Profil Rudy Pesik

Mendulang Sukses di Bisnis Logistik

Tak pernah habis bahan obrolan bila bertemu founding father PT DHL Express Indonesia/PT Birotika Semesta ini. Maklum, Rudy Pesik seorang penikmat hidup yang menganggap hidup adalah sebuah petualangan.  Dari berlayar di samudera luas hingga melanglang buana memperkenalkan kopi Indonesia ke penjuru dunia. 

Mengutip ungkapan Steven R Covey dalam bukunya, Principle Centered Leadership,  seorang pemimpin yang sukses adalah mereka yang mau belajar, berorientasi pada pelayanan, memancarkan energi positif, mempercayai orang lain, dan hidup  seimbang, penuh pertimbangan dalam mengambil tindakan.  Selain itu,  ciri-ciri pemimpin unggul yang memiliki prinsip  bahwa hidup adalah sebuah petualangan. Pemimpin juga harus bisa sinergetik dan mampu mengaktualisasi diri dengan berbagai dimensi fisik, mental,  emosi dan spiritual.

Pada dasarnya semua yang disebutkan Steven R Covey sudah dimiliki Rudy Pesik.  Setidaknya kepada orang terdekat bisa dilihat bagaimana ia dicintai dan mencintai keluarganya. Bila ia tak memiliki energi positif dan mempercayai orang lain, tak mungkin ia bisa berhasil membangun bisnis dalam waktu lama. Ia memiliki kemampuan  mendekatkan diri ke lingkungan karyawan. Tak heran bila karyawannya yang telah 50 tahun bekerja di beberapa perusahaannya tetap menjalin silaturahmi meski mereka sudah pensiun. Untuk yang satu ini, Rudy punya cara untuk menyeimbangkan hidupnya.

Demikian halnya dengan keluarga. Suami dari Luise Pesik ini  mencintai keluarganya dengan cara yang wajar dan terlihat biasa-biasa saja. Salah satu puteranya, Rocky Joseph Pesik, menjadi penerusnya di industri logistik.  Bahkan, Rocky mengikuti jejak ayahnya mengenyam pendidikan di kampus yang sama. Mencoba kuliah di luar negeri, namun akhirnya Rocky memilih kuliah di ITB, kampus dimana ayahnya dulu bersekolah.

Rocky tumbuh menjadi pria dewasa yang cerdas dan memiliki intuisi yang kurang lebih sama dengan orangtuanya. Tatapan rasa bangga terlihat dari  mata Rudy tatkala puteranya  menyumbangkan pemikirannya tentang dunia bisnis. Wawasan dan analisa Rocky tak kalah hebat dengan ayahnya.  Mungkin karena  sejak kecil Rocky sudah mendapat pendidikan keras dari Rudy bak dilempar ke kawah candradimuka, ia digadang-gadang menjadi penerus bisnisnya.

Bila Rocky langsung terjun menjadi pebisnis, berbeda situasinya dengan Rudy. Ia berpetualang sejak usia belasan tahun dengan latar belakang keluarga asal Manado yang ayahnya seorang pelaut, yang  turut  menggiringnya  menjadi seorang pelaut.”Usia belasan sampai 20’an tahun , kalau cuti kuliah saya berlayar,”terang alumnus Institut Teknologi Bandung, Jurusan Teknik Mesin, lulusan 1964 ini.

Foto: pelakubisnis.com

Kelahiran Singapure, 2 April 1942 ini  terbilang  pemuda yang cerdas.   Setamat sekolah, ia bekerja sebagai staf ahli Deputi Menteri  Industri Maritim sambil menjadi dosen di beberapa universitas di Jakarta.  Saat muda ia sempat belajar di industri maritim yang membawanya menjadi seorang ahli mesin perkapalan, berpredikat Insinyur Honoris Causa di bidang Teknik.

Ia sempat mengenyam pendidikan di sekolah mesin International Business Machines (IBM) di negeri kincir angin. Pada tahun 1965 ia  bergabung  IBM. Di perusahaan teknologi informasi ini ia merintis karir sebagai system engineers hingga diangkat menjadi Pimpinan IBM di Amsterdam, Brussels, Paris, Kopenhagen, Stockholm, Vienna, Hongkong, Tokyo dan USA (California, Nevada). Kurang lebih 9 tahun di IBM, ia pun kembali ke tanah air di kisaran tahun 1974 dan bergabung dengan PT Elnusa. Sekitar 4 tahun di anak perusahaan Pertamina tersebut, Rudy memutuskan membangun usaha sendiri yang bergerak di bidang teknologi informasi.

