Kinerja Positif Bukit Asam di Tengah Pandemi

Harga Batubara terkoreksi cukup dalam. Sepanjang 2020 harga batubara terendah selama 4 tahun terakhir yang berada di level US$ 58,17 per ton. Di tengah anjloknya harga batubara, PT Bukit Asam Tbk tetap mencatat kinerja positif.

Pandemi Covid-19 menyebabkan terjadi perubahan dalam peta bisnis. Di Wuhan, China, misalnya, terjadi lockdown, menyebabkan bisnis mengalami stagnasi. Namun demikian, pertengahan tahun 2020 mulai bangkit. Energi yang dibutuhkan di sana mulai meningkat. Tapi kebijakan, China mengutamakan produk dalam negeri.

Hal ini merubah  peta industri  batubara, baik regional maupun internasional melakukan remapping lagi. Di tengah kondisi seperti itu, terjadi over supply yang berdampak pada penurunan harga batubara lebih dari 35%. “Tapi kami yakin sampai sekarang  (November 2020-red) kami masih bisa survive,” ujar Joko Pramono, Direktur Sumber Daya Manusia PT Bukit Asam pada acara webinar  Indonesia Industry Outlook 2021, yang diselenggarakan Inventure, Minggu pertama November lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan pada 6/10/2020), harga batubara Newcastle berjangka untuk kontrak Januari 2021 masih parkir di zona hijau, di level US$64,4 per ton atau naik 0,78 persen. Pada penutupan perdagangan sebelumnya, harga menguat hingga 1,91 persen. Harga batu bara telah menguat hingga 20,37 persen sejak menyentuh level terendahnya pada September 2020 lalu di level US$53,5 per ton. Kendati demikian, sepanjang tahun berjalan 2020 harga batu bara masih terkoreksi 12,2 persen.

Namun demikian, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih mencetak kinerja positif hingga Desember 2020 meski terimbas pandemi Covid-19 serta fluktuasi dan lesunya harga batubara dunia. Berdasarkan pengumuman kinerja per 31 Desember 2020 yang dirilis 12 Maret lalu,  perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 2,4 triliun hingga 31 Desember 2020. Dari sisi pendapatan, PTBA membukukan sebesar Rp 17,3 triliun. Aset perusahaan per Desember 2020 tercatat masih kuat berada di angka Rp 24,1 triliun, dengan komposisi kas setara kas dan deposito berjangka di atas 3 bulan sebesar Rp 5,5 triliun atau 23% dari total aset.

Di tengah pandemi PTBA catat kinerja positif/foto: doc. PTBA

Kinerja PTBA sepanjang 2020 terdampak oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India. Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas PTBA.

Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batu bara domestik. Harga batu bara selama tahun 2020  menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) sangat berfluktuasi sepanjang 2020. Berawal di angka US$ 65,93 per ton di awal Januari 2020 dan sempat menyentuh titik di bawah US$ 50 per ton pada September 2020. HBA mulai merangkak naik dalam 3 bulan terakhir di 2020 dan menyentuh angka US$ 59,65 per ton pada Desember 2020.

Kenaikan ini seiring dengan mulai pulihnya permintaan batubara di pasar global. Meskipun begitu HBA sepanjang 2020 merupakan yang terendah selama 4 tahun terakhir dengan berada di level US$ 58,17 per ton.

Sementara menurut Joko Pramono, PTBA merupakan tulang punggung bangsa untuk penyediaan energi. Komitmen PTBA adalah untuk mendukung pemenuhan energi nasional. Sampai hari ini hampir 60% produk batubara PTBA untuk domestic. Selebihnya 40% dilakukan ekspor secara selektif untuk meningkatkan pendapatan. Akhirnya nanti meningkatkan kinerja perseroan.

Joko Pramono: PTBA tulang punggung bangsa untuk penyediaan energi/foto: doc. PTBA

Strategi Efisiensi Efisiensi merupakan salah satu strategi PTBA untuk menjaga dan mencatatkan kinerja positif di tengah volatilitas harga dan berkurangnya permintaan pasokan batubara. Beberapa strategi efisiensi yang telah dilakukan PTBA di segala lini adalah dengan terus melakukan upaya penurunan biaya usaha dan pengendalian biaya pokok produksi melalui penerapan optimalisasi di setiap lini operasi.

Kinerja operasional produksi PTBA mampu memproduksi 24,8 juta ton batubara hingga Desember 2020 atau 99% dari target yang telah disesuaikan menjadi 25,1 juta ton. Kinerja angkutan batubara juga menunjukkan performa yang terjaga dengan kapasitas angkutan batubara tercatat mencapai 23,8 juta ton naik 3% dari target tahun ini. Serta kinerja penjualan batu bara yang terealisasi sebesar 26,1 juta ton atau naik 5% dari target 2020.

Masih terjaganya kinerja operasional perusahaan sepanjang 2020 tak lain merupakan hasil dari penerapan operational excellence yang berkelanjutan dan perluasan pasar yang menjadi strategi perusahaan dalam menjalankan bisnis di tahun ini.

Target PTBA di 2021 Perseroan menargetkan kenaikan volume produksi dari 24,8 juta ton di 2020 menjadi 29,5 juta ton di 2021. Perseroan juga menargetkan kenaikan penjualan dari 26,1 juta ton di 2020 menjadi 30,7 ton di 2021.

