Cangkir Terbang Kreasi Wiwin Trisma

Di zaman now, banyak cara  yang bisa dilakukan ibu rumah tangga untuk memaksimalkan potensi diri. Ada yang mencoba berkebun, belajar masak, atau  mengasah keterampilan menghasilkan kerajinan yang bernilai jual. Wiwin Trisma salah satunya.  Selain mengurus rumah tangga, ia mengisi kesibukan dengan membuat cangkir terbang.

Tak dipungkiri, kehadiran internet di tanah air memberi peluang bagi banyak orang untuk berkembang.  Termasuk  bagi ibu rumahtangga yang mau menyisihkan waktu,  mengembangkan diri, mencari ilmu dan mencari nilai tambah untuk kehidupannya.  Salah satu yang mendapat manfaat dari banyaknya konten edukatif yang berseliweran di dunia maya  adalah Wiwin Trisma.

Kerajinan tangan cangkir terbang ala Wiwin Trisma/Foto: Instagram

Berawal dari keisengannya melihat tayangan kreasi cangkir terbang di YouTube dan membuka Pinterest. Kejenuhan dengan rutinitas sebagai ibu rumahtangga membuatnya berpikir mencari peluang usaha.  “Usia masih muda, masih sehat, dan saya tak terbiasa diam begitu saja. Saya  ingin menghasilkan sesuatu yang berguna untuk keluarga dan orang lain,”kata Wiwin.

Ia melanjutkan,“Entah kenapa, hari itu saya main YouTube, hal yang jarang sekali saya lakukan dan saya gaptek sekali dengan teknologi informasi. Tapi kenapa tiba-tiba saya membuka YouTube dan langsung ketemu video tutorial cara membuat cangkir terbang. Saya lihat apaan ini kok unik sekali. Saya ambil cangkir souvenir hadiah perkawinan dari teman, kemudian ada hiasan bunga-bunga di rumah saya copoti, lalu  saya mencoba membuat cangkir terbang,”.

Mendengar kata  ‘Cangkir Terbang’, imajinasi kita  langsung menerawang jauh melihat cangkir yang melayang di udara. Tapi jangan salah, cangkir terbang yang dimaksud adalah barang kerajinan tangan yang terbuat dari cangkir, garpu dan diaplikasi dengan berbagai aksesoris bunga dan buah, mini figure serta atribut hiasan lainnya dari bahan plastik, gabus, resin dan keramik dengan menggunakan lem perekat.

Cangkir Terbang dengan hiasan mini figure/Foto: Instagram

Cukup unik bagaimana dari sebuah cangkir dan garpu dengan atribut aksesoris bunga, buah, dan mini figure, bisa menghasilkan hiasan rumah berupa cangkir yang bisa berdiri tegak hanya dengan sanggahan 1 gagang garpu dan hasilnya terlihat begitu indah. Persis seperti cangkir tumpah namun bukan air atau minuman kopi yang tumpah melainkan bunga-bunga, buah-buahan sampai  berbagai karakter animasi.  “Kreasi pertama jadi, saya tanya anak sulung saya, waktu itu dia masih SD, sekarang sudah duduk di kelas III SMP. Dia bilang, bagus sekali dan dia juga  yang buatkan akun IG (instagram)..ne’saya gaptek Mbak, kalau anak sekarang sudah kenal teknologi canggih. Dia kasih nama Falastine Craft, menggunakan nama belakang anak-anak saya,”jelas Wiwin.

“Awalnya satu dua hari mencoba buat,  gagal. Sudah ditempel, sudah jadi bagus, malamnya jatuh pecah..Kemudian saya akali dengan berbagai cara, pakai kawat dan sebagainya. Tapi berkat do’a dan ikhtiar, akhirnya Allah kasih petunjuk,” cerita Wiwin ketika pertama mencoba membuat  cangkir terbang.

Alhasil, berkat keuletan, ketelitian, keyakinan dan modal kreativitasnya , ibu 4 anak  ini berhasil membuat hiasan Cangkir Terbang yang kokoh berdiri tegak dan menarik perhatian. “Kuncinya ada di lem yang membuat hiasan ini kuat berdiri tegak,”tutur Wiwin.

Pada November 2016  Wiwin mulai membuat cangkir terbang.  Ia menciptakan banyak kreasi unik untuk koleksi produk hiasan rumah yang ia beri nama Falastine Craft. Dari hiasan yang dinamai floating tea cup hingga hiasan pintu seperti garland (karangan bunga), ucapan selamat datang, welcome, assalamu’alaikum, buket, medium talenan dan sebagainya yang ia kreasikan dengan susunan bunga yang indah dan sedap dipandang mata.

Bermodal Rp 100 ribu, mantan pramugari ini memberanikan diri menjual hasil kreasi cangkir terbangnya. “Modal awal  belanja bunga ke Pasar Pagi Manggadua. Kalau untuk cangkir dan garpu itu kan bisa kita ambil yang ada di rumah,” jelasnya.

Untuk cangkir terbang ini harganya mulai Rp 125.000 hingga Rp 200-an ribu. Untuk hiasan pintu Rp 85.000-Rp 200 ribu. Pernak pernik seperti vas bunga kecil, Rp 45.000, tempelan kulkas sekitar Rp 35.000.

Khusus untuk cangkir, dalam sehari dia bisa memproduksi 2 hingga 5 item, dan dalam sebulan bisa 75 sampai 100 item. Produk produk tersebut murni dikerjakan sendiri, karena ada kendala dalam mencari sumber daya manusia (SDM) terampil  yang bisa mengerjakan kreasi tersebut dan mempunyai  passion pada pekerjaannya.

