Meraup Peluang Bisnis di Ramadhan dan Idul Fitri

Selama satu bulan Ramadhan dan dilanjutkan hari Raya Idul Fitri membawa berkah tersendiri bagi umat-Nya. Selama momentum itu, terjadi peningkatan omzet cukup signifikan bagi sejumlah pelaku usaha. Momentum itu merupakan berkah yang diberikan Tuhan bagi hamba-Nya.

Sebulan menjelang Ramadhan, pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara, Tanah Abang, mulai diserbu pengunjung. Mereka yang datang ke situ bukan hanya berasal dari Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek) belaka, tapi juga dari seantero Indonesia. Ada yang datang dari Lampung, Padang, Palembang, Surabaya dan banyak lagi kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Umumnya mereka para pedagang yang memburu tren fesyen baju muslim, misalnya, teranyar menghadapi Ramadhan. Beberapa pedagang di Tanah Abang, sejak April lalu  mengalami  peningkatan permintaan khususnya pakaian gamis, perlengkapan busana muslim seperti baju koko, sarung dan kopiah atau peci. Umumnya mereka membeli dalam skala grosir untuk dijual kembali di daerahnya masing-masing.

Foto: Istimewa

Biasanya para pedagang di Pasar Tanah Abang  sudah menyiapkan stok barang dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan jelang Ramadhan dan Idul Fitri. Dua minggu menjelang Ramadhan, misalnya, mulai terjadi peningkatan omzet di kisaran 40%. Berdasarkan pantauan pelakubisnis.com, bahkan seminggu menjelang Ramadhan rata-rata omzet penjulanan bisa meningkat mencapai 100%.

Tak hanya melayani kebutuhan masyarakat pulau Jawa khususnya di seputaran DKI, Jabar dan Banten, Pusat Grosir Tanah Abang juga menjadi tujuan berbelanja para pedagang dari luar Jawa dan bahkan luar Indonesia. Kalau dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua atau luar Indonesia, biasanya dikirim via kurir,” ujar salah satu pemilik toko grosir busana muslim di Blok A Lantai III.

Nurul asal Lampung, misalnya, dua minggu menjelang Ramadhan, mulai hunting mencari dagangan yang harganya miring. Ia memborong mukena dan pakaian muslim lainnya yang sedang tren namun harga terjangkau. Diakuinya, selalu ada permintaan cukup besar untuk perlengkapan ibadah umat muslim menjelang Ramadhan. Ia membeli beberapa kodi yang dikirim melalui bus DAMRI yang hilir mudik Jakarta – Lampung. “Selama bulan April ini saja saya sudah dua kali belanja ke Pasar Tanah Abang, karena permintaan perlengkapan muslim menjelang Ramadhan akan meningkat di daerah kami,” kata warga Tanjung Karang Bandar Lampung ini serius.

Wanita 54 tahun ini memberi tips berbelanjang di Tanah Abang. Biasanya minggu terakhir menjelang puasa harga-harga akan bergerak naik di kisaran 10%. Angka ini kemungkinan bergerak naik lagi  pada minggu pertama setelah Ramadhan. “Artinya kalau kita jauh-jauh hari berburu belanjaan ke Tanah Abang untuk kebutuhan Lebaran, maka harga masih normal,” ujarnya seraya menambaihkan semakin jauh hari berbelanja di Tnah Abang untuik kebutuhan lebaran, maka semakin berpotensi untuk mendapat harga miring.

Memang menjelang Ramadhan, baju muslim banyak dicari pengunjung yang berbelanja ke Tanah Abang. Sejumlah toko baju muslim kebanjiran pengunjung yang berburu baju lebaran. Satu dekade terakhir ini tren penggunaan baju muslim di Hari Raya Idul Fitri yang mendorong industri fesyen muslim terus berkembang.

Sedangkan memasuki pekan kedua Ramadhan, pengunjung pasar Tanah Abang tetap membludak, tapi umumnya pengunjung yang berbelanja di pasar itu hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi menjelang hari raya Idul Fitri. Tentu harga grosir dengan harga eceran berbeda. Dan umumnya mereka yang berbelanja pada saat itu berasal dari sekitar Jabotabek.

Selain berburu pakaian muslim,banyak juga yang berburu panganan seperti kurma yang kerap dikonsumsi saat buka puasa selama Ramadhan. Di Jakarta, misalnya, ada beberapa tempat sebagai pusat penjualan oleh-oleh haji dan umrah. Sebut saja di Thamrin City dan sekitar Tanah Abang. Anda dapat menemukan sejumlah  penjual kurma dan lain-lain baik skala grosir maupun eceran..

Pedagang kurma diprediksi meningkat mencapai 40% menjelang Ramadhan. Tren ini mulai kelihatan sejak dua minggu menjelang Ramadhan, pada minggu ketiga April lalu. Selain konsumen membeli untuk oleh-oleh umroh, juga para pedagang untuk dijual kembali saat bulan Ramadhan.

