Berharap Penjualan  Sepeda Motor Naik 10 Persen

 Penjualan sepeda motor pada tahun 2021 diperkirakan naik sebesar 10%, setelah mengalami koreksi tajam sekitar 45% pada tahun 2020. Harapan itu dengan catatan bila Gross Domestic Product (GDP) bisa tumbuh di atas 5%.

Penjualan sepeda motor tahun lalu (2020) sempat anjok sampai 45persen dibandingkan tahun 2019. Diperkirakan hingga akhir tahun lalu  total penjualan motor mencapai 3,6-3,7 juta unit sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

Menurut Sigit Kumala, Head of Commercial, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan sepeda motor turun tajam pada April dan Mei lalu, sebagai dampak dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskla Besar (PSBB) dan relaksasi kredit dari pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Lebih lanjut ditambahkan, waktu Januari – Maret 2020, penjualan sepeda motor anggota AISI mencapai 500.000-an tiap bulannya. Waktu pemerintah mengumumkan adanya pasien Covid-19 pada awal Maret tahun lalu, saat itu pasar sepeda motor belum terpengaruh. “Pasar sepeda motor baru terpengaruh pada minggu keempat akhir Maret lalu. Saat itu pemerintah mengumumkan relaksasi pembayaran untuk konsumen yang melakukan pembelian secara kredit dan kena dampak Covid-19. Sehingga waktu itu, pihak leasing menghentikan supporting penjualan sepeda motor.

Fenomena tersebut, kata Sigit, berlangsung sampai Mei 2020. Kondisi itu berlangsung sampai Mei 2020. Walaupun saat itu, pihak leasing tidak menghentikan kucuran kredit sama sekali, tapi Down Payment (DP) yang tadinya 15-20%, meningkat menjadi 40%. Kondisi ini yang mendorong penjualan sepeda motor anjok.

“Bulan April kami hanya menjual 123.782 unit, biasanya 500.000 per bulan,” ungkapnya  dalam webinar Indonesia Industry Outlook #IIO2021 Conference yang bertema: 2021: It’s Time to Win-Back “Reimagine, Recover, Regain” yang diselenggarakan oleh Inventure, pada minggu pertama November lalu.

Pada saat itu diberlakukan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Berlakunya aturan PSBB tersebut, pihak showroom/ bengkel tutup, karena mengikuti aturan pemerintah setempat. Kemudian pada Mei kondisinya terus berlanjut.. Bahkan, produsen sepeda motor anggota AISI   didistribusikan hanya tingga 21.000 unit.

Data penjualan motor sepanjang 2020/ data: AISI

Sampai bulan Mei  2020  penjualan sepeda motor di pasar domestik hanya 21.851 unit.  Setelah ada pelonggaran PSBB  di bulan Juni 2020, penjualan sepeda motor kembali naik menjadi 167.992 unit dan pada Juli menjadi 292.205 unit. Hingga normalnya pada Agustus dan September 2020, penjualan sepeda motor naik menjadi masing-masing sebesar 317.107 unit dan 380.713 unit.

“Waktu kuartal kedua, kita benar-benar kondisinya sangat suffer, karena baik showroom maupun pabrikan itu tutup. Harapannya tahun ini kita bisa tutup penjualan itu sekitar 3,6 juta sampai 3,7 jutaAsalkan jangan diberlakukan PSBB total lagi. Kalau PSBB total lagi hal ini berat bagi anggota AISI, karena itu pengaruhnya cukup besar buat anggota kami, kemudian vendor kami, kemudian lembaga leasing dan asuransi, ,” kata Sigit optimis target hingga akhir tahun 2020 bisa tercapai.

Sigit menambahkan, kapasitas pabrik baru termanfaatkan  sekitar 30 – 40% dari kapasitas yang ada. Kita tidak bisa produksi penuh dengan mensuplai ke pasar, karena anggota AISI melihat kondisi financial dari dealer-dealer. Sekarang ini harus memperhatikan financial yang ada di jaringan dengan kebutuhan stok yang sesuai dengan permintaan pasar. “Dan, produksi di pabrikan juga memperhatikan standar protokol kesehatan,” tandasnya serius.

Penjualan sepeda motor pada tahun 2021 diperkirakan naik sebesar 10%, setelah mengalami koreksi tajam sekitar 45% pada tahun 2020. Per Januari-September 2020, total penjualan sepeda motor di Indonesia mencapai 2.876.514 unit, turun 41,5% dari 4.919.651 pada periode yang sama tahun 2020.

 

Ia melanjutkan, dalam kondisi normal penjualan sepeda motor setiap tahun tumbuh 7% hingga 8%. “Harapan kami di tahun 2021, pasar ini bisa kembali tumbuh di atas 10%. Itu dengan catatan, GDP growth di atas 5%,” ujarnya seraya menambahkan, pemerintah telah memperkirakan tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di rentang 4% – 5%.