Bermodalkan jaringan yang luas dan otak yang mumpuni, Rudy membuka jasa konsultan PT Pusat Informatika di tahun 1978.  Dengan bekal yang dimiliki, ia mampu membangun kepercayaan dari banyak kliennya dan karir Rudy sebagai pebisnis pun semakin ‘kinclong’.

Hingga pada 1982 ia menerima tawaran dari seorang asing untuk mendirikan kantor DHL di Indonesia. “Waktu itu modal awalnya Rp 5 juta,” kenang Rudy.

Meskipun DHL sebelumnya sudah eksis selama 10 tahun di Indonesia, namun milestone berkembangnya perusahaan kargo dunia ini  di pasar Indonesia,  baru terjadi  sejak ditangani Rudy pada 1982.

Pada 1984 Rudy kemudian mendirikan PT Caraka Yasa. Awalnya Caraka Yasa hanya melayani pasar antaran dalam kota. Namun belakangan, karena pasarnya dianggap terlalu kecil, ia meningkatkan jangkauannya menjadi berskala nasional (antarkota).

Kini ia memiliki 167 perusahaan di tanah air,  meliputi banyak bidang seperti kargo dan logistic melalui PT Birotika Semesta/DHL Express Indonesia dan  PT Caraka Yasa, di bidang perikanan melalui PT Bina Usaha Mina Indonesia bekerjasama dengan Thailand,  PT Mitra Piranti Usaha untuk  bidang ritel,  hingga usaha  kafe franchise ‘Kopi Kamu’.

Sesekali ia masih  terlibat mengurusi barang-barang customers keluar dari gudang pelabuhan. Bawahannya  menangani pengurusan keluar masuk barang di pelabuhan.  Tak sedikit kejadian, karyawannya tak mampu mengeluarkan barang yang dibawa PT CarakaYasa. Bila sudah sudah seperti ini, secara insidentil , Rudy langsung terjun ke lapangan berusaha mengeluarkan barang  itu. “Dulu pernah kejadian klien kita Lotte  barangnya mengendap dipelabuhan. Padahal hari itu  LotteMart mau membuka gerai baru di Kasablanka. Terus terang, saya kurang pengalaman untuk urusan ke pelabuhan, lebih banyak urus masalah di bandara, masalah ekspor impor. Tapi waktu itu saya kerahkan karyawan kami di Caraka. Alhamdulillah dalam waktu 3 hari barang mereka keluar. Mereka bilang, you are my partner.  Akhirnya mereka minta kami menjadi partner LotteMart,”ungkap Komisaris Utama DHL Express Indonesia ini.

Ketua Umum Induk Koperasi Pribumi Indonesia ini  masih menjadi andalan untuk setiap masalah yang terjadi dalam proses pengiriman barang yang ditangani DHL Express Indonesia dan Caraka Group. Ia piawai menangani problem solving masalah logistik.  Tak heran bila perusahaan penyedia layanan logistik dan distribusi yang dibesutnya  terbilang besar di Indonesia.

DHL Express hadir di Indonesia sejak 1973 dan pada 1982  menunjuk PT Birotika Semesta sebagai representative operasi DHL di Indonesia.  Saat ini menguasai pangsa pasar terbesar di atas 50% bisnis pengiriman express internasional di Indonesia dengan 75 titik lokasi yang terdiri dari gateway, kantor cabang, service centre dan warehouse dengan 200 armada yang dilengkapi dengan alat komunikasi radio.

Banyak perubahan yang terjadi  sejak  Rudy Pesik dilamar DHL. “Beliau adalah founding father DHL Express Indonesia. Growth DHL Express Indonesia tinggi double digit dan market share-nya paling tinggi di atas 50%,”terang Ahmad Mohamad, Senior Technical Advisor DHL Express.