Sementara menjelang Ramadhan tahun ini, diprediksi penjualan makanan dan minuman akan meningkat di kisaran 10%. Ketua Komite Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil menengah (UKM) Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Irwan S Widjaja mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya, selama Ramadhan terjadi lonjakan penjualan makanan dan minuman mencapai 12 persen. Namun, pada 2019 diperkirakan hanya sekitar 10 persen. “Tahun sebelumnya naik rata-rata sebesar 9 persen-12 persen. Tahun ini kita prediksi paling tidak sampai 10 persen,” ujar dia dalam Kongres Nasional Assessment Center Indonesia (KNACI) ke-5 di Jakarta, 2 Mei 2019, sebagaimana dikutip dari liputan6.com.

Stagnannya pertumbuhan penjualan ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu karena perubahan pola konsumsi masyarakat dengan hadirnya layanan ojek online. Adanya layanan seperti ini masyarakat mulai beralih untuk membeli makanan dan minuman di restoran. “Penjualan ada kemungkinan mengalami kenaikan, tapi tidak bisa diprediksi. Karena dulu pola belanja dari konsumen, mereka beli makanan olahan untuk disimpan. Tetapi sekarang banyak , yang membeli makanan jadi karena  sudah ada layanan ojek online seperti Go-Food dan Grab Food, itu ada sedikit peralihan ke sana,” kata Irwan.

Sementara  sejumlah perusahaan makanan cepat saji mulai berbenah menghadapi Bulan Ramadhan. .Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, permintaan  makanan dan minuman meningkat selama Ramadhan. Jauh hari restoran siap saja menyiapkan diri menangkap momentum itu.

Pasalnya, tradisi masyarakat kita yang kerap menggelar buka puasa bersama, menjadi pendorong peningkatan permintaan untuk menu berbuka puasa. Biasa restoran-restoran membuat menu khusus selama Bulan ramadhan.

PT Rekso Nasional Food pemegang merek McDonald’s di Indonesia merupakan salah satu yang ikut menyambut momen bulan suci tersebut.​ Associate Director of Communications McDonald’s Indonesia Sutji Lantyka mengatakan, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, penjualan makanan di bulan Ramadhan meningkat signifikan dibandingkan bulan lainnya. Karena itu, mereka harus menyiapkan strategi untuk menyambut momentum tersebut, sebagaimana dikutip dari kontan.co.id.

McDonald’s Indonesia juga akan menawarkan produk tertentu dengan penawaran terbatas  atau limited time offer (LTO). . Sutji bilang di Bulan Puasa dan Idul Fitri tahun ini, konsumen juga akan disuguhkan menu spesial, khususnya untuk berbuka puasa. “Untuk detail menunya harap sabar ya. Tunggu tanggal mainnya, pasti akan diinformasikan,” janjinya, masih dari sumber yang sama.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menyatakan omzet penjualan industri pada Ramadan dan Lebaran diprediksi tumbuh 30%. Hal tersebut antara lain dipicu seiring dengan meningkatnya konsumsi dan ekspansi produksi yang dilakukan pabrikan. Ketua Gapmmi, Adhi S Lukman mengatakan permintan produk makanan minuman sudah mulai terlihat sejak bulan ini. Berdasarkan laporan anggota asosiasi, beberapa produsen bahkan diketahui telah menggenjot produksi dengan menambah shift, sebagaimana dikutip katadata.co.id.

Boleh jadi Industri makanan minuman menjadi salah satu sektor yang mendapat berkah pada setiap bulan suci. Termasuk pada sektor hilirnya, yaitu peritel.  Pengusaha retail sudah mulai mempersiapkan stok barang menjelang bulan suci Ramadhan yang jatuh awal Mei mendatang.

Dan yang tak meraih berkah adalah sektor transportasi. Kebiasaan mudik masyakat Indonesia menjelang Hari Raya Idul Fitri akan meningkatkan jumlah penumpang, baik, laut, udara maupun darat. Jauh-jauh hari perusahaan transportasi sudah menjual tiket untuk mudik lebaran.

Pengamat transportasi Darmaningtyas mengatakan, pekerjaan rumah pemerintah pada arus mudik tahun ini adalah belum selesainya pembangunan tol Jakarta-Cikampek elevated. Dia berharap ada langkah antisipasi. Misalnya, memperbaiki jalur pantura sehingga bisa menjadi opsi alternatif bagi pemudik. “Tol dan rest area sudah lebih siap. Cuma tinggal crowded-nya Jakarta-Cikampek,” katanya (13/4), sebagaimana dikutip dari jawapos.com.

Dia mengakui, selain angkutan mudik dengan kendaraan pribadi atau bus, moda transportasi kereta api tetap menjadi pilihan pemudik. “Keretanya sudah banyak yang baru,” ungkap Darmaningtyas.

Diperkirakan  potensi nilai transaksi pemudik tahun ini Rp 10,3 triliun untuk dibelanjakan di lokasi mudik. Sementara sekitar  Rp 6 triliun untuk urusan transportasi. Potensi tersebut semestinya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh daerah yang dilalui tol trans-Jawa. Salah satunya dengan menyiapkan fasilitas area istirahat di kota/kabupaten tersebut. Dan potensi itu menjadi peluang bisnis tersendiri di masing-masing daerah di seantero Indonesia[] Yuniman Taqwa & Siti Ruslina/Ilustrasi: Youtube