tergantung paket  yang diambil. Kita kumpulkan 15-20 orang. Dalam dua tahun ini dengan sistem merger consultant. Project-project  trennya sekarang menurun,”ucapnya.

Untuk menjadi agen Talent Spectrum hanya dikenakan biaya investasi  Rp 5,8 juta sudah mendapatkan scanner dan software dengan menggunakan nama biro sendiri tapi terafiliasi dengan Talent Spectrum. “Mereka bayar royalty per bulan 20-30% tergantung jumlah report yang masuk,”ungkap Benny  kepada pelakubisnis.com.

Dari kewajiban-kewajiban tersebut agen mitra  mendapat sejumlah benefit seperti  training satu hari dari sisi keilmuan, teknis dan teknik sebagai konsultan. “Biasanya setelah tiga bulan baru mereka benar-benar siap,”terang Benny sambil menyebut rata-rata omset para agen saat ini  berkisar Rp 20 juta –  Rp 100 juta/bulan.

Tak pelak, Talent Spectrum  terus bertumbuh dan mampu mencetak omset hingga Rp 240 juta per bulan. “Sehari konsul maksimal 10 orang. Masuk ke sekolah negeri tidak bisa. Masuk ke sekolah swasta terbentur ke yayasan. Akhirnya pasar regular dari rumah ke rumah yang sekarang ramai ,” ungkap Benny seraya menyebut, rupanya banyak tokoh-tokoh besar Indonesia yang sudah menggunakan jasa Talent Spectrum.

Ke depan, bisnis ini cukup menjanjikan.  Penelusuran bakat dan minat  perlu dilakukan sejak dini sehingga orangtua dapat mengarahkan pendidikan anak sesuai dengan bakatnya. Hal ini searah  dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang menjadi prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo Jilid 2. Kita boleh berharap, metode fingerprint test dapat menjadi salah satu instrumen yang dapat menjawab kebutuhan itu. []Siti Ruslina/Yuniman Taqwa