Menurut Rudy sikap pemerintah terhadap peran BUMN yang justru membunuh swasta.   BUMN dan pemerintah memberlakukan swasta seperti musuh.   Harusnya BUMN menjadi pioneer. Seperti di bisnis perhotelan. Dulu sebelum ada hotel bintang lima, pemerintah yang membangun hotel (Hotel Indonesia, Samudera Beach dan Ambarukmo-red). Sekarang ketika swasta mampu membangun hotel berbintang lima, pemerintah tak usah membangun lagi.  “Kita mau efektif dan efisien tapi swasta diperlakukan seperti musuh. Kami mau sewa tempat tidak dikasih. Barang di gudang  Bandara Soekarno Hatta kami melimpah di jalanan. Kami masih butuh gudang. Sementara saya mau sewa gudang bekas Sempati Airlines, tidak dikasih. Padahal tanahnya kosong tak terpakai. Saya bilang, kalau tak boleh, saya bangun sendiri di tanah kosong yang lain. Tapi akhirnya dengan terpaksa dikasih juga sewa disitu,”papar Vice President Kamar Dagang Asia Pasific ini.

Perebutan kue logistik antara BUMN dengan swasta tak membuat Rudy Pesik patah arang. Di tengah keberpihakan pemerintah terhadap BUMN, justru membuat DHL Express Indonesia dan Caraka melesat di lini bisnis ini. “Sebenarnya yang diinginkan Pak Rudy adalah multiplier Effect. Intinya agar bisnis di Indonesia lebih enjoy connectivity. Seperti garment factory bermain dengan Vietnam, Bangladesh dan China. Peluangnya besar sekali. Kalau kita  pandang secara kasar, kontribusi kurir  begitu besar bagi rantai distribusi  yang dilihat multiplier effect. Kontribusi kurir jangan dilihat dari pola pandang direct effect tetapi domino effect.  Pabrik-pabrik tak akan didirikan kalau tidak ada connectivity,”ujar Ahmad, professional DHL Express asal Singapure ini.

Rudy yang juga Chairman Asean Business Advisory Council (ASEAN-BAC) ini mengatakan,  saat ini Indonesia   mendominasi masyarakat Asean.  Sekitar 60% perekonomian ada di Indonesia. Semestinya menjadi peluang besar. Sekarang kita ribut soal masuknya barang-barang China yang dijual dengan harga murah. Cuma masalahnya, Indonesia ribut gawangnya kebobolan.  Kenapa tak dipikirkan mengirimkan tim ahli ke China untuk mengetahui  apa yang dibutuhkan  masyarakat China yang jumlah penduduknya 1,5 milyar. Bahkan, ada 470 juta masyarakatnya yang berduit. “Orang kaya baru di sana tidak tahu bagaimana cara menggunakan uangnya,”, demikian cerita  mantan Direktur Jenderal Urusan Maritim,  di Kabinet Soekarno yang sempat ditawari posisi dubes di China ini.

Rudy menilai, biaya logistik di Indonesia menjadi mahal karena terlalu banyak pungutan yang ia sebut sebagai biaya tidak langsung.  Selain itu,  infrastruktur yang  minim, gudang kurang memadai, cost, dan regulasi yang kurang mendukung.  Dulu belasan meja yang harus dilalui untuk mengurus proses bongkar muat barang logistik.

Meski demikian hotnya industri logistik Indonesia ternyata kian menarik perhatian pihak asing. Ada sekitar delapan investor asing yang tertarik untuk membeli perusahaan logistik di tanah air sejak 2012 silam. Beberapa diantaranya berasal dari Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, dan lainnya dari benua Eropa.

Caraka Group milik Rudy menjadi salah satu perusahaan kurir yang menarik perhatian investor. Ada belasan calon investor yang melirik perusahaan kargo yang dibesut Rudy yang berdiri tahun 1985 ini. Diantaranya Emirate Arab, Yamato Group – Jepang, Australia, Singapure Post,  Hongkong, Keluarga Cendana  dan keluarga petinggi partai politik di Indonesia juga tertarik membeli Caraka.

Rudy menjelaskan, Caraka lahir untuk mengisi pasar domestik. Cargo dan Freight Forwarding menjadi spesialisasinya. Memiliki kantor cabang di setiap propinsi dan ada kerjasama franchise. Saat ini Caraka Group sudah mengembangkan sayapnya ke mancanegara seperti ke Turki, Korea, Thailand, Malaysia dan Singapure.