Prediksi penjualan sepeda motor meningkat 10% tahun 2021/foto sumber gridoto.com

Selain pertumbuhan ekonomi,  ditemukannya vaksin Covid-19. Selain itu, dia berharap jika vaksin sudah ditemukan dan dapat didistribusikan secara massal di awal tahun 2021, sehingga  dapat menjadi sentimen positif bagi kalangan industri. “Tentunya harus ada dukungan dari pihak finance company, karena hampir lebih dari 70% pembelian sepeda motor didanai melalu leasing company,” jelas Sigit. Hal in menjadi salah satu faktor  penentu pertumbuhan penjualan sepeda motor tahun ini.

Menurut Sigit bila skenario tersebut tidak tercapai, maka pihak AISI mempunyai plant B yang masih konservatif. Namun demikianl, plant tersebut belum bisa diutarakan karena menyangkut stakeholder dengan pihak lain. Hal ini sebagai patokan ke depannya, kemudian nanti dilihat lagi pada kuartar kedua tahun

Sigit mengaku optimistis terhadap penjualan pasar motor di masa depan. Menurut dia, sepeda motor masih dibutuhkan masyarakat sebagai alat transportasi yang terjangkau. Selain itu, infrastruktur di dalam negeri juga sudah cukup baik yang menghubungkan antarkota.

Lebih lanjut ditambahkan, dalam rangka menuju rebound market, rasanya perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama perlu memastikan sumber daya yang ada di lingkungan yang kompetan selama dalam lingkungan sehat dan nantisnya siap menerima tantangan baru.

Kedua, kita harus bisa memastikan pelayanan ke konsumen itu berjalan dengan baik dan mengikuti standar protokol kesehatan“Jangan sampai nanti pada saat pasar rebound, konsumen kita berkurang. Justru kita menerapkan konsumen pelalanggan kita ini yang akan men-support bisnis kita ke depan,” katanya.

Ketiga, mengharapkan kolaborasi atau saling membantu diantara pihak stakeholder dan ke depannya kita siap menghadapi tantangan baru. Kita selalu mencari peluang yang lebih inovatif dan kreatif yang bisa memberikan solusi yang kompetitif buat konsumen.

“Saya melihat Indonesia ini tetap memegang peranan penting sebagai pasar sepeda motor di kawasan ASEAN maupun di Asia, setelah India dan China. Jadi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pelaku eksportir buat sepeda motor ke negara lain dan tentunya dengan catatan bilamana produk kita tetap kompetitif,” Sigit, sebagaimana dikutp dari sindonews.com, 6/11 lalu..

Sigit menambahkan, bila bisa menghasilkan produk yang kompetitif di pasar mancanegara. Apalagi harapan pemerintah pernah menargetkan 30% dari produksi sepeda motor Indonesia bisa diekspor. Saat ini baru sekitar 12%  dari total produksi. Angka ini masih jauh dari target. “Kami masih berusaha terus untuk meningkatkan ekspor,” katanya.

Lima tahun ke depan akan terjadi pergeseran pada perkembangan teknologi sepeda motor ke arah motor listrik. Indonesia harus bersiap dalam investasi maupun fasilitas penunjang. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong percepatan pengembangan industri sepeda motor listrik di tanah air. Pasalnya, pemanfaatan kendaraan listrik dinilai akan memberikan beberapa manfaat lebih dalam sistem transportasi dibanding dengan kendaraan konvensional, baik itu dari aspek lingkungan maupun dari sudut pandang energi.

“Kami mendorong percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan dalam rangka ketahanan energi, peningkatan efisiensi energi, konservasi energi sektor transportasi, dan terwujudnya energi bersih, kualitas udara bersih dan ramah lingkungan, serta komitmen Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi di Jakarta, pada November lalu.

Ia mengatakan, sampai semester 1 tahun 2020 tercatat ada 10 produsen sepeda motor listrik yang beroperasi. Diperkirakan kapasitas produksi hingga 850 ribu unit per tahun dan menyerap tenaga kerja sekitar 1500 orang.

Dalam upaya percepatan industri sepeda motor listrik, Kemenperin juga mengusung konsep circular economy. Hal tersebut sebagai upaya untuk menekan efek negatif dari kendaraan listrik, yakni menumpuknya sampah baterai lithium karena masa pakai dan siklus pengisiannya yang terbatas. Dengan konsep tersebut, baterai yang sudah habis masa pakai akan diolah Kembali. “Terlebih lagi Indonesia tidak memiliki sumber alam mineral lithium, sehingga konsep circular economy akan menjadi lebih tepat,” sebut Kepala BPPI. [] Siti Ruslina/Yuniman Taqwa/foto ilustrasi utama: ist