Masyarakat dilarang Mudik, Bisnis Kurir Meningkat

Meningkatnya belanja online dan larangan mudik lebaran pada 1442 H tahun ini mendorong bisnis kurir kebanjiran order. Diprediksi momentum itu dapat meningkatkan pengiriman barang ke daerah mencapai 40%. Itulah peluang yang diperebutkan banyak perusahaan kurir!

Pemberlakuan larangan mudik lebaran tahun ini tidak selamanya menuai kerugian bagi pelaku bisnis. Salah satu sektor yang meraup untung karena kebijakan itu adalah bisnis kurir. Apalagi sebelumnya tren belanja online meningkat signifikan.  Menurut catatan  Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat aktivitas belanja online meningkat mencapai 400 persen.

Larangan mudik meningkatan pengiriman barang-barnga festive ke daerah/foto: ist

Hal itu disampaikan disampaikan Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI) Kemenkominfo Ahmad M Ramli dalam rapat bersama Panja Pemulihan Pariwisata di Komisi X DPR, 7 Juli  tahun lalu. “Di era pandemi dan memasuki new normal ini, telekomunikasi menjadi oksigen bagi kita semua, bahkan kami boleh sampaikan bahwa online shop saat pandemi ini naik 400 persen,” ujarnya.

Hasil riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) pada 2020 mencatat bahwa sebesar 42,1% konsumen toko online melaporkan peningkatan pengeluaran saat pandemi.

Berdasarkan survei tersebut, boleh jadi momentum larangan mudik lebaran pada 1442 H, pada tahun ini akan meningkatkan bisnis kurir khususnya. Hal itu disebaban karena tren belanja online akan semakin meningkat. Larangan mudik lebaran, membuat masyarakat memilih belanja online atau belanja offline dengan memanfaatkan jasa kurir untuk mengirim barang belanjaan ke sanak saudara di daerah-daerah.

Institute for Development on Economics and Finance (Indef) menilai kebijakan larangan mudik lebaran 2021 memberi dampak positif bagi industri logistik di Jabodetabek. Pasalnya, transaksi sektor logistik masih mendominasi di kawasan Jabodetabek. Peneliti Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, larangan mudik menyebabkan transaksi atau pendistribusian barang-barang ke daerah lain di Indonesia tidak secara merata. Kondisi ini mempengaruhi upaya pemulihan di sektor tersebut, khususnya sub sektor logistik pergudangan, sebagaimana dikutip dari okezone.com, pada 23/4.

Di sisi lain, trend e-commerce semakin memicu persaingan usaha di sektor logistik, khususnya untuk pengiriman parcel. Bisnis ini juga turut menyumbang kenaikan selama masa lebaran 2021. Baik logistik skala besar maupun kecil dinilai memiliki performa jauh lebih baik dibandingkan lebaran tahun 2020.

“Ketika masyarakat mendapatkan THR penuh kemudian dibelanjakan tapi tidak bisa melakukan mudik lebaran, maka alternatifnya adalah memesan barang melalui e-commerce kemudian barang tersebut dikirim melalui kurir logistik ke daerah-daerah,” tutur Bhima.

Tak pelak jasa pengiriman barang diperkirakan akan kebanjiran order di tengah larangan mudik lebaran tahun ini. Sebab, masyarakat hanya bisa mengirim hadiah ke kampung sebagai pengganti silaturahmi ke orang tua atau sanak saudara.

Presiden Direktur PT Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Mohammad Feriadi menyatakan Ramadhan dan Lebaran biasanya merupakan peak season untuk pengiriman barang atau ekspedisi. “Ditambah larangan mudik maka traffic pengiriman barang diprediksi melonjak,” katanya, sebagaimana dikutip dari menit.co.id, pada, 3/4.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Nasional Pengiriman Pengantaran Barang Indonesia (Asperindo) ini menyebutkan jenis barang yang marak dikirimkan saat Ramadhan dan Lebaran yaitu makanan, baik makanan kering maupun basah, pakaian dan aksesoris. Pengiriman terbanyak, berasa dari kota dengan destinasi ke daerah.

