Harapan  Ekonomi Bangkit Pada  2021

Sejumlah lembaga ekonomi, baik dalam dan luar negeri merasa optimis ekonomi akan bangkit di tahun depan. Ekonomi Indonesia disinyalir akan tumbuh dikisaran 4  – 5 persen pada 2021. Instrumen apa yang mendorong kebangkitan ekonomi  di tengah pandemic Covid-19  yang masih belum usai?

Disinyalir Pandemi Covid-19 pada tahun 2021 masih terus berlanjut. Bila tidak ada aral melintang, pemerintah mulai Januari 2021 akan melakukan program vaksinasi ke masyarakat secara bertahap. Program itu digadang-gadang dapat menggairahkan ekonomi yang terkontraksi cukup dalam akibat pandemic Covid-19.

Sejumlah kalangan optimis “mesin ekonomi” Indonesia mulai bangkit di tahun 2021. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Prof. Nury Effendi, Ph.D., memproyeksikan perekonomian domestik maupun global perlahan akan membaik pada 2021. Sekalipun pandemi Covid-19 masih terus eskalasi, ekonomi global diperkirakan akan tumbuh sekitar 4 – 5 persen pada 2021.  “Intinya untuk 2021, hampir semua lembaga menyatakan optimistis,” ujar Prof. Nury, sebagaimana dikutip dari laman Unpad, pada 14/12 lalu.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Prof. Nury Effendi, PhD, ekonomi global diperkirakan akan tumbuh sekitar 4 – 5 persen pada 202/,foto:Tedi Yusup/Unpad

Indonesia menurut ASEAN Development Bank diprediksikan mengalami pertumbuhan ekonomi mendekati 5 persen. Prediksi ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai menguat di kuartal ke-2 dan ke-3. “Jika bicara kuartal ke kuartal, kuartal 2 ke 3 sudah mulai membaik sehingga negatifnya menjadi tidak terlalu tinggi. Kuartal ke-4 juga akan semakin kecil year on year-nya,” kata Prof. Nury.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi pun optimistis outlook perekonomian Indonesia pada 2021 akan bergerak positif dan pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen. Itu karena, salah satu alasannya, saat ini Indonesia berada pada jalur yang tepat dalam menangani resesi dampak wabah Covid-19.

Menurut Fithra, saat ini beberapa negara sudah mengalami pemulihan perekonomian setelah beberapa bulan terdampak Covid-19.  Salah satunya Jepang yang pertumbuhan ekonominya saat ini sudah positif.

Turning point (di beberapa negara) itu terjadi karena, jika dibandingkan resesi 2008 yang ekonominya sudah overheating, sekarang, ekonominya bukan overheating. Tetapi itu ditunjang oleh external shock,” kata Fithra dalam keterangannya melalui seminar daring, pada 18/11 lalu, bertajuk UU Cipta Kerja dan Dampak Resesi terhadap Perekonomian saat Ini dan Proyeksi Perekonomian 2021, sebagaimana dikutip dari kontan.co.id, pada 20/11 lalu.

Dalam seminar daring yang digelar Prodi Ekonomi Pembangunan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, Fithra melanjutkan, tekanan eksternal (external shock) yang berupa Pandemi Covid-19 ini jika tidak ditangani dengan baik akan berujung pada krisis struktural dan bahkan bisa lebih buruk dari tahun 2008.

Kebijakan pemerintah yang tepat dalam merespons resesi akibat wabah ini menjadi faktor penting dalam kebangkitan dari resesi. Kata Fithra, Indonesia sudah berada di jalur yang benar dalam proses pemulihan ekonomi.

IMF forcast (penerawangan)-nya 6% untuk Indonesia. Juga, Fitch penerawangannya 6,6 persen pada 2021. Ini yang saya tangkap baseline kita di tahun 2021 itu 7,5 persen. Moderatnya 4,3 persen dan paling rendah 3,4 persen,” beber Direktur Next Policy itu.

Fithra optimistis target pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi 2021 pada presentase 4,5-5 persen akan tercapai. Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2020 minus 3,49 persen. Optimisme itu semakin kuat jika melihat perekonomian kita saat ini sudah beradaptasi denga kondisi pandemi. “Perekonomian kita sudah lumayan solid dan adaptif terhadap Covid,” kata Fithra.

Optimisme itu juga dapat didukung dengan upaya pemerintah meningkatkan investasi dan penciptaan lapangan kerja baru yang luas, dengan mempermudah dan menyederhanakan birokrasi dan regulasi perizinan usaha, melalui UU Cipta Kerja. Meski demikian, kata Fithra, optimisme pada outlook perekonomian 2021 harus mensyaratkan laju angka Covid-19 melandai. Syarat itu disadari oleh Presiden Jokowi.

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan berada di level empat persen. Angka ini turun dibandingkan proyeksi sebelumnya, yakni 5,3 persen. Penurunan prediksi tersebut dikarenakan tren pemulihan yang parsial seiring dengan tingginya pelonggaran protokol kesehatan. Di sisi lain, tingkat konsumsi masyarakat dan kepercayaan bisnis masih rendah.

