Larangan Mudik Lebaran, Mempengaruhi Industri Mamin

Industri makanan dan minuman (Mamin) tetap tumbuh pada tahun lalu meski diterjang pandemic Covid-19. Namun dengan diberlakukan larang mudik lebaran, boleh jadi pertumbuhan pada semester I tahun ini akan mengalami perlambatan.

Belakangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)  terus meningkat. Bank Indonesia (BI) mencatat tren peningkatan IKK dalam beberapa bulan terakhir. Januari 2021, misalnya, IKK berada di level 84, meningkat menjadi 85,8 pada Februari lalu. Sampai Maret 2021, IKK berada di angka 93,4.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat dari 85,8 pada Februari lalu menjadi 93,4 pada Maret 2021/Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan hasil Survei Konsumen, BI,  perbaikan keyakinan konsumen pada Maret 2021 didorong oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan dan persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini. Responden menyampaikan bahwa perbaikan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan ditopang oleh membaiknya ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan kerja, ekspansi kegiatan usaha, dan penghasilan pada 6 bulan yang akan datang.

Sementara Indeks Penjualan Ritel (RSI) pada Maret 2021 juga mulai memasuki zona hijau, yaitu pada level 182,3. Pada Januari dan Februari 2021, RSI berada di zona merah, masing-masing pada level 182 dan 177,1.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati  mengatakan, aktivitas konsumsi masyarakat yang meningkat pada Maret itu terutama di bidang makanan dan minuman, transportasi, bahkan pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Namun, adapula peningkatan kegiatan rekreasi, sebagaimana dikutip dari kompas.id, pada 23/4.

Sri Mulyani memperkirakan, konsumsi akan terus menguat, didorong oleh keyakinan dan aktivitas masyarakat yang mulai pulih. Meskipun ada larangan mudik pada hari raya Lebaran kali ini, aktivitas konsumsi diperkirakan tetap akan meningkat. Peningkatan itu juga ditopang oleh dampak stimulus ekonomi yang digelontorkan pemerintah lewat APBN.

Sementara Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman, mengatakan,  kebijakan Pemerintah terhadap pembatasan perjalanan dan larangan mudik akhir Maret lalu memberikan pengaruh terhadap permintaan pangan. Kebijakan itu, sedikit melemahkan permintaan dari  pedagang eceran. Karena itu, GAPMMI khawatir kejadian tahun lalu akan terulang.

“Mudah-mudahan ini tidak (seperti tahun lalu), kita berharap pemerintah mulai bisa memikirkan kembali apa yang perlu diputuskan. Jadi, jangan sampai keinginan masyarakat untuk berlebaran tahun ini dengan menikmati berbagai pertemuan keluarga, kemudian menikmati makanan-minuman (mamin) ini menjadi hilang gara-gara kebijakan yang salah,” harapnya, dalam bincang Ketersediaan Pangan Jelang Ramadhan dan Lebaran, via virtual, sebagaimana dikutip dari sharianews.com, pada 12/3.

Menurutnya Sebelum kebijakan itu muncul, sangat optimis lebaran tahun ini lebih baik dari tahun lalu. Pasalnya, permintaan produk pangan mengalami peningkatan sejak Januari 2021. Di mana kontribusi pangan olahan terhadap pangan mencapai 34 persen dan 66 persenya adalah pangan segar dan pangan rumah tangga.

“Kalau kita melihat konstelasi di industri mamin, ada peningkatan permintaan dan kita rasakan pada momen Ramadhan dan lebaran tahun ini lebih baik dari tahun lalu,” kata Adhi dalam Forum Merdeka Barat, Senin (12/4).

Sementara Ketua Umum GAPMMI dalam diskusi FMB 9:Ketersediaan Pangan Jelang Ramadhan dan Lebaran yang disiarkan secara virtual, pada 12/4 mengatakan biasanya industri makanan dan minuman (Mamin) selalu mengalami peningkatan menjelang Ramadhan. Secara rata-rata, peningkatan penjualan bisa mencapai 30 persen jika dibandingkan dengan beberapa kategori pangan lainnya. “Biasanya makanan dan minuman normalnya selalu meningkat. Peningkatan penjualan bisa mencapai 30 persen secara rata-rata dan kemudian untuk snacking bisa sampai 100 persen lebih,” ujar Adhi .

