BNI Syariah Menuju Modern Bank

Langkah BNI Syariah menuju  modern bank semakin terbuka. Hal ini ditandai dengan peningkatan kapasitas permodalan yang mendongkrak bank ini menjadi peringkat ke-2, naik kelas menjadi BUKU III. Bagaimana strategi bank syariah ini melakukan ekspansi pasar?

Kinerja BNI Syariah terus menunjukkan performance yang positif. Bila pada 2018 market share BNI Syariah bertengger di angka 8,6%, pada 2019 meningkat menjadi 9,54%. Bahkan, pada kuartal pertama 2020, market share BNI Syariah di perbankan syariah  mencapai 9,86%.

Direktur Utama BNI Syariah,  Abdullah Firman Wibowo/Foto: Dok. BNI Syariah

Boleh jadi market share yang terus meningkat tersebut merupakan hasil kerja dari tim manajemen yang solid. Terbukti pada Februari lalu, BNI Syariah menempati posisi urutan kedua market share perbankan syariah nasional. “Padahal tahun lalu masih menduduki peringkat ketiga, tiga tahun yang lalu urutan keempat, di  bawah BRI Syariah.”Februari lalu BNI Syariah sudah masuk rangking ke-2 perbankan syariah,” kata Direktur Utama BNI Syariah,  Abdullah Firman Wibowo, dalam Webinar yang berlangsung pada 28/5.

Kinerja BNI Syariah triwulan I 2020 ini tidak lepas dari sinergi BNI Syariah dengan BNI sebagai perusahaan induk. Dimana BNI Syariah didukung teknologi yang dimiliki BNI sehingga lebih efisien. BNI Syariah didukung  jaringan yang cukup luas di seluruh Indonesia yaitu lebih dari 375 outlet syariah yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain sinergi dari sisi teknologi, BNI Syariah juga bersinergi dengan BNI terkait jaringan, dimana 1.747 outlet milik BNI dapat melayani transaksi syariah melalui produk-produk BNI Syariah.

Tidak hanya itu, sedikitnya ada 16.000 ATM milik induk (BNI), tapi dengan kode berbeda, dapat digunakan oleh BNI Syariah. Selain itu nasabah juga dapat menghubungi   call center  BNI  setiap waktu 1 x 24 jam. Instrumen ini yang membuat pertumbuhan BNI Syariah melesat sejak beberapa tahun terakhir ini.

Sementara segmen BNI Syariah, kata  Firman, dibagi dalam beberapa kategori, yaitu komersial, skala besar, small, mikro, dan masyarakat umum lainnya.  Kalau dilihat dari sisi prosentase, segmen consumers 48,6%, sehingga produktif lebih tinggi. “Ini sesuai arahan OJK (Otoritas Jasa Keuangan-red). Di mana komposisi produktif harus lebih tinggi daripada konsumtif,” katanya serius seraya menambahkan, consumers masih merupakan tulang punggung di dalam kinerja BNI Syariah.

Kenaikan laba BNI Syariah per triwulan I 2020 didorong portfolio pembiayaan yang seimbang, peningkatan  Dana Pihak Ketiga (DPK) yang optimal dengan komposisi current account saving account/CASA  yang tinggi. “Dalam menjalankan bisnis, BNI Syariah didukung oleh kuatnya sinergi dengan BNI Group, berfokus pada segmen pembiayaan dengan risiko yang terkendali, melakukan efisiensi biaya operasional, dan berfokus pada halal  ecosystem,” kata Firman,

Dengan pertumbuhan laba yang positif, rasio profitabilitas BNI Syariah pun meningkat ditandai dengan meningkatnya ROE (Return on Equity) secara signifikan dari 12,79% di triwulan I tahun 2019 menjadi 17,95% di triwulan I tahun 2020. Sementara itu, rasio ROA (Return on Asset) juga naik dari 1,66%  di triwulan I tahun 2019 menjadi 2,24% di triwulan I tahun 2020.

Dari sisi bisnis, BNI Syariah pada triwulan I tahun 2020 telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp32,33 triliun, naik 9,80% dari posisi yang sama tahun 2019 sebesar Rp29,44 triliun. Komposisi pembiayaan terbesar disumbang oleh segmen consumers sebesar Rp15,71 triliun (48,6%); segmen komersial sebesar Rp8,01 triliun (24,78%); segmen kecil dan menengah sebesar Rp6,69 triliun (20,68%).

Namun demikian, untuk antisipasi kondisi usaha nasabah, BNI Syariah memberikan keringanan (restrukturisasi) berupa penundaan pembayaran kepada nasabah yang terdampak Covid 19. Bentuk keringanan restrukturisasi yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi dan jenis usaha nasabah. Restrukturisasi ini diharapkan dapat membantu memudahkan nasabah dalam hal pembayaran kewajibannya.