Tahun ini, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penyusutan 2,4 persen. Kontraksinya membaik dibandingkan perkiraan lembaga beberapa bulan lalu, minus 3,3 persen. OECD mencatat, kondisi yang penuh tekanan pada tahun depan berpotensi mempengaruhi penghasilan dan standar hidup masyarakat. Khususnya apabila pemerintah masih lambat dalam merealisasikan program-program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), sebagaimana dikutip dari republika.co.id, pada 2/12 lalu.

Tapi, pemulihan dapat dipercepat apabila proses vaksinasi mampu dilaksanakan secara lancar dengan proses distribusi yang meluas. Vaksinasi ini turut berdampak pada kunjungan wisatawan mancanegara tahun depan yang meningkatkan devisa dari sektor pariwisata.

Sepanjang 2021-2022, OECD memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didorong oleh konsumsi masyarakat seiring dengan tingkat permintaan yang membaik. Hanya saja, level pertumbuhan ekonomi tetap di bawah sebelum pandemi. Ekspor pun diperkirakan membaik yang akan berkontribusi mengurangi defisit transaksi berjalan (CAD).

OECD juga menuturkan, pengesahan Undang-Undang Nomor 12 tentang Cipta Kerja dan kesepakatan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) berpotensi mendorong perbaikan ekonomi. Khususnya melalui peningkatan investasi dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Sementara Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021, dari yang sebelumnya 5,3 persen menjadi 4,5 persen. Country Economist ADB for Indonesia Emma Allen mengatakan pemulihan ekonomi di Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut pada tahun depan, namun harus tetap diantisipasi karena masih terus berlanjutnya penyebaran Covid-19

Sementara itu,  tahun ini Emma memproyeksikan ekonomi Indonesia akan terkontraksi pada kisaran -2,2 persen, seiring dengan perlambatan aktivitas ekonomi yang masih berlanjut pada kuartal IV/2020. “Kontraksi PDB riil diperkirakan akan melambat di kuartal IV/2020 dan akan terkontraksi sebesar -2,2 persen pada tahun 2020, sebelum meningkat menjadi 4,5 persen pada tahun 2021,” katanya, pada 10/12, sebagaimana dikutip dari bisnis.com.

Berdasarkan Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal 3 semakin membaik, tumbuh sebesar -3,49 persen (yoy), meningkat dari kuartal sebelumnya yang mencapai -5,32 persen (yoy). Perbaikan ini menunjukkan proses pemulihan dan pembalikan arah (turning point) aktivitas ekonomi nasional menuju ke zona positif, terutama didorong oleh peran stimulus fiskal dalam menangani pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menyatakan,  tahun 2021 akan menjadi tahun pemulihan ekonomi. Tahun 2020, seluruh negara di dunia mengalami penurunan perekonomian, termasuk Indonesia. Namun demikian, hal tersebut merupakan bagian dari path to recovery sehingga pada tahun 2021 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di sekitar 5 persen.

“Kita berlomba-lomba dengan negara lain untuk menciptakan path to economic recovery tanpa meningkatkan kasus Covid-19, tanpa meningkatkan infeksi. Path to recovery adalah sesuatu yang terus harus kita perjuangkan dan kita laksanakan,” kata Wamenkeu dalam Market Outlook 2021 “Resilience to Counter Economic Turbulence” yang diselenggarakan secara daring, pada 17/11 lalu.

Sejak awal tahun, pemerintah telah memperkirakan tekanan akan muncul di berbagai sektor, seperti di sektor konsumsi, investasi, ekspor dan impor. Maka dari itu, konsumsi pemerintah harus menjadi bantalan ekonomi. Data BPS menunjukkan, konsumsi pemerintah pada kuartal III 2020 merupakan satu-satunya komponen dari pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) yang tumbuh positif.

 tahun 2021 akan menjadi tahun pemulihan ekonomi/foto: ist

“Konsumsi pemerintah yang menjadi bantalan pertumbuhan ekonomi, support-nya bisa positif. Konsumsi pemerintah membantu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” ungkap Wamenkeu.

“Vaksin menjadi elemen yang sangat penting untuk membangun kepercayaan, membangun percaya diri, supaya kita bisa melakukan aktivitas ekonomi dengan lebih baik,” kata Wamenkeu. Oleh karena itu, ia meminta kepada seluruh masyarakat untuk tetap disiplin terhadap protokol kesehatan agar pemulihan kegiatan ekonomi dapat berjalan.

“Pemerintah telah mengesahkan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja untuk mendorong transformasi ekonomi melalui reformasi struktural dan mendorong pemulihan ekonomi. Ke-11 klaster UU Cipta Kerja diharapkan dapat mendorong peningkatan investasi, meningkatkan daya saing Indonesia, dan memberikan manfaat bagi masyarakat umum,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam acara Webinar Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) yang bertema “Insurance Industry Challenges and Outlook 2021”, di Jakarta, pada 4/12.

Dengan berbagai kombinasi kebijakan ini, diharapkan ekonomi Indonesia dapat tumbuh di kisaran 4,5% hingga 5,5% di 2021 dengan inflasi tetap terjaga di kisaran 3%. “Pulihnya perekonomian domestik akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan tentunya akan berdampak positif terhadap kinerja industri asuransi jiwa. Selain itu, semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan sebagai dampak dari pandemi akan mendorong permintaan industri asuransi jiwa di tahun depan,” pungkas Menko Airlangga.[] Yuniman Taqwa/foto ilustrasi utama: ist