Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan IV 2019 Membaik

Jakarta, 24 Januari 2020, pelakubisnis.com – Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2019 diprakirakan terus membaik sehingga menopang ketahanan sektor eksternal. NPI yang membaik ditopang naiknya aliran masuk modal asing dan terkendalinya defisit transaksi berjalan.

Demikian rilis yang disampaikan Direktur Eksekutif, Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko, pada 23/1. Hal tersebut disampaikan berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 22-23 Januari 2020.

Aliran masuk investasi portofolio asing ke pasar keuangan domestik pada triwulan IV 2019 tercatat neto 6,36 miliar dolar AS, lebih tinggi dari perkembangan triwulan III 2019 sebesar neto 4,88 miliar dolar AS. Sementara itu, defisit transaksi berjalan yang terkendali didukung oleh membaiknya neraca perdagangan, yang pada Desember 2019 tercatat defisit 0,03 miliar dolar AS, menurun tajam dibandingkan dengan defisit bulan sebelumnya sebesar 1,39 miliar dolar AS.

Dengan perkembangan tersebut, defisit transaksi berjalan 2019 diprakirakan sekitar 2,7% PDB dan pada 2020 tetap terkendali dalam kisaran 2,5-3,0% PDB. Posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2019 meningkat menjadi 129,2 miliar dolar AS, atau setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Ke depan, BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk berupaya mendorong peningkatan PMA.

Sementara niilai tukar Rupiah terus menguat didukung kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang membaik. Pada 22 Januari 2020, Rupiah menguat 1,74% (ptp) dibandingkan dengan level akhir Desember 2019. Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada 2019 yang tercatat 3,58% (ptp) atau 0,76% secara rerata.

Penguatan Rupiah didorong pasokan valas dari para eksportir serta aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut sejalan prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda. Struktur pasar valas juga semakin kuat yang ditandai dengan meningkatnya volume transaksi dan kuotasi yang lebih efisien, serta makin berkembangnya pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) yang kemudian mendukung peningkatan efisiensi pasar valas.

BI memandang bahwa penguatan nilai tukar Rupiah sejalan dengan kondisi fundamental, semakin baiknya mekanisme pasar dan keyakinan para pelaku pasar terhadap kebijakan yang ditempuh BI dan Pemerintah. Secara keseluruhan, penguatan nilai tukar Rupiah memberikan dampak positif terhadap momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makroekonomi.

Ke depan  BI memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, BI terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik pasar uang maupun pasar valas.[] sp