Sedangakan dari sisi liabilitas, penghimpunan DPK BNI Syariah pada triwulan I tahun 2020 mencapai Rp44,86 triliun, naik 16,59% dibandingkan periode sama pada tahun 2019 sebesar Rp38,48 triliun. Pertumbuhan tersebut meningkatkan rasio CASA dari 60,04% di triwulan I 2019 menjadi 64,96% di triwulan I 2020. Pertumbuhan DPK BNI Syariah tersebut juga lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 13,18% year on year.

Peningkatan CASA tersebut, kata Firman, didukung oleh tabungan, terutama tabungan tanpa bagi hasil. “Ini adalah keberhasilan kami di dalam membangun sumber dana murah, sehingga CASA kami bisa mencapai 64,96%,” tambahnya serius sambil menambahkan keberhasilan ini bersinergi dengan induk (BNI). Kantor cabang BNI konvensioanl bisa digunakan sebagai layanan produk dan jasa syariah.

Sementara jumlah rekening juga meningkat dari triwulan I 2019 sebesar 3,15 juta menjadi 3,53 juta di triwulan I tahun 2020. Strategi yang dijalankan diantaranya dengan melakukan kerjasama dengan institusi, perguruan tinggi, sekolah maupun pesantren dan komunitas.

HasanahKu menjadi salah satu flagship positioning BNI Syariah/Foto: Dok. BNI Syariah

Sejauh ini BNI Syariah juga mempunyai aplikasi uang elektronik syariah pertama di Indonesia yaitu HasanahKu. Sebagai produk unggulan, HasanahKu menjadi salah satu flagship positioning BNI Syariah dalam digitalisasi dan payment system dengan beberapa fitur transaksi diantaranya untuk pembelian token dan pembayaran tagihan listrik; top up pulsa; pembayaran tagihan telepon, TV berlangganan serta iuran BPJS. Top up saldo HasanahKu dapat dengan mudah dilakukan melalui berbagai pilihan channel seperti ATM, Mobile Banking, Internet Banking dan SMS Banking.

Uang elektronik HasanahKu dipasarkan sebagai value added product pada area atau segmen yang menjadi kekuatan BNI Syariah yaitu ekosistem halal, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan dan lembaga Ziswaf, sehingga terbentuk kemitraan strategis menggunakan skema business to business (B2B) dengan ekosistem merchant dan community base yang salah satunya diwujudkan melalui kolaborasi dengan perusahaan rintisan (start up) berbasis teknologi serta perusahaan teknologi finansial (fintech).

Bahkan, akibat pandemi covid 19 ini, kata Firman, terjadi peningkatan yang sangat signifikan atau pertumbuhannnya mencapai 142,3%, terutama dalam penggunaan mobile banking dan internet banking. Internet bangking meningkat sebesar 89,3 %. Justru yang menggunakan ATM berkurang atau minus 8,7%. “Artinya ini berdampak kepada prilaku atau behavior dari customer kita, yang tadinya menggunakan transaksi konvensional, Alhamdulillah kita bisa mendorong transaksi dengan menggunakan elektronik,” tambah Fiirman.

Kenaikan ini salah satunya dipengaruhi oleh tren transaksi yang sudah mulai beralih ke digital dan karena sosialisasi penggunaan layanan electronic channel selama masa pandemi COVID-19. Untuk kenyamanan nasabah bertransaksi saat pandemi COVID-19, BNI Syariah juga menghimbau segenap nasabah menggunakan layanan E-Banking (BNI Mobile Banking, BNI SMS Banking, BNI Internet Banking).

Memasuki tahun 2020 BNI Syariah tercatat naik kelas ke Buku III, setelah pemegang saham melakukan setoran modal inbreng sebesar Rp 255 miliar dan BNI Syariah mencetak laba bersih Rp214,01 miliar pada triwulan I 2020, naik 58% dibandingkan periode sama 2019 sebesar Rp135,35 miliar.

Firman  mengatakan dengan penambahan modal dan kinerja pada akhir triwulan I 2020 membuat BNI Syariah naik kelas menjadi BUKU 3 atau mempunyai modal inti di atas Rp 5 triliun. Peningkatan modal di atas Rp 5 triliun, menurut Firman, karena faktor fundamental, yaitu kinerja yang cukup baik.

Di samping itu, BNI Syariah terus memperluas peluang bisnis baru di pasar perbankan syariah, salah satunya melalui pengembangan layanan dompet digital syariah yang ditargetkan dapat diluncurkan pada pertengahan Q2-2020.