Rudy punya konsern tersendiri ketika berbicara tentang perikanan Indonesia. Menurutnya,  pemerintah perlu mendukung para nelayan menyediakan  sarana pendukung aktifitas nelayan seperti penyediaan cold storage di beberapa pelabuhan kecil. Bahkan di luar negeri mereka sudah tempatkan cold storage di masing-masing kapalnya. Sedangkan kita masih menggunakan cara-cara yang masih tradisional.

Ia pernah bekerjasama dengan Thailand mengoperasikan 700 kapal penangkap ikan. Dimana ia menempatkan dua nelayan Indonesia di masing-masing kapal tersebut. Diharapkan keberadaan mereka dapat terjadi  transfer knowledge. Karena menurut Rudy, teknologi penangkapan ikan orang Thailand jauh lebih maju dibandingkan orang Indonesia. Mereka lebih modern. Nelayan Thailand menggunakan  teknologi untuk mendeteksi ikan melalui satelit. Adapula teknologi penyinaran yang digunakan untuk memancing  ikan berkumpul, di satu sisi mereka  menggunakan jenis sinar lampu yang membuat ikan takut sehingga berkumpul di satu titik untuk menarik ikan.

Tentang kebijakan negative list yang dibuat pemerintah menurutnya sudah bagus untuk memberdayakan nelayan nasional lebih maksimal. Pertanyaannya adalah, apakah nelayan Indonesia sudah mampu menangkap ikan dengan menggunakan teknologi seperti yang dilakukan negara-negara seperti Thailand?

Pengkoleksi keris ini juga punya obsesi mengangkat industri kopi di tanah air. Lewat Kafe Kopi Kamu yang dibesutnya 6 tahun silam, Rudy terus berupaya melakukan penetrasi pasar kopi Indonesia yang bercita rasa tinggi.

Dalam kurun waktu 3  tahun ia membuka 4.000 kafe di 32 negara. Di tahun pertama Kedai Kopi Kamu hadir di 18 negara. Rudy join venture teman-temannya di luar negeri..Hadir di beberapa Negara seperti  Colombia, Brazil, Amerika Serikat, Jepang, Thailand (dari Kerajaan Thailand sendiri yang mengundangnya),  Malaysia, Singapure, UK, dan masih banyak lagi dengan luas gerai rata-rata sekitar 200 meter persegi. Memang tak sedikit orang yang meragukan pengusaha yang pernah menjadi dosen tamu di Harvard Business School, Amerika Serikat ini.

Kedai Kopi Kamu membuka satu stand dengan menghadirkan berbagai jenis kopi yang sudah dikemas oleh perusahaan milik Rudy. Hampir semua jenis kopi arabika asli Indonesia ada, mulai Lintong, Gayo,  Mandailing, Sidikalang, Toraja, Pagar Alam, Lampung, Ciwideu dan Pengalengan Bandung, Temanggung Jawa Tengah, Jember Jawa Timur sampai  Papua.

Dari mitra master franchise Kopi Kamu asal Colombia dan Brazil juga,  Rudy   membawa  Indonesia berperan serta dalam ajang Miss Coffee Colombia mengirim kandidat  14 propinsi 31 peserta yang 50% harus cantik, 30% pengetahuan tentang kopi dan 20% pengetahuan umum.  Dalam ajang tersebut terpilih gadis asal Toraja, Puteri Kopi Indonesia  Laskary  yang kemudian  terpilih sebagai Miss Coffee Indonesia.

Di Indonesia, saat ini Kopi Kamu ada di lebih dari 15 titik. Investasi nya  sekitar Rp 1 milyar termasuk sewa tempat. “Mesinnya saja Rp 20 juta.  Kalau disini kami kelola sendiri franchise nya,”ungkap pengkoleksi 3 ribu mata keris ini.

Apresiasinya di industri kopi tanah air memang maksimal. Selain mendirikan Yayasan Akademi Kopi Indonesia (YAKIN) dengan merekrut sejumlah peracik kopi handal tanah air, ia juga aktif mengikuti sejumlah pameran kopi di dalam dan luar negeri. Dalam waktu dekat, 11 Maret 2018, ia berkontribusi menyelenggarakan Hari Kopi Nasional yang akan dihadiri sejumlah komunitas kopi dalam dan luar negeri. [] Siti Ruslina