Selain SDM, di awal kendala terbesar ia alami pada proses pengiriman barang. “Kendala terbesar dalam proses  pengiriman. Di awal dulu sering dapat complain dari customer karena barang yang diterima  pecah, copot, dan sebagainya mungkin karena ketekan. Tapi tetap konsekuensinya kami ganti,” tuturnya.

Tapi dengan berjalannya waktu, ia terus belajar  Ia  berharap, produk yang mayoritas digemari ibu ibu muda dan remaja putri ini suatu saat bisa membuka kesempatan kerja bagi masyarakat, serta memberi inspirasi. Meski saat ini masih diproduksi ala rumahan dan dikerjakan oleh tangan Wiwin yang terampil dengan dibantu asisten rumah tangga dan puteri sulungnya, namun ia berharap suatu hari dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas dan dapat mengurangi pengangguran masyarakat Indonesia.

“Makanya sekarang saya coba masuk ke komunitas-komunitas home decore dan ikut arisan juga untuk memancing pelanggan baru,”tuturnya.

Wiwin Trisma beberapa kali diundang dalam acara talkshow di televisi karena kreasi cangkir terbangnya/Foto: Dok. Pribadi

Ketok tular pun terjadi ketika produknya yang dipromosikan lewat IG diintip oleh salah satu stasiun televisi.   Lewat  tayangan Netizen Jurnalis,  usaha cangkir terbangnya muncul di tayangan televisi. Dari situ jumlah follower nya di IG terus bertambah.  Dan ia juga sempat tampil di program acara Hitam Putih yang dipandu Deddy Corbuzier, dari  situ followernya terus bertambah. “Jumlah follower kami sekitar 9 ribuan. Tidak banyak follower kami  tapi ada juga yang tidak follow tapi membeli koleksi kami. Pokoknya sejak pemirsa lihat di acara Hitam Putih, follower bertambah 4000-an dan penjualan pun naik dua kali lipat sekitar Rp25 juta/bulan. Kebetulan waktu itu Hitam Putih ratingnya bagus,”papar Wiwin.

Diakuinya kontribusi penjualan terbesar masih lewat IG dan platform Shopee. Namun yang ramai justru lewat IG. Dari IG, transaksinya juga cepat. Alhasil, dua tahun pertama omzetnya mencapai Rp15 juta/bulan. Di tengah pandemic, persisnya di tahun lalu, omzetnya pernah  mencapai Rp 50 juta per bulan. Kini rata-rata penjualan di tengah pandemic mencapai Rp20 – 25 juta/ bulan.

Wiwin pun mengaku tidak pernah membayangkan sebelumnya memiliki bisnis beromzet puluhan juta rupiah. Namun bukan berarti dia mendapatkan itu secara instan. Semua dilakukan setelah mengalami kegagalan berkali-kali karena membuat hiasan cangkir terbang ini rentan rusak karena terbuat dari keramik yang didesain dengan ketelitian hingga membuatnya kokoh berdiri tegak dan memiliki estetika.

Pesan Wiwin kepada anaknya, sekolah saja tidak cukup. Kita harus punya keterampilan jika ingin memiliki nilai tambah. Makanya ia mendidik anak, terutama anak sulungnya untuk dapat membantu pekerjaannya agar suatu hari sang anak memiliki keterampilan.”Paling tidak saya ajarkan soal packaging. Bersama adik-adiknya mereka terbiasa menyiapkan kardus pembungkus ketika proses packaging dimulai,”papar Wiwin.

Ia juga sudah mencoba menawarkan produknya ke Taiwan dan Malaysia. “Mereka amazing melihat cangkir terbang. Kalau TKI/TKW banyak yang beli.  Mereka tahu Falastine Craft sepertinya lewat IG. Adapula  konsumen TKI di Hongkong yang membeli,”cerita Wiwin.

Dari hasil survey ke beberapa tempat penjualan produk dekorasi rumah, menurutnya produk-produk made in China yang seringkali membuatnya  ‘down’.  “Kok mereka bisa bikin bagus tapi jualnya murah. Iku modale piro,”kata Wiwin dengan dialeg Jawa.

Diakui Wiwin, membangun usaha itu tidak mudah. Belum lagi bila muncul  kompetitor-kompetitor lain yang terjun ke usaha serupa. Boleh jadi kehadiran kompetitor  membuatnya tambah kuat, namun menjadi ‘down’ juga ketika pesaing merusak harga. “Tapi prinsip saya, rejeki itu tidak akan salah alamat!,”katanya kepada pelakubisnis.com yang kala itu dari ujung telepon Wiwin sambil menggendong puteri bungsunya yang baru berusia 2 tahun.

Menurutnya produk hand made itu sulit dijual dengan harga murah. Namun saat ini ia mengalah yang penting kembali modal. “Yang mahal itu modal beli bunganya. Satu bucket itu bisa Rp30 ribu.  Yang murah sih ada tapi kualitasnya gak bagus,”ujarnya.

Tapi ia bersyukur, sekarang tidak pakai pinjam uang suami lagi. “Bahkan  sekarang saya bisa membayar 3 asisten rumah tangga dari hasil usaha ini. Satu untuk urusan mengasuh anak-anak, satu di bagian dapur dan satu lagi membantu usaha ini,” ungkap  wanita asal Semarang, Jawa Tengah ini.

Wiwin mengaku tidak memiliki latarbelakang di bidang keterampilan. Sebelum memiliki anak, ia  cabin crew  pada sebuah maskapai penerbangan nasional .  Boleh jadi keterampilannya membuat hiasan rumah merupakan bakat dari ibunya yang  perias pengantin.  “Dari dulu diminta untuk meneruskan usaha Ibu, tapi passion saya gak disitu,”tuturnya.[]Siti Ruslina