Pria kelahiran 1964  ini menyebutkan,  dalam upaya mendorong perluasan bisnis syariah, saat ini perusahaan tengah pengembangan layanan bisnis trade finance and remittance, meningkatkan layanan berbasis digital serta mendorong pembiayaan sektor mikro dan segmen ritel.

BNI Syariah tandatangani kerjasama dengan Unidos Co.,Ltd (KYODAI Remittance)/Foto: Dok. BNI Syariah

Sementara dalam rangka ekspansi bisnis internasional, BNI Syariah tandatangani kerjasama dengan Unidos Co.,Ltd (KYODAI Remittance) terkait pengiriman uang. Pada kesempatan yang sama BNI Syariah juga melakukan nota kesepahaman (MoU) dengan SOLINDO, yang merupakan salah satu asosiasi lembaga pelatihan kerja (Sending Organization) untuk tenaga kerja migran yang akan berangkat ke Jepang. Penandatangan kerjasama ini bertempat di Kantor Pusat BNI Syariah, Gedung Tempo Pavilion 1, Jakarta, Februari lalu.

Firman mengatakan kerjasama dengan KYODAI Remittance dan SOLINDO ini dalam rangka menunjang pengembangan bisnis internasional khususnya remitansi dengan memberikan layanan perbankan syariah terbaik bagi tenaga kerja migran Indonesia di Jepang. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan bisnis internasional baik dari sisi volume transaksi maupun fee based income.

Saat ini terdapat sekitar 56.000 WNI yang tinggal di Jepang dan mayoritas merupakan pelanggan dari Unidos Co., Ltd (KYODAI Remittance) dan di tahun 2020 melalui program kerjasama pemerintah Indonesia dengan Jepang ada sebanyak 20.000 specified skill worker akan diberangkatkan ke Jepang sehingga bisnis remitansi memiliki potensi yang besar dan masih terus berkembang.

Terkait kerjasama dengan KYODAI Remittance dan SOLINDO, diharapkan BNI Syariah dapat menjadi One Stop Service Solution bagi para migran Indonesia. Layanan yang diberikan BNI Syariah diantaranya pembukaan rekening serta kebutuhan pembiayaan pelatihan (BNI Multiguna iB Hasanah)  sebelum berangkat, hingga layanan remitansi untuk memfasilitasi para migran yang sudah berangkat ke Jepang. BNI Syariah juga memiliki produk-produk lainnya yang dapat dimanfaatkan diantaranya Tabungan Haji dan Umrah BNI Baitullah iB Hasanah dan pembiayaan kepemilikan rumah maupun kendaraan.

“Hal ini selaras dengan tema strategis Embracing New Opportunities, dimana BNI Syariah siap meraih peluang-peluang baru untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis serta menjadi partner yang lebih baik,” kata Magister Manajemen Ilmu-ilmu Sosial (Banking Management) Universitas Gajah Mada (1993) ini.

Untuk mencapai target pertumbuhan transaksi remitansi, beberapa strategi telah diterapkan salah satunya kerjasama dengan perusahaan remitansi internasional khususnya untuk layanan Incoming Transfer. Sehingga pekerja migran Indonesia di Jepang dapat melakukan pengiriman uang yang lebih cepat, mudah dan efisien.

Lebih lanjut ditambahkan, pihaknya mengincar untuk melakukan pembiayaan trade financing dari kegiatan bisnis internasional. Perseroran bisa bersama dengan induk usahanya melayani pasar pengiriman uang (remittance) dari para pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri.  Terkait dengan prospek perekonomian ke depan, Firman mengatakan, pihaknya akan mengedepankan layanan digital dalam upaya melayani nasabah di tengah pandemi covid-19

Dia menjelaskan, dengan menggarap bisnis remitansi, BNI Syariah akan mendapatkan fee based income yang berasal dari komisi dan selisih kurs. Adapun fee based income dari bisnis remitansi tahun ini ditargetkan sebesar Rp 20 miliar, sebagaimana dikutip dari katadata.co.id.

“Karena kami baru mulai sejak Maret dan April ini. Potensinya cukup besar. Apalagi ada 6 juta tenaga migran Indonesia di luar negeri. Mereka mayoritas ingin hijrah ke bank syariah,” ujar mantan Pemimpin Divisi Pengembangan Perusahaan Anak BNI (2016 – 2017) ini.

Sedangkan, dari bisnis internasional, perusahaan menargetkan pendapatan tahun ini sekitar Rp 70 miliar. Terlebih, BNI telah mempunyai cabang di beberapa negara seperti Singapura, Jepang dan Korea Selatan. Cabang-cabang tersebut strategis, sebab banyak tenaga kerja migran Indonesia dan pebisnis yang memiliki keterkaitan dengan Indonesia.