Menurut Joko Pramono, kita lihat bukan hanya di batubara saja yang  mengalami perbaikan. Tapi komuditas lain juga sudah mulai mengalami perbaikan, baik kuantitas maupun harga. Memang dari batubara penerimaan produksi masih belum recover. Harga pun masih di bawah dibandingkan dengan harga komuditas lainnya. Nikel sudah mengalami perbaikan, harga melambung, emas jauh melambung, tembaga juga mengalami kenaikan. “Apabila industri ini meningkat, tentunya dibutuhkan energi.  Energi yang paling murah adalah batubara,” katanya.

Pada 2021, Perseroan akan meningkatkan investasi dalam mengembangkan diversifikasi usaha, hilirisasi batubara. Total investasi yang direncanakan pada 2021 untuk sektor tersebut adalah sebesar Rp 3,8 triliun. Progress Proyek Pengembangan Gasifikasi Batubara Terbitnya Perpres 109 tahun 2020 yang ditandatangani pada 17 November 2020 oleh Presiden Joko Widodo, menjadikan dua proyek PTBA masuk kembali menjadi PSN (Proyek Strategis Nasional), yang pertama Hilirisasi Gasifikasi Batubara di Tanjung Enim dan yang kedua, Kawasan Industri – Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) – Tanjung Enim.

Dengan masuknya pabrik gasifikasi batu bara di Tanjung Enim sebagai Proyek Strategis Nasional artinya proyek ini mendapat dukungan secara khusus dari Pemerintah. Tujuannya adalah untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana tertuang dalam Perpres tersebut.

PTBA meyakini proyek gasifikasi batubara akan memberi sederet dampak positif bagi Indonesia. Mulai dari menekan angka impor LPG, menghemat cadangan devisa negara, hingga manfaat langsung lainnya. PTBA, Pertamina, dan Air Products optimistis proyek pengembangan DME batubara bisa berjalan sesuai rencana untuk mulai beroperasi di kuartal II-2024.

Proyek Gasifikasi batu bara menjadi DME sudah di depan mata. Perjanjian Kerja Sama atau Cooperation Agreement antara PTBA, Pertamina, dan Air Products Chemical Inc juga sudah ditandatangani pada 11 Februari 2021. Tinggal menghitung waktu agar pabrik bisa berjalan dan menghasilkan produk Dimethyl Ether atau DME yang bisa menjadi produk substitusi LPG yang impornya kian bertambah setiap tahun.

Di samping itu, pengembangan Karbon Aktif Batubara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kembali mewujudkan komitmennya dalam upaya hilirisasi dan peningkatan nilai tambah pertambangan batubara. Salah satunya adalah strategi pengembangan karbon aktif dari bahan baku batubara. .

Pada penghujung tahun 2020 PTBA telah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan Activated Carbon Technologies PTY, LTD (ACT) yang berbasis di Australia; yang telah menyatakan komitmennya sebagai Offtaker produk karbon-aktif secara jangka Panjang.

Karbon aktif adalah salah satu upaya hilirisasi di mana batubara diolah dan mengalami proses aktivasi sehingga menjadi material yang di dalamnya terdapat banyak pori-pori yang berfungsi menyerap zat lain di sekitarnya. Karbon aktif dapat dimanfaatkan untuk proses penjernihan dan pemurnian air, pemurnian gas dan udara, filter industri makanan, penghilang warna untuk industri gula dan MSG, hingga penggunaan di bidang farmasi sebagai penetral limbah obat-obatan agar tidak membahayakan lingkungan.

PTBA berencana mengembangkan pabrik karbon aktif di Kawasan Industri Tanjung Enim (BACBIE) untuk memproduksi karbon aktif sebanyak 12.000 ton per tahun dengan mengolah sebanyak 60.000 ton batu bara per tahun.

PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 PLTU Sumsel-8 berkapasitas 2×620 MW merupakan proyek strategis PTBA dengan nilai mencapai US$ 1,68 miliar. PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP).

PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd. Progres pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara pertahun ini telah mencapai penyelesaian proyek sebesar 72% pada posisi bulan Februari 2021. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada Maret tahun 2022.

Selain itu, pengembangan PLTS Ekspansi bisnis perusahaan ke sektor energi baru dan terbarukan juga bukan wacana, dengan bukti Commercial Operation Date (CoD) PLTS di Bandara Soekarno Hatta bekerjasama dengan PT Angkasa Pura II (AP II). PLTS beroperasi penuh pada 1 Oktober 2020. Kesuksesan kerja sama PLTS ini mendorong PTBA dengan AP II untuk menjajaki pembangunan PLTS di sejumlah bandara-bandara lainnya yang dikelola AP II.

PLTS kerjasama PTBA dan AP II tersebut berupa 720 solar panel system dengan photovoltaics berkapasitas maksimal 241 kilowatt-peak (kWp) dan terpasang di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC). PLTS di Gedung AOCC ini dibangun dan dikelola oleh PTBA yang juga menggandeng grup usaha PT LEN.

PTBA juga mengembangkan PLTS Lahan Bekas Tambang Ombilin dan Tanjung Enim PTBA berencana menggarap proyek pengembangan PLTS di lahan pasca tambang milik perusahaan yang berada di Ombilin, Sumatera Barat, dan Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Masing-masing lahan bekas tambang akan terpasang PLTS dengan kapasitas mencapai 200 MW.

Saat ini PLTS sedang dalam tahap pembahasan dengan PLN untuk bisa menjadi Independent Power Producer (IPP) dan ditargetkan mulai bisa beroperasi pada tahun 2022. [] Yuniman Taqwa