Feriadi menambahkan pengiriman barang saat ini didominasi oleh e-commerce, yang dikategorikan sebagai retail customer, dengan 80 persen dibandingkan corporate customer yang sebesar 20 persen. Di kategori retail customer, pengiriman barang melalui e-commerce mencapai 40 persen, sisanya dilakukan oleh individu yang mendatangi langsung ke gerai JNE.

Mohammad Feriadi :Subsidi ongkos kirim akan sangat menarik bagi pembeli/foto: ist

Menurut Feriadi, banyaknya pengiriman barang melalui e-commerce sejalan dengan tren belanja via daring yang marak, terutama saat pandemi. “Saya melihat belanja online ini jadi tren. Orang datang ke toko ke mal mulai berkurang ya, karena pandemi. Jadi orang-orang belanja cukup secara online dan barangnya dikirim ke keluarga atau kerabatnya di luar kota,” katanya.

Pengusaha di bidang logistik optimistis kebijakan pemberian subsidi untuk ongkos kirim (ongkir) pada  Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) Ramadhan 2021 akan mendongkrak trafik pengiriman.  Subsidi tersebut juga akan menggenjot transaksi e-commerce. “Dampaknya buat jasa pengiriman tentu positif. Trafik akan naik, jumlah volume akan naik. Artinya teman-teman pelaku usaha jasa pengiriman pasti akan mendapatkan peningkatan jumlah kiriman akibat subsidi itu,” kata Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) Mohamad Feriadi, saat dihubungi Antara di Jakarta, Rabu, 21 April 2021, sebagaimana dikutip dari medcom.id pada  21/4.

Feriadi menilai secara logika program subsidi ongkos kirim akan sangat menarik bagi pembeli. Perusahaan jasa pengiriman pun telah melakukan upaya antisipasi untuk menghadapi lonjakan pengiriman saat Harbolnas nanti. “Umumnya yang dilakukan pelaku adalah menambah jumlah SDM, armada, dalam rangka mengantisipasi lonjakan pengiriman,” terang dia.

Sementara Seperti ASSA [PT Adi Sarana Armada Tbk] melalui anak perusahaannya,  PT Satria Antaran Prima Tbk. (SAPX) bisa meningkatkan kinerja juga menjelang lebaran nanti. Terlebih lagi SAPX juga telah menargetkan untuk bisa memiliki cabang dan sub cabang di setiap kabupaten di Pulau Jawa. Dengan demikian, jangkauan jasa kurir SAPX lebih luas, dimana SAPX juga telah merambah ke bisnis e-commerce sehingga bisa dijadikan pilihan untuk mengirim paket lebaran sampai ke kota-kota tertentu yang mungkin tidak terfasilitasi oleh jasa kurir lain.

SAPX juga telah memiliki opsi COD atau belanja online bayar di tempat. Hal ini juga cukup baik, jika masyarakat yang berbelanja online memiliki kendala untuk membayar dengan mobile banking atau jauh dari perbankan. Juga masyarakat dapat tetap menjaga jarak dan meminimalkan diri untuk keluar rumah sehingga mengurangi resiko terpapar virus covid-19, sebagaimana dikutip dari bisnis.com, pada 22/4.

Supply Chain Indonesia (SCI) menyatakan kondisi pandemic telah mengubah perilaku belanja konsumen dari offline menjadi online yang berdampak terhadap peningkatan pengiriman barang. Head of Consulting Division SCI Zaroni dalam keterangan mengatakan, volume pengiriman pada Ramadhan dan menjelang Lebaran diperkirakan naik sekitar 40% jika melihat volume kenaikan pada tahun lalu yang kondisinya lebih ketat dibandingkan tahun ini, sebagaimana dikutip dari pikiran-rakyat.com, pada 16/4.

Zaroni menjelaskan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan pengiriman barang selama bulan Ramadhan perlu upaya penyedia jasa logistik/kurir agar pengiriman tetap lancar dan tepat waktu.[] Yuniman Taqwa