Tahun lalu industri makanan dan minuman tidak mengalami kenaikan sama sekali/Foto: Ist

Namun, lanjut dia, tahun lalu industri makanan dan minuman tidak mengalami kenaikan sama sekali. Malah justru sebaliknya. Adhi pun berharap keadaan ini tidak terjadi lagi di bulan Ramadhan tahun 2021. “Diharapakan jangan sampai terjadi lagi di tahun ini, ini penurunan sangat drastis dari kondisi normal dan ini cukup berat,” ungkapnya, sebagaimana dikutip dari  kompas.com, pada 12/4.

Adhi memprediksi, untuk tingkat konsumsi pangan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bekasi dan Bandung Raya, selama bulan Ramadhan akan mengalami kenaikan. Hal ini didorong karena adanya larangan mudik oleh pemerintah.

Hanya saja, kebijakan larangan mudik tahun ini yang diputuskan pemerintah bisa menjadi penghambat bagi industri mamin untuk menuju pemulihan. Sebab, kesempatan dalam memanfaatkan momen Ramadhan dan Lebaran menjadi terganjal akibat mobilitas yang terbatas.

GAPMMI pun berharap pemerintah berkenan untuk meninjau kembali kebijakan tersebut karena berpotensi menimbulkan gejolak ekonomi. Terutama bagi industri ritel yang menjadi pasar bagi industri makanan minuman.”Tahun lalu boleh dibilang tidak ada kenaikan. Bahkan turun. Kalau itu terjadi dua tahun berturut-turut, itu cukup berat,” ujar Adhi, sebagaimana dikutip dari republika, pada 12/4.

Padahal para pengusaha mamin olahan sudah merasakan adanya perbaikan dari sisi permintaan. Mereka meyakini industri ritel khususnya makanan dan minuman akan pulih tahun ini. Hal itu menjadi dasar keputusan para pengusaha mamin olahan untuk memasok bahan baku yang cukup banyak sejak Januari 2021. Tujuannya untuk mempersiapkan produksi menyambut Ramadhan tahun ini, sebagaimana dikutip detik.com, pada 12/4.

“Karena mulai Januari bahkan sudah ada ritel modern minta stoknya dikirim untuk puasa dan Lebaran. Ini ada harapan 2021, mudah-mudahan jangan sampai ada pelarangan (mudik),” ucapnya. Namun, keputusan larangan mudik sudah ditetapkan. Kebijakan itu membuat resah karena stok yang sudah dipersiapkan sejak lama dan sudah tersebar ke berbagai daerah akan menjadi stok mati.

Pengusaha pun memutar otak agar stok yang sudah disiapkan itu bisa terserap. Salah satunya membuat program untuk mendorong masyarakat yang tidak mudik mengirimkan makanan ke sanak saudara di kampung sebagai bentuk silaturahmi. “Kami tentu bisa menyambut baik dengan layanan pengiriman,” tambahnya.

Meski begitu, Adhi memastikan harga jual mamin olahan tidak akan naik dalam waktu dekat, termasuk saat Ramadhan. Sebab para pelaku industri skala menengah dan besar masih memiliki kekuatan dana dan stok cadangan.”Kalau industri menengah besar terutama anggota GAPMMI saya tanya, kami memilih tidak menaikkan harga. Meskipun bahan naik, kedelai, jagung, minyak goreng cabai dan daging sapi, ada kenaikan. Industri menengah dan besar punya daya tahan,” terangnya.

Tapi bagaimana dampaknya bagi industri mamin skala kecil? Dampak terbesar, kata Adhi,  akan dihadapi oleh skala kecil karena tak punya banyak dana cadangan. Sementara industri menengah dan besar memiliki dana untuk kegiatan promosi maupun memberikan potongan harga demi menjaga daya beli masyarakat.

Itulah dilemanya industri mamin dalam menghadapi kondisi larangan mudik lebaran! Semoga daya beli tetap terjaga, meski tidak mudik, orang-orang perantau tetap dapat mengirimkan dana untuk keluarganya di kampung, sehingga lebaran tetap semarak. [] Yuniman Taqwa/Siti Ruslina/Foto: takaitu.id