Oleh sebab itu, BNI Syariah akan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM)-nya dengan merekrut SDM baru yang telah bersertifikasi international trade finance. Nantinya, SDM baru ini akan bertindak sebagai advisor di cabang-cabang BNI di luar negeri.

Firman menambahkan, BNI Syariah juga memiliki jasa value chain financing bekerjasama dengan induk perusahaan. Target yang dibidik adalah BUMN-BUMN. “Banyak sekali supply chain financing yang bisa kita beri layanan, baik dari sisi layanan transaksional atau pun dari sisi pembiayaan,” lanjutnya.

Lebih lanjut ditambahkan, langkah ke depan BNI Syariah, ada tiga hal yang akan dihadapi ke depan. Pertama era digitalisasi. BNI Syariah harus maju ke depan menjadi modern bank. BNI Syariah menuju global. Hal ini ditandai dengan peningkatan kapasitas permodalan. “BNI Syariah sudah mencapai BUKU III. Insya Allah dengan BUKU III membuka peluang kita bisa menggarap bisnis international rate finance secara lebih besar lagi. Dan ketiga membidik segmen millennial.,” tambah Firman seraya menambahkan BNI Syariah menjadi modern dengan membangun atau kapasitas  digitalisasi, tapi juga menyasar ke kaum millennial yang potensinya sangat besar.

Sementara Direktur Keuangan & Operasional BNI Syariah, Wahyu Avianto mengatakan, dampak Covid 19 dilihat dari sisi positifnya. “Sisi positif dampak Covid 19 ini memaksa kita bekerja secara digital, bisa bekerja dari rumah, belanja dari rumah dan bisa beribada dari rumah. Hari ini pegawai BNI Syariah yang bekerja dari rumah mencapai 58%. Kalau 10 tahun yang lalu kita tidak terbayang bahwa 58% karyawan BNI Syariah bekerja dari rumah,” katanya serius.

Wahyu menambahkan, kenapa hari ini BNI Syariah bisa melakukan kerja dari rumah? “Karena kemajuan teknologi yang berbasis internat. Covid 19 memaksa transformasi suatu perusahaan dalam memaksa digitalisasi,” tandasnya serius menanggapi sisi positif dari pandemi ini.

Menurut Wahyu, BNI Syariah tidak bisa lepasa dari keterkaitan dengan intenet, termasuk aktivitas transaksi keuangan. Pertanyaannya, siapa pengguna internet ini? “Kebanyakan pengguna internet dari millennial. Di Indonesia komunitas millennial mencapai 34% dari jumlah penduduk.Mereka selalu terkoneksi dengan internet atau dengan kata lain millennial itu kecanduan intenet.

Umumnya millennia itu multitasking. Hampir seluruh kegiatan kaum millennial menggunakan internet. Ini merupakan karakteristik millennial yang ada di Indonesia. Jadi, 75% waktu kita hari ini sudah terkoneksi dengan internet.”Kita dapat menggunakan internet untuk hal positif, termasuk untuk dunia perbankan,” kata Wahyu seraya menjelaskan strategi perusahaan pada 2020 ini ada beberapa strategi.

Pertama, strategi bisnis yang fokus pada segmen yang lebih besar pada consumers. Di mana pendanaan focus pada dana murah, dalam hal ini tabungan. Kedua, sedangkan di sisi pembiayaan kita focus pada kualitas pembiayaan. Ketiga, untuk transaksional BNI Syariah berkolaborasi dengan institusi, sinergi dengan induk (BNI), Keempat digitalisasi inovasi. “Ini strategis BNI tahun 2020 yang sudah direncanakan sejak dua tahun yang lalu. Di tahun ini BNI Syariah mulai memetik buah dari program digital yang sudah dilaksanakan.

Beberapa digitalisasi yang sudah dilaksanakan BNI Syariah. Diantaranya adalah Hasanah Online. Misalnya pembukaan rekening dari rumah. “Efek dari Covid 19, orang banyak tinggal di rumah. BNI Syariah memfasilitasi pembukaan rekening dari rumah dengan Hasanah Online. Ini sebenarnya baru dimulai dua tahun yang lalu (2018),” kata Wahyu.

Namun demikian pertumbuhannya sangat luar biasa. Pada awal 2019 tidak sampai 0,1 pembukaan rekening yang dilakukan dari Hasanah online. Tapi ditahun 2020 orang yang membuka rekening melalui Hasanah Online sekitar 5000 sampai 6000 nasabah perbulan. Sementara pembukaan rekening melalui kantor cabang masih sekitar 50.000-an perbulan. Artinya apa, sekitar 14% pembukaan tabungan dilakukan calon nasabah secara mandiri (independen) dari rumah. [] Siti Ruslina/Yuniman T Nurdin